Soko Kreatif

Semut Ireng jadi Tokoh dalam Instalasi Dekorasi Alam di Festival Lima Gunung

Dengan instalasi dekorasi alam Festival Lima Gunung juga turut mengajak seluruh masyarakat agar kembali mencintai dan peduli terhadap lingkungan. Sebab, alam juga milik anak cucu kelak.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
24 September 2024
Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono, Senin  (23/9) mengatakan, replika semut ireng yang akan ditampilkan di atas panggung  terbuat dari bahan alam yaitu ijuk hitam sebanyak 25 buah. (Dok. Pemkab Magelang)
 

SETELAH dibuka pada 17 September lalu yang dimeriahkan dengan tari-tarian, kini sejumlah seniman yang berpartisipasi dalam Festival Lima Gunung (FLG) XIII mempersiapkan karya seni mereka untuk pameran instalasi dekorasi alam,  di Dusun Keron Desa Krogowanan Kecamatan Sawangan, Rabu (25/9). 

 

Konsep instalasi dekorasi alam yang disajikan kali ini cukup menyita perhatian, karena memilih semut sebagai tokoh utama dalam instalasi dekorasi alam tersebut. 

 

"Ide awal konsep dekorasinya itu dari sebuah tembang macapat yang liriknya Semut ireng, anak-anak sapi….. Itu kan aneh, ketika semut hitam yang ukurannya kecil punya anak sapi yang ukurannya besar,” ujar Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono, saat sedang menyusun instalasi dekorasi alam di lokasi bakal tempat pameran, Senin (23/9), seperti dirilis Pemkab Magelang.

 

Baca juga: 120 Kelompok Kesenian dari Berbagai Daerah Meriahkan Festival Lima Gunung ke-13

 

“Tapi itu terjadi. Pas dengan tema kali ini yaitu Wolak Waliking Zaman Kelakone, bisa dipahami bahwa sesuatu yang tak terduga pun bisa terjadi," imbuhnya. 

 

Lebih lanjut, Sujono mengatakan, hampir seluruh kegiatan FLG, dekorasi panggungnya menggunakan instalasi berbahan dari alam. Bahkan replika semut ireng yang akan ditampilkan di atas panggung juga terbuat dari bahan alam yaitu ijuk hitam sebanyak 25 buah. 

 

"Saya sengaja buat replika semut menggunakan bahan alam. Untuk semut yang dibuat dengan bahan bambu akan saya buat sebanyak-banyaknya 24 buah. Konsepnya semut itu sedang memegang handphone dengan berbagai posisi. Sedangkan satu ekor semut yang berukuran besar saya buat menggunakan ijuk hitam," jelasnya. 

 

Baca juga: Pawai Kendaraan Hias HUT ke-214 Kota Bandung Hidupkan Seni Lokal dan Ekonomi Kreatif

 

Ia menjelaskan, sebanyak  24 semut yang dibuat memegang handphone adalah gambaran kondisi saat ini ketika manusia sudah sangat bergantung dengan teknologi. Sedangkan semut besar berwarna hitam adalah pemimpin yang akan membimbing dan mengingatkan jati dirinya sebagai seekor semut. 

 

"Walaupun banyak semut yang pegang HP, namun tetap ada satu semut hitam yang berukuran besar yang akan mengingatkan mereka agar tidak lupa terhadap jati dirinya sebagai seekor semut. Semut itu kan terkenal makhluk yang suka gotong-royong, sopan setiap ketemu pasti bersalaman dan masih banyak lagi," imbuhnya. 

 

Sujono membuat instalasi dekorasi berbahan alam sejak 1995. Bahan-bahan alam yang biasa ia pergunakan untuk membuat instalasi dekorasi adalah bambu, pohon cabe, pohon jagung, akar tembakau, dan jerami. Menurutnya,  bahan-bahan itu dipilih karena  tidak akan mencemari lingkungan ketika bahan itu selesai digunakan. 

 

Baca juga: Menparekraf: Masuk KEN 2024, Festival Kota Lama Miliki Daya Tarik Kuat Wisatawan

 

"Ketika sudah selesai perhelatan, bahan dekorasi dari alam ini kan bisa membusuk dan terurai menjadi kompos. Tidak mencemari lingkungan. Berbeda dengan plastik. Sampai bertahun-tahun kalau plastik itu tidak bisa terurai,"ujarnya lagi. 

 

Dengan instalasi dekorasi alam tersebut, Sujono juga turut mengajak seluruh masyarakat agar kembali mencintai dan peduli terhadap lingkungan. Karena menurutnya alam bukan hanya milik manusia saat ini, namun juga milik anak cucu kelak.


Diberitakan sebelumnya sebanyak 120  kelompok kesenian dari berbagai daerah  mengikuti festival Lima Gunung ke-13 yang digelar pada 17-29 September 2024. 

 

Pentas perdana festival tersebut, sambung Sujono,  sudah dilaksanakan di Sanggar Dhom Sunthil di Dusun Warangan, Muneng Warangan, Pakis. Ada dua kelompok kesenian dari Kota Magelang yang menampilkan tariannya. 

 

“Puncak kegiatan akan berlangsung pada 25 hingga 29 September 2024. Ada sekitar 120 kelompok kesenian atau kurang lebih 2.000 orang yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut,” imbuhnya.

 

Pada Rabu (25/9)  ada pameran foto dari sejumlah wartawan dengan judul Rencang Lima Gunung Ring Setengah di Dusun Keron, Krogowanan, Sawangan. Kemudian pameran instalasi semut. (SG-1)