SOKOGURU, BANDUNG- Sejumlah peneliti dan akademisi dari universitas-universitas terkemuka di Asia melakukan upaya mengurangi bahaya tembakau di negara-negara tersebut dan akan dimulai dari Indonesia.
Di negara yang tingkat perokoknya menjadi tantangan kesehatan besar, membangun komunikasi yang terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup di antara penduduk Indonesia.
Demikian salah satu pokok bahasan yang mengemuka dari Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoeHAR) pada Asia-Pacific Conference on Smoking and Harm Reduction di UTC Hotel Bandung, Sabtu, 14 Juni 2025.
Baca juga: ParagonCorp dan Unpad Resmikan Coworking Space, Siap Cetak Generasi Pemimpin Masa Depan!
Kegiatan tersebut membahas dialog pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) melalui penelitian ilmiah, penerapan klinis, dan usulan untuk strategi kesehatan masyarakat yang lebih efektif.
Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama dan Pemasaran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Rizky Abdulah, membuka konferensi internasional tersebut.
Hadir pada acara itu tokoh-tokoh penting dari CoEHAR, termasuk pendirinya yakni Prof. Riccardo Polosa dan Direktur CoEHAR,Prof. Giovanni Li Volti, bersama para peneliti dan perwakilan lembaga dari kawasan Asia-Pasifik.
“Untuk pertama kalinya di Indonesia, kami menciptakan momen pertukaran dan dialog di antara beberapa peneliti dan akademisi yang ahli di bidangnya,” ujar Direktur CoEHAR, Prof. Giovanni Li Volti, seperti dikutip Kanal Media Unpad, Minggu, 15 Juni.
Baca juga: Riset ‘Cangkang Telur’ Mahasiswa FKG Unpad Sabet Prestasi di Kompetisi Science Bangkok
Menurutnya, konferensi tersebut merupakan kolaborasi berharga dari mitra CoEHAR di Unpad melalui dua proyek paling penting.
“Hal ini menunjukkan bagaimana memanfaatkan hasil penelitian ilmiah sebagai dasar bagi perubahan dalam pilihan kesehatan masyarakat.” imbuh Li Volti.
Sementara Prof. Riccardo Polosa memaparkan laporan mengenai kegiatan kolaborasi penelitian CoEHAR yang sedang berjalan yakni REPLICA, yang memvalidasi bukti ilmiah terkini mengenai toksikologi rokok dan produk pengurangan bahaya di tujuh laboratorium, yang juga menetapkan standar-standar penelitian internasional baru.
Selain itu, ia memaparkan pula SMILE study yang mengevaluasi perubahan-perubahan dalam parameter kesehatan mulut pada perokok yang beralih ke produk pengurangan risiko.
“Umpan balik yang kami terima sangat positif. Dukungan dari para pemangku kepentingan dan peneliti lokal merupakan tonggak penting dari pekerjaan kami, hasil dari upaya kerja sama dan jaringan yang kuat yang memungkinkan kami membangun jembatan ilmiah dan budaya yang unik.” ujar Polosa.
Topik-topik yang dibahas oleh para narasumber di konferensi tersebut antara lain mengenai Isu-isu kesehatan kulit dan mata, serta dampak merokok pada performa atlet dan kehidupan militer, menarik perhatian baik mahasiswa maupun peserta.
Dr. Ronny Lesmana, M.Kes., AIFO, Ph.D. dari CoEHAR Padjadjaran, mengatakan, Indonesia memerlukan strategi inovatif untuk mengatasi dampak merokok terhadap kesehatan masyarakat, dan kolaborasi internasional.
Selama konferensi, para finalis Program dan Penghargaan Riset Bakat Internasional juga diperkenalkan. Inisiatif itu dikoordinasikan oleh CoEHAR di Catania dan diluncurkan pada 2021 di bawah proyek Replica.
Adapun program itu didedikasikan untuk para peneliti muda dari universitas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Program ini menawarkan dukungan finansial untuk proyek-proyek riset independen dalam pengurangan bahaya, dengan fokus pada keunggulan ilmiah dan potensi dampak kesehatan.
Dalam Konferensi itu ditawarkan pula solusi nyata untuk mengurangi bahaya merokok, peraturan hukum yang akomodatif, aliansi internasional, dan visi terpadu di bidang kesehatan, pendidikan, serta penelitian diperlukan.
Konferensi itu juga menegaskan kembali peran CoEHAR sebagai jembatan antara penelitian akademis, masyarakat, dan kesehatan publik, serta memperbarui komitmennya terhadap peta jalan global menuju masyarakat yang mengurangi bahaya.
Selain konferensi, acara dilanjutkan dengan sesi poster, presentasi lisan oleh peneliti muda, dan jamuan makan malam. (SG-1)