Ekonomi

Gula Aren Banyumas Jadi Bahan Andalan Restoran di Belanda

Nesia Food VOF memutuskan fokus mengimpor bahan makanan kering dari berbagai supplier usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan korporasi di Indonesia. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
03 Juni 2024
Takim Santosa, seorang pengusaha diaspora yang kini menjalankan Nesia Food VOF, bersama anggota Anggota Komisi VI DPR RI Adisatrya Suryo Sulisto. (Dok.BNI) 

BELANDA dengan populasi diaspora Indonesia yang besar, telah menjadi ladang subur bagi bisnis terkait Indonesia. 

 

Para pengusaha diaspora Indonesia di sana melihat potensi yang menjanjikan dalam mengimpor produk dari Tanah Air.

 

Impor Produk dari Supplier UMKM di Indonesia 

 

Takim Santosa, seorang pengusaha diaspora yang kini menjalankan Nesia Food VOF, memutuskan untuk fokus mengimpor bahan makanan kering dari berbagai supplier usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan korporasi di Indonesia. 

 

Baca juga: Daya Saing Produk UMKM Naik, Nilai Ekspor Ekraf Ditargetkan 28 Miliar Dolar AS

 

"Dengan banyaknya perantau dari Indonesia yang tinggal di Belanda, produk-produk ini dicari oleh mereka baik untuk konsumsi langsung ataupun diolah kembali," ujar Takim sebagaimana dilansir situs BNI baru-baru ini.

 

Salah satu produk unggulan yang diimpor oleh Nesia Food VOF adalah gula aren dari CV Hugo Inovasi yang berbasis di Banyumas, Jawa Tengah. 

 

Gula Arena Dibutuhkan untuk Menu Khas Indonesia

 

Menurut Takim, gula aren ini sangat dibutuhkan di Belanda untuk menciptakan menu-menu khas Indonesia di restoran-restoran milik diaspora. 

 

"Saya dipertemukan dengan CV Hugo Inovasi melalui program business matching dari BNI," jelasnya.

 

Baca juga: Inacraft 2024 Diharap Dorong Indonesia Masuk 10 Besar Eksportir Kerajinan Dunia

 

Takim berharap dapat terus bekerja sama dengan BNI untuk bertemu dengan lebih banyak supplier UMKM berkualitas. 

 

Ia juga berencana untuk mengajukan fasilitas Diaspora Loan BNI guna mendukung pembelian gudang.

 

Anggota Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, mengungkapkan bahwa gula aren dari Banyumas telah diekspor ke berbagai negara. 

 

"CV Hugo Inovasi adalah debitur BNI yang memberdayakan petani lokal Banyumas dan mengekspor produk gula aren ke luar negeri,” jelas Adisatrya. 

 

Baca juga: Tips agar Pelaku UMKM Bisa Ekspor Produknya ke Mancanegara

 

“Melalui aktivitas business matching dari BNI, CV Hugo Inovasi dipertemukan dengan Nesia Food dan berhasil mengekspor dua ton gula aren per bulannya," ujarnya.

 

Adisatrya juga menambahkan bahwa BNI Amsterdam mengelola nasabah diaspora yang memiliki berbagai restoran, mulai dari makanan padang hingga fine dining khas Indonesia. 

 

Gula aren dari Banyumas tersebut telah menjadi bahan baku hidangan di restoran-restoran tersebut.

 

Bagaimana keberlanjutan kemitraan ini? Apakah hubungan antara pengusaha diaspora dan petani lokal dapat terus terjaga dalam jangka panjang? 

 

Dan apakah ada dukungan yang cukup dari pemerintah untuk memastikan keberlangsungan ekspor ini?

 

Kita perlu memastikan bahwa upaya seperti ini bukan hanya membawa keuntungan bagi pengusaha diaspora, tetapi juga memberikan dampak positif bagi petani lokal dan ekonomi daerah. 

 

Dalam hal ini, peran BNI dan program business matching menjadi sangat krusial.

 

"Semoga ke depannya BNI mampu terus mendorong UMKM lokal agar siap berkompetisi di pasar global serta mendampingi diaspora wiraswasta agar semakin berhasil di luar negeri," tutup Adisatrya.

 

Dalam dinamika perdagangan global yang semakin kompleks, kolaborasi lintas batas seperti ini harus diimbangi dengan kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan semua pihak yang terlibat. (SG-2)