SokoBerita

Pancasila Bukan Sekadar Teks! Farhan Ajak Warga Bandung Hidupkan Nilainya Lewat Aksi Nyata

Wali Kota Bandung Farhan tegaskan pentingnya spiritualitas dalam kepemimpinan dan makna sejati Pancasila di Hari Lahir Pancasila 2025. Simak refleksinya.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
01 Juni 2025
<p>Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan pesan mendalam dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Sabtu, 31 Mei 2025. (Dok.Pemkot Bandung)</p>

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan pesan mendalam dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Sabtu, 31 Mei 2025. (Dok.Pemkot Bandung)

SOKOGURU, BANDUNG – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan pesan mendalam dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Sabtu, 31 Mei 2025. 

Dalam dialog bersama Majelis Luhur Kepercayaan Kota Bandung di Pendopo Kota Bandung, Farhan mengajak seluruh masyarakat untuk kembali menggali spirit asli Pancasila.

Menurut Farhan, Pancasila bukan sekadar sebagai norma hukum, melainkan sebagai ruh kebangsaan yang hidup dalam tindakan sehari-hari.

Baca juga: Pj Gubernur Jawa Barat Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Bandung

Dengan nada kontemplatif, Farhan mengingatkan bahwa kepemimpinan tanpa dasar spiritual dan moral hanya akan melahirkan penguasa otoriter yang haus kekuasaan. 

Ia menyinggung kerasnya kepemimpinan dinasti Korea Utara sebagai contoh ekstrem.

“Kalau pemimpin hanya mengandalkan hukum positif tanpa nilai spiritual, maka sangat mungkin ia berubah menjadi seperti Kim Il-Sung, Kim Jong-Il, atau Kim Jong-Un,” tegas Farhan.

Keadilan Sosial Bukan Sekadar Hukum, Tapi Rasa

Farhan menyoroti pentingnya keadilan sosial sebagai puncak Pancasila, bukan hanya melalui peraturan, tetapi melalui rasa dan pengalaman rakyat.

Baca juga: Di Bandung, Menaker Ajak Serikat Pekerja Terapkan Nilai Hubungan Industrial Pancasila 

Ia mengkritik ketimpangan hukum yang kerap lebih keras kepada pelaku kejahatan kecil daripada koruptor kelas kakap.

“Keadilan itu rasa. Bukan hanya angka indeks. Banyak warga terluka karena keadilan tak terasa,” ujarnya.

Farhan juga memperkenalkan konsep equilibrium (keseimbangan) dalam keadilan. 

Ia menyebut bahwa kesetaraan (equal) belum tentu adil jika tidak memperhatikan kebutuhan dan kondisi masing-masing individu.

Meneladani Bung Karno dari Arjasari

Dalam pidatonya, Farhan menceritakan kisah spiritual Bung Karno yang diyakini menemukan Pancasila di tengah kontemplasi di Hutan Arjasari, Banjaran, Kabupaten Bandung. 

Baca juga: Program Inovatif ‘For Your Pancasila’ Tanamkan Nilai Pancasila pada Kreator Konten

Ia menyatakan keinginannya untuk melestarikan tempat-tempat bersejarah tersebut sebagai bagian dari warisan ideologis bangsa.

“Saya ingin makam-makam tokoh inspiratif dan tempat spiritual Pancasila dirawat dan dijadikan ruang refleksi,” tambahnya.

Bandung dan Toleransi: Modal Menjadi Kota Pancasila

Farhan juga memuji kuatnya toleransi antarumat beragama dan sosial di Bandung. 

Ia mencontohkan bagaimana konflik antara Bobotoh dan Jakmania kini bisa diredam dengan pendekatan humanis tanpa represif.

Ia menegaskan, hak untuk beribadah dan menyampaikan pendapat, termasuk demo, tetap dijamin selama tidak menimbulkan kekerasan. Pemerintah bertugas sebagai penengah yang menjaga kerukunan.

Pancasila Harus Dihidupkan, Bukan Sekadar Dihafal

Menutup dialog, Farhan mengajak seluruh warga untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Gotong royong, persatuan, dan keadilan sosial harus menjadi kebiasaan nyata, bukan slogan.

“Bandung harus jadi kota yang tidak hanya hafal Pancasila, tapi menghidupi Pancasila,” pungkasnya. (*)