Soko Kreatif

Atasi Sampah Organik, Pemkot Bandung Dorong Warga Bangun Rumah Maggot

Pada Januari 2024, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot.

By Sokoguru  | Sokoguru.Id
20 Februari 2024
Pemkot Bandung mengajak masyarakat menggunakan maggot untuk mengurangi sampah organik melalui pendirian rumah maggot. (Ist)

PEMERINTAH Kota (Pemkot) Bandung dinilai telah melewati masa darurat sampah. Namun Pihak Pemkot Bandung terus melanjutkan dengan mengajak masyarakat mengubah perilaku dalam mengolah sampah.

 

Meski telah melewati masa darurat sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menggelorakan perubahan perilaku masyarakat mengolah sampah.

 

Terkait pengolaan sampah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat sampah di Kota Bandung sulit teratasi.

 

Baca juga: Koperasi Bisa Jadi Penggerak Pendirian Bank Sampah Komunitas

 

Faktor tersebut di antaranya perilaku mindset, edukasi sosialisasi, dan koordinasi yang masih kurang, volume produksi sampah tinggi, serta minimnya penegakan hukum.

 

"Edukasi sosialisasi terus kita lakukan. Secara bertahap itu mendorong mindset yang berubah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah. Tujuannya agar volume sampah yang dibuang ke TPA itu semakin berkurang," jelas Ema sebagaimana dilansir situs Pemkot Kota Bandung, Senin (19/2).

 

Sampah Organik Dilarang Dibuang di TPA Sarimukti

 

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi menjelaskan, saat ini sampah organik sudah tidak boleh dibuang ke TPA Sarimukti. Sehingga pengolahannya harus diperbanyak di hulu.

 

Baca juga: Bappenas dan Pemerintah Jerman Bekerja Sama dalam Mereformasi Pengelolaan Sampah

 

"Januari kemarin, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot. Dengan ini, total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton hingga Januari lalu," jelas Dudy.

 

Ia berharap, targetnya rumah maggot bisa mengolah 1 ton sampah organik per hari di setiap kelurahan.

 

Sehingga totalnya sebanyak 151 ton sampah per hari bisa berkurang jika semua kelurahan aktif mengoperasikan rumah maggot.

 

"Namun, maggot itu siklusnya 35 hari. Sehingga penambahan kapasitasnya perlu waktu. Rencananya kami akan bantu sediakan mesin bubur untuk mengolah sampah organik, sehingga bisa mempercepat pengolahan oleh maggot," paparnya.

 

Selain itu, pihaknya juga akan menyuplai maggot ukuran besar dari KBS ke rumah maggot di seluruh kelurahan agar peningkatan sampah organik bisa lebih cepat.

 

"Kami juga mendorong hotel, resto, kafe di sekitar rumah maggot untuk menyuplai sampah organik ke rumah maggot yang ada di kelurahannya," jelasnya.

 

"Rumah maggot yang sudah dibangun bisa dikolaborasikan dengan Buruan Sae agar lebih produktif dalam menghasilkan pangan," imbuh Dudy. (SG-2)