NILAI ekspor rajungan nasional mencapai USD448 juta pada 2023. Secara sosial komoditas tersebut juga memberikan penghidupan bagi sekitar 90.000 nelayan dan 180.000 pengupas yang mengolah rajungan.
Untuk memperkuat pemasaran rajungan tangkapan nelayan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun menggandeng Forum Komunikasi (Forkom) Nelayan Rajungan Nusantara dan Startup Fishlog.
"Rajungan merupakan salah satu dari lima komoditas prioritas KKP dan tentu kami akan berkomitmen untuk menjaga komoditas itu sebagai produk perikanan sustainable yang diperoleh dengan cara-cara yang ramah lingkungan ," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, Minggu (10/3) yang dilansir kkp.go.id.
Baca juga: Dongkrak Produktivitas, KKP Gencar Kembangkan Modeling Lima Komoditas Unggulan
Adapun Forum Komunikasi (Forkom) Rajungan Jepara, lanjutnya, merupakan kumpulan nelayan rajungan yang menangkap dan menjual rajungan ke pengepul.
"Dari sisi hulu, Sustainable Fisheries Partnership (SFP) telah mendampingi para nelayan untuk menerapkan penangkapan rajungan secara berkelanjutan," imbuh Budi.
Sebab itu, sambungnya, melalui nota kesepahaman antara Ditjen PDSPKP, Forkom dan Fishlog, kehadiran KKP dalam fasilitasi penguatan kelembagaan dan akses pasar, terutama untuk menjembatani dalam mendapatkan harga yang lebih fair dan transparan.
Baca juga: Lindungi Nelayan, KKP akan Tetapkan Harga Terendah Benih Lobster dari Nelayan
Selain itu, bersama SFP dan Fishlog sedang memfasilitasi Forkom dalam pengembangan usaha rajungan yang memenuhi sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Selanjutnya, melakukan pendampingan dalam mengembangkan ekosistem bisnis, termasuk membangun networking ke lembaga keuangan dan pemasaran.
"Melalui skema ini, diharapkan akan terbentuk pola-pola usaha berbasis komunal," tuturnya.
Baca juga: Kerja Sama KKP dan Sumba Timur Bangun Modeling Budi Daya Udang di Lahan Tandus
Budi menyebut Forkom adalah wadah para nelayan rajungan yang berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip penangkapan yang berkelanjutan. Berbagai upaya telah dilakukan Forkom, diantaranya menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan (seperti bubu), menghindari tertangkapnya atau mengembalikan rajungan kecil yang tertangkap, mengkarantina rajungan bertelur yang tertangkap, serta melakukan pencatatan data hasil tangkapan.
"Semoga sinergi antar pihak dalam menjaga ekologi dan sumberdaya guna mendukung keberlanjutan usaha dapat menjadi model untuk direplikasi di area atau komoditas lainnya," kata Budi.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong jajarannya untuk meningkatkan produksi rajungan. Langkah tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari mencari dan membudidayakan komoditas rajungan. (SG-1)