Humaniora

Toko Nol Sampah Wujudkan Hidup Ramah Lingkungan di Tengah Kota Bandung

Siska, yang telah 10 tahun mempelopori kampanye nol sampah, membuka toko ini sebagai sarana untuk mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
24 Oktober 2024
Toko Nol Sampah, yang terletak di Jalan Bima, Cicendo, Kota Bandung, bukan sekadar toko biasa. (Dok.Pemprov Jabar)

DI tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan Bandung, terdapat sebuah oasis yang berusaha mengubah pola pikir masyarakat tentang konsumsi dan limbah. 

 

Toko Nol Sampah, yang terletak di Jalan Bima, Cicendo, Kota Bandung, bukan sekadar toko biasa. 

 

Di balik dinding sederhana dan tatanan produk yang minimalis, ada sebuah visi besar yang digenggam pemiliknya, Siska Nirmala, 36. 

 

Baca juga: Pemkot Bandung Perkuat Pengelolaan Sampah Berbasis Wilayah, Targetkan ‘Zero Waste’

 

Siska, yang telah 10 tahun mempelopori kampanye nol sampah, membuka toko ini sebagai sarana untuk mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan. 

 

Toko ini berukuran 6 meter x 4 meter, dikelilingi pepohonan mahoni yang tinggi, menciptakan nuansa sejuk dan asri. 

 

Begitu memasuki toko, pengunjung disambut oleh deretan stoples kaca berisi beragam produk yang terorganisir dengan rapi di rak kayu. 

 

Setiap stoples, yang berkisar antara 1 hingga 5 liter, menyimpan bumbu masak, makanan matang, hingga bahan makanan seperti biji-bijian dan makaroni.

 

Baca juga: Dukung 'Zero Emission 2050', BRI Luncurkan Program 'Zero Waste to Landfill'

 

“Harapannya, semua produk dan aktivitas jual beli ini bisa meminimalkan potensi munculnya sampah,” ungkap Siska.

 

Produk Ditata untuk Hindari Kemasan Berlebihan

 

Ia juga menjelaskan penataan produknya yang menghindari kemasan berlebih. Ia mendorong pembeli untuk membawa wadah sendiri, sejalan dengan misi tokonya.

 

Baca juga: Hotel dan Restoran Bandung Kelola Sampah Secara Mandiri, Dukung Atasi Masalah Sampah

 

Salah satu produk yang menarik perhatian adalah buah lerak, yang sering disebut biji sabun. Meskipun bentuknya mirip kacang kenari, lerak tidak dimakan. 

 

Sebaliknya, ia digunakan sebagai bahan pencuci yang ramah lingkungan. 

 

“Cara menggunakannya sederhana. Bisa direndam atau disimpan dalam wadah sebelum masuk ke mesin cuci,” kata Siska, sambil menunjukkan cara penggunaannya.

 

Kenalkan Konsep Zero Waste kepada Masyarakat

 

Toko Nol Sampah didirikan pada September 2020, bukan dengan tujuan untuk meraih keuntungan, melainkan untuk menjadi jendela yang memperkenalkan konsep zero waste kepada masyarakat. 

 

Bagi Siska, hidup tanpa sampah bukanlah sekadar tren, tetapi sebuah perjalanan hidup yang dimulai dari pelatihan sehari tentang zero waste di Yayasan Pendidikan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung pada tahun 2010.

 

Baca juga: Rumah Maggot Rancabolang: Ubah Sampah Organik Jadi Solusi Ramah Lingkungan

 

“Dulu, saya sakit-sakitan, kini hidup lebih sehat. Ternyata mengurangi sampah dan memperhatikan pola makan dapat meningkatkan kualitas kesehatan,” ungkap Siska, 

 

Siska menunjukkan bagaimana prinsip zero waste telah membentuk kehidupannya.

 

Namun, menerapkan konsep ini tidaklah mudah. Tantangan terbesar yang dihadapi Siska adalah kebiasaan masyarakat yang masih mengandalkan plastik dan pencampuran sampah. 

 

“Bagi sebagian pedagang, kantong belanja masih dianggap barang mewah,” jelasnya. 

 

Edukasi Kreatif dan Praktik Langsung

 

Oleh karena itu, Siska berupaya memberikan edukasi yang kreatif dan praktik langsung untuk mengubah kebiasaan tersebut.

 

Inti dari perjalanan zero waste yang dijalani Siska adalah menciptakan pengalaman menyenangkan dengan sampah seminimal mungkin. 

 

Ia mendorong masyarakat untuk membawa bekal tanpa kemasan plastik, menggunakan sayuran atau buah sebagai pengganti kudapan, dan tidak membawa botol minum atau makanan dalam kemasan.

 

Baca juga: RW 19 Antapani, Bandung, Sukses Kelola Sampah Mandiri, Tak Ada Sampah Organik Terbuang

 

Melalui Toko Nol Sampah, Siska Nirmala tidak hanya menawarkan produk-produk ramah lingkungan, tetapi juga mengajak masyarakat untuk bertransformasi menjadi lebih sadar lingkungan. 

 

Dengan semangat dan dedikasinya, Siska berusaha membangun kesadaran akan pentingnya menjaga bumi,

 

Ia juga sekaligus menginspirasi generasi mendatang untuk menjalani hidup yang lebih berkelanjutan. (SG-2)