KELAPA di Indonesia saat ini didominasi 98,93% perkebunan rakyat. Namun, dalam pengembangannya sering dihadapkan pada adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti kumbang tanduk/badak (Oryctes rhinoceros), kumbang janur (Brontispa longissima), belalang Sexava spp dan ulat daun Artona catoxantha, bahkan ditambah adanya cekaman iklim ekstrim.
Hadapi tantangan tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun Kementan) membina dan bantu pekebun menjaga produksi maupun produktivitas kelapa dengan menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapabilitas Penanganan OPT Tanaman Kelapa, beberapa waktu lalu.
“Demi wujudkan hal tersebut, kami menggandeng Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS),” kata Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah, seperti dilansir ditjenbun.pertanian.go.id, Selasa (2/4).
Baca juga: Kementan Segera Tangani Serangan Hama pada Kelapa Genjah di Boyolali dan Karanganyar
Para petugas pengendali OPT (POPT), lanjutnya, dibekali dengan Implementasi Good Agricultural Practices (GAP) budi daya tanaman kelapa, Teknologi Pengamatan dan Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa, hingga Praktik Pengamatan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa yang dilakukan di Kebun Kelapa Kopyor PPKS Unit Bogor.
Sementara itu, Mewakili Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjenbun Kementan, Dedy Aminata mengatakan, untuk meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan OPT, perlu dilakukan pengendalian OPT tanaman kelapa secara berkelanjutan.
“Pengendalian dilakukan agar luas areal terserang OPT menurun, dan diharapkan petugas POPT dapat memantau dan melaporkan keadaan serangan secara rutin,” ujarnya.
Baca juga: Perkuat Pangan Melalui Integrasi Tanaman Kelapa dengan Padi Gogo
Lebih lanjut Dedy mengatakan ke depannya diharapkan petugas POPT lebih meningkatkan kinerja dan semakin tanggap dalam mencegah maupun mengendalikan OPT, sehingga bisa memberikan solusi strategis bagi kendala yang dihadapi pekebun saat mengelola kebunnya, dan membantu pekebun meningkatkan produktivitas serta kualitas tanaman kelapa Indonesia terus terjaga.
Kelapa masih diminati pasar global, bahkan semakin populer, karena semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.
Andi Nur menambahkan diperlukan peran aktif pemerintah untuk mendorong kesadaran dan kepedulian serta keikutsertaan pekebun dalam melakukan pengendalian OPT di kebun mereka.
Tantangan terkait OPT, sambungnya, wajib diselesaikan dan dikendalikan secara tepat dengan sinergi dari semua pihak.
“Untuk suksesnya program perkebunan, saya sangat mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait, karena perlindungan perkebunan mempunyai peranan sangat besar terutama dalam pengawalan/penyelamatan tanaman dari serangan OPT,” ujarnya.
Menurut Andi Nur, pentingnya kehadiran petugas POPT, untuk melakukan pendampingan dan pembinaan pekebun agar bisa memberikan solusi tepat guna bagi kendala di lapangan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman dan kapabilitas para petugas teknis, khususnya POPT di bidang pengendalian OPT Tanaman Kelapa. (SG-1)