SOKOGURU, YOGYAKARTA- Konsisten memproduksi produk dekorasi rumah (home decor) dari bahan-bahan alami lokal, seperti bambu, batu apung, biji mahoni, rumput rayung, lidi, dan pisang, CV Palem Craft di Bantul, Yogyakarta kembali mengekspor produknya ke Amerika dan Eropa.
Pelepasan ekspor sebanyak tiga kontainer dengan nilai USD30.063 atau lebih dari Rp500 juta itu dilakukan Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri, di kantor Palem Craft, Rabu, 26 November 2025. “Pelepasan ekspor ini menjadi bukti keberlanjutan permintaan global terhadap produk dekorasi rumah Indonesia. Hal ini juga menjadi penegasan pentingnya peningkatan kualitas, desain, dan keahlian (craftsmanship) untuk menjaga daya saing di pasar internasional,” ujarnya, seperti dikutip Keterangan resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis, 27 November.
Adapun negara tujuan ekspor, sambung Wamen Roro, yakni ke Belgia dengan nilai ekspor USD14.063; ke AS senilai USD9.269, dan ke Belanda senilai USD6.731.
Selain ketiga negara tersebut, pada Desember 2025 nanti akan dilakukan pula pelepasan ekspor ke Spanyol, AS, Prancis, dan Australia dengan total nilai transaksi lebih dari USD14 ribu atau lebih dari Rp233 juta.
Pada Juli 2024, Palem Craft sudah melakukan ekspor ke Spanyol senilai US$7.000. Secara keseluruhan, perusahaan UMKM itu telah mengekspor produk senilai US$245 ribu sejak Januari hingga Juni 2024.
Lebih lanjut, Wamendag Roro berujar, pasar produk dekorasi rumah dunia masih mencatat pertumbuhan positif, didorong tren gaya hidup yang mengedepankan produk kreatif, berkelanjutan, dan memiliki karakter budaya.
Baca juga: Diminati Pasar Rusia, Gula Kelapa UMKM Asal Salatiga Hasilkan MoU Ekspor Rp2,33 Miliar
Sepanjang 2020-2024, ujarnya, nilai ekspor produk dekorasi rumah Indonesia meningkat 19,98%. Lima negara utama yang tujuan ekspor Indonesia sepanjang Januari-September 2025 meliputi AS sebanyak 53,44%; Belgia 6,29%; Jerman 3,52%; dan Kanada 3,51%.
“Peluang ekspor produk dekorasi rumah masih sangat terbuka. Pasar dunia mencari produk yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memiliki nilai desain dan sentuhan keahlian yang kuat. Indonesia memiliki modal besar di sektor ini,” imbuh Roro.
Selanjutnya, ia mengingatkan, kompetisi dengan negara tetangga pun semakin ketat. Negara-negara seperti Vietnam, Filipina, dan Thailand terus berinovasi menghadirkan desain modern dan kualitas yang konsisten.
Baca juga: Dua UKM Asal Banten dengan Produk Madu dan Cokelat Siap Melenggang Rambah Pasar Ekspor
“Agar tetap unggul, pelaku usaha Indonesia harus memperkuat kualitas produk secara konsisten, meningkatkan standar produk akhir (finishing), serta mengembangkan desain yang relevan dengan preferensi pasar global. Keunggulan kerajinan dan cerita budaya harus diterjemahkan melalui desain yang modern dan kompetitif,” tambahnya.
Wamendag Roro juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DIY, khususnya Pemerintah Kabupaten Bantul dan seluruh pihak yang menjaga iklim usaha tetap kondusif.
Dukungan terhadap perajin lokal dan kolaborasi erat dengan berbagai pemangku kepentingan memungkinkan ekosistem kerajinan terus hidup dan berkembang.
Peningkatan kualitas desain
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Fajarini Puntodewi, menyampaikan, peningkatan kualitas desain menjadi strategi penting dalam menjaga daya saing produk Indonesia di tengah kompetisi regional yang makin agresif.
“Ke depan, persaingan bukan hanya soal harga, tetapi terutama desain dan kemampuan menyampaikan keunikan budaya secara relevan. Desain yang kuat menciptakan nilai tambah yang membuat produk kita sulit digantikan,” katanya.
