DI jantung Kota Yogyakarta, tepatnya di Kampung Tompeyan, Kelurahan Tegalrejo, ada sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana pandemi Covid-19 menjadi pemicu bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan budi daya anggur di lahan perkotaan yang terbatas.
Sejak awal pandemi, masyarakat di kampung ini memanfaatkan halaman rumah mereka untuk menanam anggur, dan kini, Kebun Tegal Anggur menjadi kebanggaan warga serta destinasi wisata unik di tengah kota.
Eka Yulianta, Ketua Kelompok Tanaman Buah Dalam Pot Kota Yogyakarta, menceritakan bagaimana mereka memulai dengan sekitar 120 jenis bibit anggur.
Baca juga: Penggiat Urban Farming di Jaktim, Haryati Diusulkan Raih Penghargaan dari Pemprov DKI
Seiring berjalannya waktu, fokus mereka beralih ke jenis anggur yang lebih mudah berbuah, menjadikan kebun ini surga bagi para penggemar anggur.
“Kami sering menerima tamu yang datang untuk memetik anggur. Karena itu, penting bagi kami untuk selalu memiliki buah yang siap panen, tidak peduli jenisnya,” ujar Eka saat panen raya anggur di Kebun Tegal Anggur, baru-baru ini.
Kini, Kebun Tegal Anggur memiliki sekitar 50 varian anggur yang dikembangkan, termasuk jenis-jenis unggulan seperti tamaki, ninel, nizina, bogema, trans, dixon, dan julian.
Proses pembibitan dilakukan dengan metode stek batang dari tanaman yang sudah berbuah, memastikan bibit yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik.
Namun, keunikan Kebun Tegal Anggur tidak hanya berhenti pada budi daya dan panen buah anggur.
Baca juga: Salut, Terapkan Urban Farming, Anak Muda Bandung Sukses Manfaatkan Lahan Tidur
Warga setempat juga kreatif dalam mengembangkan produk-produk turunan dari buah anggur, seperti buntil daun anggur, keripik daun anggur, sambal anggur, hingga selai dan sirup anggur.
“Pengunjung bisa menikmati hidangan khas dari daun anggur, dan juga membawa pulang produk-produk olahan kami sebagai oleh-oleh,” tambah Eka sebagaimana dilansir situs Pemkot Yogyakarta.
Keberhasilan Kampung Tompeyan ini tidak luput dari perhatian Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto.
Sugeng memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat yang berhasil mengubah lahan sempit di pinggir sungai dan area yang sudah dipenuhi paving blok menjadi kebun buah yang produktif.
"Kampung Tompeyan ini adalah bukti bahwa pertanian bisa dilakukan di mana saja, bahkan di tengah perkotaan dengan lahan yang sangat terbatas," kata Sugeng.
Sugeng menekankan bahwa pertanian perkotaan memerlukan inovasi dan adaptasi terhadap kondisi lahan serta iklim.
“Di lahan sempit seperti ini, kita harus memilih tanaman yang tidak hanya bisa tumbuh dengan baik tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” lanjutnya.
Baca juga: Berkah Pandemi, Akhirnya Warga Palasari, Kota Bandung, Miliki Kebun Sendiri
Ia juga mendorong masyarakat Yogyakarta untuk terus berinovasi dan menciptakan produk-produk yang unik dan berbeda, sehingga memiliki daya saing tinggi di pasaran.
Kebun Tegal Anggur di Kampung Tompeyan kini menjadi contoh sukses bagaimana ketekunan dan inovasi dapat mengubah tantangan menjadi peluang.
Di tengah hiruk-pikuk perkotaan, mereka telah membuktikan bahwa lahan sejengkal pun bisa menjadi oase yang memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar.
Dengan produk-produk yang unik dan pengelolaan kebun yang kreatif, Kampung Tompeyan telah menempatkan diri sebagai pelopor pertanian perkotaan yang patut ditiru.(SG-2)