Editorial

Tingkatkan Manajemen UMKM di Bangka Belitung Antara Tantangan dan Harapan

On-job training yang dilakukan langsung di lapangan, seperti di UMKM Kerupuk Teratai Mario dan Kue Lapis Susu Zulaika, memberikan peserta pengalaman praktis yang sangat berharga. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
02 Juli 2024
Ilustrasi. Provinsi  Babel bersama ITB bekerja sama untuk meningkatkan manajemen operasional UMKM. (Ist/accsslogistik). 

UPAYA Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk meningkatkan manajemen operasional usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah langkah yang sangat diperlukan. 

 

Di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah, pelaku usaha kecil dan menengah di 'Negeri Serumpun Sebalai' membutuhkan strategi yang solid dan pembekalan yang memadai untuk mampu bersaing di pasar global.

 

Program bimbingan teknis manajemen operasional yang digelar di Pangkalpinang ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen operasional UMKM. 

 

Baca juga: Inilah 'Asian Value' yang Tak Selaras untuk Pengembangan UMKM

 

Melibatkan 55 pelaku UMKM, program ini berfokus pada peningkatan efisiensi operasional dan penerapan teknologi dalam usaha mereka. 

 

Namun, meskipun niat baik dan usaha keras telah dilakukan, tantangan klasik seperti logistik, sumber daya manusia yang rendah, dan akses terhadap sumber daya masih menjadi penghambat utama.

 

Posisi strategis Pulau Bangka dalam peta kewirausahaan juga memerlukan perhatian lebih. Sementara Belitung telah sukses memposisikan dirinya sebagai destinasi pariwisata, Bangka masih mencari identitas yang jelas. 

 

Penegasan positioning Pulau Bangka adalah langkah penting untuk menentukan rencana aksi yang efektif dan berkelanjutan.

 

Pengembangan kapasitas konsultan, pendamping, dan pembina UMKM adalah salah satu langkah penting dalam program ini. 

 

Baca juga: Menyongsong Era UMKM Hijau: Tantangan dan Harapan

 

Dengan peningkatan kemampuan manajemen operasional dan produksi, UMKM diharapkan dapat naik kelas dan bertahan menghadapi berbagai krisis, termasuk penurunan daya beli masyarakat. 

 

Namun, pengembangan ini memerlukan dukungan berkelanjutan dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.

 

On-job training yang dilakukan langsung di lapangan, seperti di UMKM Kerupuk Teratai Mario dan Kue Lapis Susu Zulaika, memberikan peserta pengalaman praktis yang sangat berharga. 

 

Pendekatan hands-on ini memungkinkan peserta untuk mendiagnosis permasalahan nyata dan memberikan saran perbaikan yang konkret. 

 

Ini adalah langkah yang positif, tetapi implementasinya harus dipantau dan didukung secara berkelanjutan agar benar-benar memberikan dampak yang signifikan.

 

Diskusi kelompok terfokus (FGD) terkait arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Pemprov Babel juga merupakan inisiatif yang baik untuk mendapatkan wawasan dan sudut pandang yang beragam dari para pakar. 

 

Namun, penting untuk memastikan bahwa hasil dari diskusi ini diterjemahkan ke dalam kebijakan yang konkret dan dapat diimplementasikan dengan efektif.

 

Secara keseluruhan, program ini adalah langkah yang penting dan perlu diapresiasi.

 

Namun, keberhasilan jangka panjang memerlukan komitmen berkelanjutan, sinergi antar berbagai pihak, dan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan pelaku UMKM. 

 

Baca juga: Hari UMKM Internasional: Angkat Peran Vital UMKM di Tengah Krisis Global

 

Hanya dengan demikian, UMKM dapat benar-benar menjadi tulang punggung perekonomian daerah yang tangguh dan berdaya saing tinggi di pasar global.

 

Pemerintah dan ITB perlu terus memonitor perkembangan program ini, memastikan bahwa pelaku UMKM mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan yang ada. 

 

Kolaborasi yang kuat antara semua pemangku kepentingan akan menjadi kunci sukses dalam membangun UMKM yang lebih baik dan lebih kompetitif.(SG-2)