Kemendag, lanjutnya, berperan strategis dalam memperkuat ekosistem ekspor. Melalui Ditjen PEN, pihaknya mendorong program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor dengan pendekatan yang tidak hanya membuka akses pasar, tetapi juga memperkuat kapasitas pelaku usaha melalui pembinaan desain, sertifikasi, serta fasilitasi ekspor yang terarah.
Melalui penjajakan bisnis (business matching) yang difasilitasi perwakilan perdagangan (perwadag) di luar negeri, berbagai transaksi dan peluang ekspor berhasil tercipta.
Fasilitasi perwadag meliputi 24 Atase Perdagangan, 19 Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei, dan Konsul Perdagangan Hong Kong guna mempertemukan pengusaha Indonesia dengan buyer global.
“Kami ingin memastikan produk Indonesia makin dikenal, dihargai, dan memiliki posisi kuat di pasar dunia. Peluangnya masih besar dan hanya dapat diraih jika kualitas, desain, dan konsistensi terus ditingkatkan,” tutup Puntodewi.
Di sisi lain, CEO CV Palem Craft, Deddy Effendy, mengapresiasi dukungan Kemendag pada pelepasan ekspor produknya.
“Kami mengapresiasi sekali atensi dan fasilitasi pemerintah pusat dan daerah. Berlanjutnya ekspor terus memotivasi kami untuk tetap memberi kualitas produk yang terbaik,“ ujarnya.
Palem Craft, jelasnya, berdiri sejak 2003 dan telah mengekspor ke berbagai negara, seperti Prancis, Belgia, Spanyol, Dubai, Lebanon, Singapura, Australia, dan Afrika Selatan.
Sebagian besar produknya terbuat dari bahan-bahan alami lokal, seperti bambu, batu apung, biji mahoni, rumput rayung, lidi, dan pisang.
Turut hadir Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Inspektur Jenderal Putu Jayan Danu Putra, Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Ari Satria, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY Yuna Pancawati.
Peninjauan Nuanza dan Quick Tractor
Selain kunjungan kerja ke CV Palem Craft, Wamendag Roro juga meninjau PT Nuansa Porselen Indonesia di Kabupaten Boyolali yang memproduksi produk dengan jenama Nuanza.
Selain itu ke CV Karya Hidup Sentosa yang melahirkan produk dengan jenama Quick Tractor di Yogyakarta.
Wamen Roro mendorong kedua pelaku usaha itu untuk terus mengasah kreativitas dan memanfaatkan fasilitasi kurasi dan penjajakan bisnis oleh perwadag untuk memperluas akses pasar.
PT Nuansa Porselen Indonesia berdiri sejak Januari 2013 di area seluas 2.682 meter2. Saat ini, Nuansa menaungi kurang lebih 100 karyawan dan staf dengan kapasitas produksi 6 ribu buah/bulan.
Pada tahun lalu, Nuanza bekerja sama dengan Universitas Diponegoro untuk memproduksi keramik khusus (3D tiles) yang dapat meredam dan menyebarkan suara.
Keramik khusus tersebut digunakan dalam pembangunan Muladi Dome di Universitas Diponegoro.
Pemilik Nuanza, Bagus Kursena, menyatakan, produk Nuanza telah diekspor ke sejumlah negara, seperti AS, Kanada, dan India.
"Nuanza hanya punya satu galeri, yaitu di Boyolali. Meski demikian, diharapkan dengan fasilitasi pemerintah, Nuanza dapat meningkatkan dan meluaskan jangkauan ekspornya," sambungnya.
Adapun CV Karya Hidup Sentosa (KHS) berdiri sejak 1953. Dengan digawangi 1.900 karyawan, kapasitas produksinya mencapai 95 ribu mesin/tahun.
Selain dijual di dalam negeri, Quick Traktor telah banyak diekspor ke Asia dan Afrika.
"CV KHS telah mengekspor 2.139 unit ke berbagai negara di Amerika Tengah, Afrika, Asia dan Oseania. Negara yang sedang dituju berikutnya adalah negara-negara di Afrika. Untuk itu, dibutuhkan fasilitas penjajakan bisnis dari perwakilan perdagangan untuk dipertemukan dengan buyer potensial," ujar pimpinan KHS Hendro Wijayanto. (SG-1)