AJANG Pertamina UMK Academy 2024 mendapat apresiasi dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki.
Program ini seolah menjadi cahaya harapan bagi sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Namun, di balik pujian dan optimisme yang dilontarkan, terselip tantangan besar yang masih menghambat pertumbuhan UMKM di Tanah Air.
Baca juga: Saatnya Dorong Generasi Muda Terjun dan Geluti Sektor Pertanian dan Perikanan
Selama bertahun-tahun, UMKM telah menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, namun mereka masih terjebak dalam struktur ekonomi yang informal dan berskala kecil.
Sejak lama, pemerintah telah menyadari bahwa sebagian besar UMKM hanya mampu memenuhi kebutuhan harian.
Namun, meski berbagai program telah digulirkan, masih banyak yang gagal membawa UMKM naik kelas dan bersaing di pasar lokal, apalagi global.
Di tengah tantangan ini, muncul inisiatif seperti Pertamina UMK Academy yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan peningkatan daya saing UMKM.
Pertamina, melalui program ini, berusaha membina ribuan mitra UMKM agar tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Dari sudut pandang ini, usaha Pertamina layak diapresiasi.
:Baca juga: Angkat UMKM Indonesia ke Panggung Global, Salut untuk Langkah Pertamina
Namun, kita perlu bertanya, apakah program-program semacam ini cukup untuk mengatasi akar permasalahan yang dihadapi UMKM?
Salah satu hambatan terbesar adalah akses pembiayaan. Menteri Teten dengan tepat menunjukkan bahwa skema pembiayaan yang konvensional masih menjadi penghalang utama bagi UMKM untuk berkembang.
Mayoritas UMKM tidak memiliki aset untuk dijadikan jaminan, sehingga mereka sulit mengakses kredit dari perbankan.
Ini adalah realitas yang dihadapi hampir separuh UMKM di Indonesia, berbeda dengan kondisi UMKM di negara seperti Korea Selatan dan Jepang, di mana akses pembiayaan lebih terbuka.
Baca juga: Layak Diapresiasi, Tokopedia dan ShopTokopedia Bantu UMKM Batik Jadi Kreator Konten
Skema credit scoring yang sedang diuji coba oleh Kemenkop UKM bisa menjadi terobosan penting.
Jika berhasil diterapkan, ini dapat membuka pintu bagi lebih banyak UMKM untuk mendapatkan pembiayaan yang mereka butuhkan tanpa harus bergantung pada jaminan fisik.
Namun, skema ini masih dalam tahap awal, dan belum dapat dipastikan apakah akan efektif dalam skala besar.
Di sisi lain, tantangan dalam meningkatkan daya saing UMKM juga tidak kalah rumit. Pemerintah berupaya membangun rumah produksi bersama (RPB) di berbagai daerah untuk membantu UMKM menciptakan produk yang lebih baik dan terstandardisasi.
Hal ini adalah langkah positif, tetapi harus disertai dengan upaya lebih besar untuk memastikan UMKM terintegrasi dengan industri nasional sebagai bagian dari rantai pasok yang berkelanjutan.
Pertamina UMK Academy 2024, meski penuh potensi, juga tidak boleh hanya menjadi sekadar ajang pencitraan.
Pertamina dan pemerintah harus memastikan bahwa program ini bukan sekadar charity atau aktivitas seremonial, tetapi benar-benar mampu menghasilkan UMKM yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
UMKM harus didorong menjadi bagian integral dari ekonomi nasional, bukan hanya sektor pinggiran yang terus-menerus diberi subsidi tanpa ada peningkatan kualitas yang signifikan.
Kritik perlu diarahkan kepada pemerintah dan BUMN agar mereka tidak hanya fokus pada angka-angka besar atau jumlah peserta program, tetapi juga pada kualitas dan dampak nyata dari program-program yang mereka jalankan.
Kita perlu memastikan bahwa UMKM yang berpartisipasi dalam program ini benar-benar mengalami transformasi, bukan sekadar menjadi alat untuk memenuhi target statistik.
Dalam hal ini, kolaborasi dengan lembaga keuangan, venture capital, dan bahkan Bursa Efek Indonesia untuk memfasilitasi pembiayaan dan akses pasar harus dilakukan dengan serius.
Baca juga: Target Ambisius UMKM Digitalisasi Jangan Hanya Fokus pada Reseller Tetapi Produsen
Pemerintah juga perlu terus mengawasi dan mengevaluasi program-program ini agar tidak terjebak dalam rutinitas tanpa hasil yang nyata.
Pertamina UMK Academy 2024 adalah langkah yang baik, tetapi perjalanan untuk memberdayakan UMKM masih panjang dan penuh tantangan.
Hanya dengan komitmen yang kuat, kebijakan yang tepat, dan eksekusi yang konsisten, kita dapat membawa UMKM Indonesia ke level yang lebih tinggi dan memastikan mereka berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. (SG-2)