SokoBerita

Mewujudkan Pancasila Lewat UMKM: Keadilan Sosial yang Menyerap 97% Tenaga Kerja

Lahirnya Pancasila dari penjara Bung Karno di Bandung kini hidup dalam perekonomian Pancasila. Sektor UMKM menjadi wajah nyata keadilan sosial di Indonesia

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
01 Juni 2025
<p>Ilustrasi lambang negara Pancasila. Tepat hari ini, 1 Juni 2025, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila.(Dok.Wikipedia)</p>

Ilustrasi lambang negara Pancasila. Tepat hari ini, 1 Juni 2025, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila.(Dok.Wikipedia)

SOKOGURU – Setiap 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Sebuah momentum yang tak sekadar mengingat pidato Bung Karno di sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945.

Momen 1 Juni juga kita diajak untuk menelusuri jejak panjang kelahiran gagasan besar dari balik jeruji penjara sempit di Banceuy, Bandung. 

Dari ruang gelap berukuran hanya 2,1 x 1,46 meter, Bung Karno melahirkan pemikiran yang mengubah sejarah: “Indonesia Menggugat.”

Baca juga: Pancasila Bukan Sekadar Teks! Farhan Ajak Warga Bandung Hidupkan Nilainya Lewat Aksi Nyata

Namun hari ini, lebih dari delapan dekade kemudian, bagaimana napas Pancasila terus berdenyut dalam denyut kehidupan bernegara, terutama dalam perekonomian yang menyentuh rakyat terbawah?

Bandung dan Lahirnya Ideologi Bangsa

Bung Karno pernah berkata bahwa "di Surabaya aku lahir, di Blitar aku disemayamkan, tapi di Bandung aku lahir secara ideologis." 

Dari Bandung—tepatnya dari penjara Banceuy—gagasan tentang kebangsaan, keadilan sosial, hingga kemanusiaan disusun dan kemudian mewujud menjadi lima sila yang hingga kini menjadi dasar negara.

Pidato 1 Juni 1945 bukanlah pidato biasa. Di sanalah kelima sila Pancasila diperkenalkan untuk pertama kalinya: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial

Sebuah konsepsi ideologis yang menyatukan ribuan pulau dan ratusan suku bangsa.

Pancasila dalam Praktik Bernegara: Bukan Sekadar Simbol

Kini, tantangan terbesar bukan lagi melawan penjajah, tetapi bagaimana menjadikan Pancasila bukan sekadar hafalan dalam upacara, melainkan roh yang hidup dalam setiap kebijakan negara. 

Salah satu sila yang paling relevan dalam konteks hari ini adalah sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Baca jugaBandung, Tempat Bung Karno "Lahir" Secara Ideologis! Ini Kata Wali Kota Farhan

Dalam praktiknya, sila kelima ini hidup dalam berbagai bentuk—salah satunya dalam dukungan terhadap sektor ekonomi rakyat: Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

UMKM, Tulang Punggung Ekonomi Pancasila

UMKM adalah wajah nyata ekonomi Pancasila. Mengapa? Karena mereka mencerminkan semangat gotong royong, kemandirian, dan pemerataan kesejahteraan. 

Data menunjukkan, lebih dari 64 juta pelaku UMKM tersebar di seluruh pelosok Indonesia. 

Mereka menyumbang lebih dari 60% terhadap PDB nasional dan menyerap hingga 97% tenaga kerja di negeri ini.

Baca juga: Pj Gubernur Jawa Barat Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Bandung

Mendukung UMKM berarti mewujudkan keadilan sosial. Negara kini memperkuat peran UMKM melalui berbagai kebijakan: mulai dari pembiayaan KUR tanpa agunan, digitalisasi pasar rakyat, subsidi bunga, pelatihan kewirausahaan, hingga pemberian akses ekspor dan kemitraan global.

Perekonomian Pancasila: Bukan Kapitalis, Bukan Sosialis

Dalam pidatonya, Bung Karno pernah menegaskan bahwa ekonomi Indonesia harus berjalan di tengah, bukan menganut sistem kapitalisme liberal maupun sosialisme ekstrem. 

Gagasan itu kini populer sebagai ekonomi Pancasila—ekonomi yang menempatkan manusia dan keadilan sebagai pusat, bukan hanya laba atau negara.

Dengan mendukung UMKM dan koperasi, negara menjalankan sistem ekonomi yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak, bukan hanya pada segelintir elite pemilik modal.

Gotong Royong di Era Digital

Di zaman digital ini, semangat gotong royong tak lagi hanya dalam bentuk kerja bakti atau ronda malam. Ia menjelma dalam bentuk crowdfunding, koperasi digital, hingga marketplace UMKM lokal. 

Pemerintah, swasta, dan masyarakat bahu-membahu menciptakan ekosistem baru agar pelaku usaha kecil bisa naik kelas dan bersaing secara global.

Menjaga Nyala Ideologi dari Akar Rumput

Saat kita membeli kopi dari petani lokal, mempromosikan kerajinan tangan di media sosial, atau memilih produk UMKM di marketplace, sebenarnya kita sedang menjaga nyala Pancasila tetap hidup. 

Kita sedang menghidupi sila kelima dan menanamkan nilai-nilai keadilan, persatuan, dan kemandirian dalam tindakan nyata.

Dari Sel Kecil ke Dunia Besar

Apa yang lahir dari penjara kecil di Bandung telah menjadi ide besar yang memandu bangsa. Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tetapi untuk dihidupi. 

Dalam wajah UMKM yang tersenyum melayani pembeli, dalam anak muda yang merintis bisnis lokal dengan semangat nasionalisme, dan dalam kebijakan negara yang berpihak pada rakyat kecil—di sanalah Pancasila terus lahir, setiap hari. (Editorial/Deri Dahuri) (*)