SOKOGURU — Kehadiran Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes) terus jadi perbincangan hangat di kalangan pelaku usaha lokal.
Banyak pihak mempertanyakan, apakah Kopdes akan menjadi pesaing atau justru penguat bagi UMKM desa yang sudah lebih dulu eksis?
Namun menurut Aris Sedesa dalam kanal YouTube Sedesa ID, Kopdes bukanlah ancaman, melainkan peluang emas untuk meningkatkan penghasilan warga.
Baca Juga:
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara Kopdes, BUMDes, dan UMKM sebagai strategi menggerakkan ekonomi desa secara bersama-sama.
“Kalau tanpa kolaborasi, yang terjadi bisa saling mangsa. Tapi kalau ada kolaborasi, potensi desa bisa tumbuh luar biasa,” ujar Aris, seperti dikutip sokoguru.id, dari kanal YouTube Sedesa ID.
Kolaborasi Kopdes & UMKM: Bukan Saingan, Tapi Mitra!
Kekhawatiran masyarakat bahwa Kopdes bisa menjadi predator ekonomi desa dibantah dengan tegas.
Aris menyarankan pendekatan kolaboratif antara Kopdes, BUMDes, dan UMKM melalui skema bernama Kolaborasi Merah Putih.
Kolaborasi ini dirancang agar:
- Kopdes menjadi simpul distribusi dan akses permodalan.
- BUMDes sebagai holding usaha desa.
- UMKM menjadi ujung tombak produksi dan inovasi.
Dengan sinergi ini, UMKM bisa fokus pada produksi dan pengembangan, sementara urusan distribusi dan pemasaran dibantu oleh Kopdes.
Model ini dinilai lebih efektif dalam mendongkrak penghasilan pelaku usaha kecil di desa.
Cetak Biru & 5 Pilar Fondasi Penguatan Ekonomi Desa
Dalam penjelasannya, Aris membeberkan bahwa ada 5 pilar utama yang harus diperkuat dalam kolaborasi Kopdes-UMKM-BUMDes:
1. Kelembagaan – Legalitas dan AD/ART yang kokoh.
2. Bisnis – Model usaha yang prospektif dan berkelanjutan.
3. Manajemen – Pengelolaan SDM profesional dan terstruktur.
4. Akuntabilitas – Transparansi dan laporan keuangan yang terbuka.
5. Inovasi – Pengembangan produk, layanan, hingga model kolaborasi digital.
Menurutnya, tanpa pilar-pilar tersebut, ekonomi desa akan terus terjebak dalam pola stagnan yang tak membawa kemajuan.
Penghasilan Naik Lewat Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Kolaborasi Kopdes dengan UMKM terbukti bisa menciptakan model bisnis yang saling melengkapi.
Kopdes tak perlu membuka usaha yang sama dengan UMKM lokal, tapi bisa menjadi agregator hasil produksi mereka.
Sementara BUMDes bisa menyediakan gudang, infrastruktur, bahkan platform digital seperti marketplace desa.
“Kalau kolaborasi ini berjalan, penghasilan masyarakat bisa meningkat drastis. Bayangkan kalau setiap desa punya pusat pertumbuhan sendiri, ekonomi desa akan bergerak dan kesenjangan bisa ditekan,” jelas Aris dalam kanal Sedesa ID.
Tantangan Tetap Ada, Tapi Harapan Lebih Besar
Aris juga mencatat tantangan seperti ego sektoral, lemahnya manajemen, hingga program formalitas yang hanya mengejar angka. Namun, dengan kemauan dan kolaborasi, semua tantangan bisa dihadapi.
Ia pun menutup videonya dengan harapan agar Kopdes tidak jadi alat persaingan, tapi menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi lokal.(*)