SokoKreatif

120 Kelompok Kesenian dari Berbagai Daerah Meriahkan Festival Lima Gunung ke-23

Panggung festival yang disiapkan memiliki luas 10 x 12 meter persegi dengan tinggi 70 cm. Sedangkan instalasi seni di Dusun Keron dikerjakan secara gotong royong oleh warga setempat sejak tiga bulan lalu.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
19 September 2024
Festival Lima Gunung ke-23  tampil perdana  pada Selasa (17/9), di Sanggar Dhom Sunthil di Dusun Warangan, Muneng Warangan, Pakis. Ada dua kelompok kesenian dari Kota Magelang yang menampilkan tariannya.  (Dok. Diskominfo Jateng).

SEBANYAK 120  kelompok kesenian dari berbagai daerah  mengikuti festival Lima Gunung ke-23 yang digelar pada 17-29 September 2024. 

 

120-an kelompok kesenian itu berasal dari berbagai daerah, yakni Magelang, Purworejo, Wonosobo, Temanggung, Kebumen, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Malang, Bali, Indramayu, Cikampek, Jakarta, Lumajang, Bogor, dan Bulukumba (Sulawesi Selatan). 

 

Selain itu ada pula ada pula kelompok kesenian dari luar negeri, seperti Malaysia dan Meksiko.

 

Baca juga: Menparekraf: Masuk KEN 2024, Festival Kota Lama Miliki Daya Tarik Kuat Wisatawan

 

Demikian disampaikan Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono, di Mungkid, Magelang, Selasa (17/9).

 

“Ketika melihat pendaftar banyak, teman-teman minta dilaksanakan empat hari. Ternyata masih banyak yang mendaftar lagi. Sehingga kami adakan lima hari. Itu pun banyak kesenian yang kami tolak,” jelasnya, seperti dirilis Diskominfo Jawa Tengah, Rabu (18/9).

Pentas perdana festival tersebut, sambung Sujono,  dilaksanakan di Sanggar Dhom Sunthil di Dusun Warangan, Muneng Warangan, Pakis. Ada dua kelompok kesenian dari Kota Magelang yang menampilkan tariannya. 

 

Baca juga: DI Festival Budaya RI di Lima, Finalis Miss World Peru 2024 Kenakan Batik Pekalongan

 

“Puncak kegiatan akan berlangsung pada 25 hingga 29 September 2024.
Ada sekitar 120 kelompok kesenian atau kurang lebih 2.000 orang yang berpartisipasi pada kegiatan tersebut,” imbuhnya.

 

Lebih lanjut,  Sujono mengatakan, festival tersebut mengusung tema Wolak Waliking Zaman Kelakone. Tema tersebut dipilih sebagai refleksi anggota komunitas terhadap peristiwa aktual yang dihadapi akhir-akhir ini. Termasuk pancaran proyeksi nilai-nilai untuk harapan lebih baik atas masa depan kehidupan manusia serta kondisi sosial lingkungan.
 

Setelah dari Sanggar Dhom Sunthil di Dusun Warangan, Muneng Warangan, kemudian  pada Jumat (20/9) diadakan  diskusi berjudul Manuskrip Merapi-Merbabu di Studio Mendut di Mungkid, Magelang.
 

Baca juga: Pesta Kesenian Bali 2024 Jaga Warisan Budaya dan Gugah Pariwisata

 

Selanjutnya, pada Minggu (22/9)  ada pementasan wayang kulit dengan lakon Kumbokarna Mlebu Swarga. Lalu, pada Rabu (25/9)  ada pameran foto dari sejumlah wartawan dengan judul Rencang Lima Gunung Ring Setengah di Dusun Keron, Krogowanan, Sawangan.
 

Sujono menambahkan, berbagai pementasan akan dihadirkan dalam festival tersebut. Antara lain tari tradisional, tari modern, tari kontemporer, musik, kirab budaya, pidato kebudayaan, performa seni, pantomim, teater, hingga pagelaran wayang. 

 

Selain itu, sejumlah seniman juga akan membuat karya seni lukis secara on the spot di empat titik arena festival.
 

Panggung festival yang disiapkan memiliki luas 10 x 12 meter persegi dengan tinggi 70 cm. Sedangkan instalasi seni di Dusun Keron dikerjakan secara gotong royong oleh warga setempat sejak tiga bulan lalu. Warga pun antusias untuk mempersiapkan panggungnya.
 

Sementara bahan-bahan yang digunakan, lanjut Sujono, sama seperti pagelaran sebelumnya yakni dengan memanfaatkan bahan alami, seperti jerami, akar tembakau, jagung, dan lain-lain.
 

“Saat ini, proses pembuatan panggungnya sudah mencapai 80%,” terangnya.
 

Menariknya, panggung pementasan akan dilengkapi  aneka serangga. Termasuk 25 patung semut. Bahannya terbuat dari anyaman bambu yang menjadi simbol kekhasan seniman petani Dusun Keron dalam kelompok Sanggar Saujana.
 

Tidak hanya itu, pada festival kali ini, para pegiat Komunitas Lima Gunung bersama jejaringnya mementaskan wayang orang dengan lakon Endang Werdiningsih. Penulis naskah dan sutradaranya adalah Sitras Anjilin. (SG-1)