SAAT pandemi Covid-19 melanda, warga Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, mencoba bangkit dan saling bantu untuk memberi makanan.
Dengan total warganya mencapai 17.763 jiwa dari dari 14 RW, 83 RT, Kelurahan Palasari termasuk daerah padat penduduk di Kota Bandung. Kebutuhan pangan warga pun tergolong besar.
Lurah Palasari, Eman Sulaeman, mengungkapkan, awalnya masyarakat masih sangat bergantung dengan bahan pangan dari luar kota.
Baca juga: Atasi Sampah Organik, Pemkot Bandung Dorong Warga Bangun Rumah Maggot
Apalagi saat pademi Covid-19, warga di Kelurahan Palasari semakin kesulitan untuk mendapat pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun di sisi lain, dengan kesulitan yang dihadapi, warga pun mulai berpikir dan memutar otak bagaimana memenuhi kebutuhan pangan.
"Saat pandemi Covid-19 melanda, kami benar-benar kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kenang Eman saat itu sebagaimana dilansir situs Pemkot Bandung.
Baca juga: Pemkot Bandung Siap Gelar Operasi Pasar dan Pasar Murah di 30 Kecamatan
“Akhirnya, kami sepakat untuk mulai sedikit demi sedikit menumbuhkan kebiasaan baru dengan hadirnya Buruan Sae," ungkap Eman.
Sejak saat itulah, Kelurahan Palasari, mendirikan Buruan Sae bernama Sabedug (sauyunan berkebun diusahakan guyub) di RW 13.
Awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sekitar. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu belanja ke luar, tinggal memanfaatkan hasil kebun di Buruan Sae.
"Namun, alhamdulillah sampai sekarang masih eksis. Seminggu sekali ada pemeliharaan di Buruan Sae tiap Rabu. Bisa dibilang efektif karena dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sendiri, bahkan warga luar juga," terang Emas.
Tanaman potensial yang ada di Buruan Sae Sabedug di antaranya cabai domba, bawang merah, pakcoy, serta buah-buahan seperti jambu merah dan nangka.
Baca juga: Pemkot Bandung Usulkan Sorgum Jadi Program Diversifikasi Pangan
"Dengan memanfaatkan lahan yang ala kadarnya bisa bermanfaat untuk keluarga sendiri, umumnya untuk orang lain, mari kita coba untuk buat Buruan Sae. Mudah-mudahan bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari," ujarnya.
Tak hanya tumbuhan, ternak pun dibudidayakan di sini. Ada ayam petelur, kambing, dan domba. Setiap hari, masyarakat bisa mengambil telur yang dihasilkan di Buruan Sae.
Selain bercocok tanam, masyarakat di Palasari juga rutin memilah dan mengolah sampah.
Eman menuturkan, warga sudah terbiasa memilah sampah organik, anorganik, dan residu. Setelah dipilah, sampah anorganik yang masih bernilai ekonomis disetorkan ke Bank Sampah.
"Kami juga punya Kang Empos untuk pengolahan sampah organik. Selain itu, di sini juga pengolahan sampahnya menggunakan gibrik mini di RW 13. Hasilnya pengolahan sampah relatif cepat, 30 menit bisa mengolah 1 ton sampah," jelas Eman.
Ia menambahkan, di wilayahnya juga memiliki hanggar maggot untuk mengolah sampah organik.
Ada pula loseda (lodong sesa dapur) di beberapa rumah warga, terutama warga yang lahan rumahnya tidak terlalu luas.
"Berkat kebiasaan baik ini, Buruan Sae Palasari mendapat Juara 2 Lembur Tohaga Lodaya dari Polrestabes Bandung tahun 2020. Palasari juga mendapat juara harapan 3 lomba eco office," ucapnya.
Di samping itu, untuk meningkatkan pelayanan publik, Kelurahan Palasari memiliki sistem lapor melalui WhatsApp untuk menampung keluh kesah masyarakat. (SG-3)