Kreatif

Batik Garutan: Warisan Budaya yang Tetap Eksis di Tengah Arus Globalisasi

Pada momentum Hari Batik Nasional 2024, Pemrintah Kabupaten Garut, Jawa Barat,  berharap Batik Garutan terus eksis dan mampu bersaing di tengah arus globalisasi. 

Batik Garutan, yang berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, menonjol dengan coraknya yang unik dan mencerminkan kearifan lokal masyarakat setempat.(Ist/Pemkab Garut)

BATIK, dengan motif khas yang memukau, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia yang mendunia. 

 

Di antara ragam batik dari berbagai daerah, Batik Garutan, yang berasal dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, menonjol dengan coraknya yang unik dan mencerminkan kearifan lokal masyarakat setempat.

 

Sejak diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik semakin mendapat tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. 

 

Baca juga: Hari Batik Nasional: Kebanggaan yang Terancam oleh Invasi Batik Impor

 

Setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, sebuah momentum untuk mengenang dan melestarikan kekayaan budaya ini. 

 

Salah satu batik yang tetap bertahan hingga kini adalah Batik Garutan, yang memiliki sejarah panjang dan masih berkembang meskipun tergerus arus modernisasi.

 

Sejarah dan Keberlanjutan Batik Garutan

 

Batik Garutan telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. 

 

Menurut catatan dari Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI), batik ini berkembang pesat pada tahun 1945, khususnya jenis ‘batik tulis garutan’ yang mencapai puncak kejayaannya antara tahun 1967 hingga 1985. 

 

Baca juga: Hari Batik Nasional 2024: Momentum Bangga Berbatik dan Pelestarian Batik Gedog Tuban

 

Hingga kini, di tengah derasnya arus globalisasi, Batik Garutan tetap bertahan berkat kegigihan para pengrajin lokal yang terus melestarikannya.

 

Salah satu sosok yang berperan penting dalam mempertahankan Batik Garutan adalah Euis Sukaesih,67, seorang perajin batik asal Kampung Batik Paledang, Garut Kota. Meski usianya sudah lanjut, 

 

Euis tetap semangat berkarya setiap hari. Keterampilan membatiknya diwariskan dari sang nenek sejak tahun 1974 dan terus diajarkan kepada anak cucunya. 

 

"Membatik adalah bagian dari hidup saya. Ini sudah turun-temurun dari nenek, hingga anak dan cucu saya kini juga bisa membatik," kata Euis dengan penuh kebanggaan.

 

Inovasi dan Upaya Melestarikan Batik Garutan

 

Tidak hanya Euis, Kristi Jesica, pemilik usaha Batik KJ Indonesia, juga turut berperan dalam menjaga eksistensi batik ini. 

 

Kristi berinovasi dengan mengembangkan produk-produk batik yang lebih variatif, seperti syal dan hiasan dinding, untuk menjawab kebutuhan pasar yang terus berubah. 

 

Ia juga tak henti-hentinya mempromosikan Batik Garutan kepada wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. 

 

"Setelah Kampung Batik Paledang dibuka dan dipromosikan, banyak pengunjung yang datang dari Jakarta, Bandung, bahkan dari luar negeri," ungkap Kristi.

 

Namun, Kristi mengakui bahwa regenerasi pengrajin batik tidaklah mudah. Anak-anak muda cenderung lebih memilih pekerjaan dengan gaji tetap, sementara membatik membutuhkan kesabaran dan ketekunan. 

 

Baca juga: Rayakan 40 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Irlandia, Museum Tekstil Gelar Pameran Batik

 

Untuk itu, Kristi aktif melakukan edukasi kepada anak-anak dan lingkungan sekitar agar keterampilan membatik tetap lestari. 

 

"Kami berharap dengan edukasi ini, akan ada generasi baru yang tertarik untuk melanjutkan tradisi membatik," tutur Kristi.

 

Selain itu, Ria Apriani, pemilik brand Batik CeuRia, juga aktif memperkenalkan Batik Garutan di tingkat internasional. 

 

Ia kerap mengikuti pameran di dalam dan luar negeri, dan konsumen selalu tertarik pada motif serta warna-warna khas Batik Garutan, seperti biru, kuning, merah, dan coklat tua. Inovasi Ria dalam memainkan warna tanpa meninggalkan ciri khas Batik Garutan membuat karyanya semakin diminati.

 

Dukungan Pemerintah untuk Pelestarian Batik

 

Pemerintah Kabupaten Garut tidak tinggal diam dalam upaya melestarikan batik ini. 

 

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut, Ridwan Effendi mengungkapkan bahwa Pemkab terus membina dan mendukung perajin batik melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi. 

 

Salah satu langkah konkret yang diambil adalah menerbitkan surat edaran yang mewajibkan penggunaan Batik Garutan setiap hari Jumat bagi pegawai pemerintah.

 

"Ini kami lakukan agar masyarakat lebih termotivasi untuk terus memproduksi Batik Garutan.” ujar Ridwan sebagiamana dikutip situs Pemkab Garut, Rabu (2/10). 

 

“Selain itu, kami juga rutin menggelar festival dan fashion show untuk memperkenalkan batik kepada khalayak luas," jelas Ridwan.

 

Baca jugaBatik Jumputan Yogyarta Perluas Pemasaran dengan Manfaatkan Aplikasi

 

Pada momentum Hari Batik Nasional 2024, Ridwan berharap Batik Garutan terus eksis dan mampu bersaing di tengah arus globalisasi. 

 

"Kami ingin Batik Garutan tetap hidup dan berkembang. Harapan kami, masyarakat Garut semakin mencintai batik ini dan bangga mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.

 

Batik Garutan adalah lebih dari sekadar kain. Ini adalah simbol kebanggaan dan identitas budaya yang mengakar dalam masyarakat Garut, sebuah warisan yang harus dijaga agar tetap hidup dan diwariskan ke generasi selanjutnya. (SG-2)