SOKOGURU – Emas dikenal sebagai instrumen investasi yang rendah risiko dan cenderung menguntungkan.
Banyak orang memilih emas karena nilainya stabil dan mengalami kenaikan signifikan dalam satu dekade terakhir.
Namun, sebelum berinvestasi, penting memahami tren harga emas serta faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasinya, sebagaimana dikutip sokoguru.id dari situs Sahabat Pegadaian pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Faktor-Faktor Penyebab Fluktuasi Harga Emas
Fluktuasi harga emas adalah hal wajar dalam dinamika pasar investasi. Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi harga emas:
1. Inflasi
Saat inflasi meningkat, daya beli mata uang menurun. Investor pun beralih ke emas sebagai aset pelindung kekayaan.
Harga emas cenderung naik seiring inflasi karena nilainya tidak terpengaruh penurunan nilai tukar mata uang.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan suku bunga bank sentral, seperti Federal Reserve (The Fed), sangat berpengaruh. Kenaikan suku bunga membuat deposito lebih menarik dibanding emas, sehingga permintaan emas menurun. Sebaliknya, penurunan suku bunga mendorong permintaan emas.
Baca Juga:
3. Ketidakpastian Global
Gejolak geopolitik, perang, pandemi, dan kebijakan perdagangan, seperti tarif impor, dapat memicu lonjakan harga emas.
Contohnya, tarif 32% oleh Donald Trump terhadap Indonesia sempat mendorong harga emas ke rekor tertinggi, meski dampak jangka panjangnya menyebabkan volatilitas.
4. Penawaran dan Permintaan
Jika permintaan emas meningkat, harga naik. Emas juga digunakan untuk perhiasan dan elektronik, sehingga penawaran cenderung mengikuti permintaan yang terus tumbuh.
5. Nilai Tukar Dolar AS
Harga emas global sangat terkait dengan nilai tukar Dolar AS. Penurunan nilai Rupiah terhadap Dolar AS menyebabkan harga emas di Indonesia ikut naik.
Tren Harga Emas di Indonesia Sepanjang 10 Tahun Terakhir
Meski fluktuatif, harga emas di Indonesia secara umum menunjukkan tren kenaikan positif dalam satu dekade terakhir:
- 2013: Harga emas sekitar Rp530 ribu/gram, turun ke Rp480 ribu akibat pemulihan ekonomi global pascakrisis 2008.
- 2014-2015: Harga stagnan di kisaran Rp510 ribu.
- 2016: Lonjakan harga hingga Rp600 ribu karena ketidakpastian politik global (Brexit).
- 2017-2018: Harga naik ke Rp650 ribu dan Rp750 ribu, didorong perang dagang AS-China dan kebijakan moneter longgar.
- 2019: Harga tetap tinggi sekitar Rp750 ribu.
- 2020: Lonjakan ke Rp1 juta/gram akibat pandemi COVID-19 dan resesi global.
- 2021-2022: Harga stabil di kisaran Rp950 ribu–Rp1 juta.
- 2023: Harga naik ke Rp1,1 juta akibat inflasi dan ketegangan geopolitik.
- 2024: Kenaikan signifikan hingga Rp1,52 juta/gram, melonjak 29,5% sepanjang tahun dan beberapa kali mencetak rekor baru.
Kesimpulan
Pergerakan harga emas dalam 10 tahun terakhir membuktikan bahwa emas merupakan instrumen investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang, meski ada periode stagnasi atau penurunan.
Fluktuasi harga dipengaruhi faktor makroekonomi dan geopolitik, namun emas tetap menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai kekayaan dan diversifikasi portofolio.(*)