SOKOGURU, Pacitan- Industri kecil dan menengah (IKM) champion dari Desa Temon di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, CV Agro Temon Lestari, berhasil tembus pasar global dengan mengekspor gula aren ke Belanda.
Desa Temon yang terkenal dengan produksi gula arennya merupakan salah satu daerah yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai Desa Devisa.
Desa Temon merupakan sentra unggulan dengan produk potensial memasuki pasar ekspor karena memiliki industri kecil dan menengah (IKM) champion, yaitu CV Agro Temon Lestari.
Baca juga: Gula Aren Banyumas Jadi Bahan Andalan Restoran di Belanda
Tahun ini, IKM penghangsil gula aren tersebut telah melakukan ekspor perdana ke Belanda berupa 5.000 pcs kemasan pouch 200 gram yang menggunakan label Gula Aren Temon, dengan permintaan yang terus berlanjut.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin),Reni Yanita, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (3/3).
“Saat ini, CV Agro Temon Lestari telah bermitra dengan 100 perajin gula aren setempat yang terhimpun dalam wadah Kelompok Tani Hutan Aren Lestari. Jumlah perajin yang bermitra dengan CV. Agro Temon Lestari juga terus meningkat sejak 2021 yang awalnya berjumlah 20 orang,” ujarnya.
Baca juga: Sejarah, Produksi, dan Manfaat: Gula Aren Sebagai Alternatif Pemanis Sehat
Reni menjelaskan, pada 2024 Ditjen IKMA bekerja sama dengan LPEI menyelenggarakan berbagai fasilitasi untuk mendukung peningkatan daya saing produk gula aren di Sentra IKM Desa Devisa tersebut.
Fasilitasi yang dilakukan, yaitu melalui kegiatan pendampingan teknis produksi, sistem keamanan pangan, serta memfasilitasi mesin/peralatan produksi berupa oven, meja sortasi, meja preparasi stainless steel, mesin kristalisator, wajan alumunium, fasilitasi pendukung lainnya.
Selain itu, fasilitasi keramik dalam rangka pembangunan dapur bersih bagi pengrajin gula aren.
“Dengan berbagai fasilitasi tersebut, diharapkan dapat menjadi bekal produk gula aren Desa Temon untuk menembus pasar ekspor,” imbuhnya.
Baca juga: Kemenperin Fasilitasi 10 IKM Kerajinan Ikut Inacraft 2025 untuk Bidik Pasar Ekspor
Serangkaian kegiatan pembinaan yang telah dilakukan tersebut berhasil meningkatkan kualitas produk gula aren dan pangsa pasar ekspor produk gula aren Desa Temon.
Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan CV Gula Aren Temon dalam pameran berskala internasional, yaitu Trade Expo Indonesia 2024 dan beberapa pameran di mancanegara seperti Jepang.
Lebih lanjut, Dirjen IKMA menuturkan, dalam rangka memenuhi persyaratan ekspor ke berbagai negara tujuan, CV Temon Agro Lestari telah memiliki berbagai sertifikasi seperti Global Standards (GS) 1, Halal, Good Manufacturing Practice (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Japanese Agriculture Standards (JAS), dan United States Department of Agriculture (USDA).
“Saat ini, CV Agro Temon Lestari sedang menjajaki pasar di Cina (Tiongkok) dengan terlebih dahulu melakukan pengurusan sertifikasi General Administration of Customs of China (GACC), yang merupakan sertifikasi wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan yang ingin mengekspor produk pangan ke RRT,” tambah Reni.
Sementara itu, Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugoroho, menambahkan, keberhasilan pembinaan produk gula aren di Desa Temon, telah membuktikan sinergi yang dilakukan Ditjen IKMA dan LPEI sudah tepat dalam melakukan pembinaan kepada Sentra IKM Desa Devisa.
Selain itu, sambungnya, sinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan yang berperan aktif untuk melakukan pengawasan secara intensif terhadap keberlanjutan usaha produksi gula aren juga mendukung pelaksanaan program Sentra IKM Desa Devisa.
“Ke depannya, diharapkan sinergi tersebut dapat terus berlanjut melalui pelaksanaan pembinaan kepada Sentra IKM Desa Devisa di daerah lainnya yang memiliki produk potensi ekspor,” ujar Fajar.
Sebab itu, lanjutnya, perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap calon Sentra IKM Desa Devisa terkait kesiapan produk, kelembagaan, infrastruktur, dan dukungan Pemerintah Daerah sehingga pembinaan yang akan dilakukan dapat tepat sasaran dan optimal,” tutup Bayu.
Kolaborasi Kemenperin-LPEI
Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan mengembangkan komoditas unggulan desa, Kemenperin berkolaborasi dengan LPEI melalui program Sentra IKM Desa Devisa.
Desa Devisa merupakan program pendampingan yang diinisiasi oleh LPEI/Indonesia Eximbank dengan basis community development
Reni mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan kemampuan IKM agar bisa memasarkan produk-produk unggulannya ke kancah global. Untuk itu, pelaku IKM perlu mengetahui kebutuhan pasar ekspor dan kualitas produk yang diinginkan oleh buyer.
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Kemenperin adalah berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
“Kami aktif melakukan sinergi dengan berbagai stakeholders, antara lain dengan LPEI melalui program Sentra IKM Desa Devisa,” katanya.
Desa Devisa merupakan program pendampingan yang diinisiasi oleh LPEI/Indonesia Eximbank dengan basis community development, yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan mengembangkan komoditas unggulan desa.
Program tersebut sejalan dengan salah satu program Ditjen IKMA, yaitu peningkatan kemampuan IKM melalui pendekatan sentra.
“Program Desa Devisa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan IKM untuk melakukan ekspor sesuai dengan persyaratan, spesifikasi, kebutuhan, dan kualitas yang ditetapkan oleh buyer, sehingga dapat meningkatkan penetrasi IKM ke pasar global,” pungkas Reni. (SG-1)