MARKETPLACE Tokopedia dan ShopTokopedia telah melangkah lebih jauh dalam mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batik dengan cara yang inovatif: melatih mereka menjadi kreator konten.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan melalui unggahan yang menghibur dan menarik, sebuah strategi yang sejalan dengan tren digital saat ini.
Inisiatif ini berhasil menarik hampir 500 UMKM batik yang antusias mengikuti pelatihan bisnis daring.
Baca juga: Target Ambisius UMKM Digitalisasi Jangan Hanya Fokus pada Reseller Tetapi Produsen
Hasilnya, sekitar setengah dari mereka membuka toko di ShopTokopedia.
Ini bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mutlak bagi pelaku UMKM.
Namun, langkah ini seharusnya tidak hanya berhenti pada pelatihan dan pembukaan toko online.
Tokopedia dan ShopTokopedia perlu memastikan bahwa UMKM yang telah tergabung dalam ekosistem digital ini juga memiliki daya saing yang kuat.
Baca juga: Tokopedia dan ShopTokopedia Dorong UMKM Berkembang Lewat Kampanye 'Beli Lokal'
Tantangan terbesar adalah bagaimana UMKM ini mampu menjaga konsistensi konten yang relevan dan menarik, tanpa mengabaikan kualitas produk yang mereka tawarkan.
Lebih dari 14 ribu video telah diproduksi di media sosial TikTok dengan total tayangan mencapai lebih dari 22 juta kali.
Kampanye #MelokalDenganBatik yang digagas oleh Tokopedia melibatkan sekitar 200 kreator konten dari berbagai skala.
Meskipun angka ini mengesankan, pertanyaannya adalah sejauh mana kampanye ini mampu menghasilkan dampak jangka panjang bagi UMKM batik?
Baca juga: Patut Acungi Jempol, Langkah Awal Kemendag Berantas Praktik Impor Ilegal
Apakah lonjakan transaksi yang diklaim lebih dari 90% ini bersifat sementara, atau mampu menciptakan basis pelanggan yang setia?
Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Insititut Seni Indonesia (ISI) untuk menciptakan ratusan desain motif baru dan penyediaan mesin cetak serta pengering untuk meningkatkan kapasitas produksi, patut diapresiasi.
Namun, lagi-lagi, tantangannya adalah bagaimana inovasi ini dapat diterjemahkan menjadi keberlanjutan usaha.
Apakah UMKM batik yang menerima bantuan ini mampu terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren pasar yang terus berubah?
Dukungan lain seperti akses ke lembaga pembiayaan resmi juga penting, namun seringkali terhambat oleh masalah birokrasi dan ketidakmampuan UMKM untuk memenuhi persyaratan administrasi.
Di sinilah Tokopedia dan ShopTokopedia harus hadir dengan solusi yang lebih praktis dan proaktif, untuk memastikan bantuan modal ini benar-benar sampai ke tangan pelaku usaha yang membutuhkan.
Contoh nyata dari kesuksesan kampanye ini terlihat pada Batik Pandansari yang mencatat peningkatan penjualan hingga 70% setelah bergabung.
Namun, kita perlu waspada terhadap euforia sesaat ini. UMKM batik seperti Batik Pandansari harus terus didukung dengan strategi pemasaran yang berkelanjutan agar tidak hanya menjadi pemenang sementara.
Baca juga: Jaga Stabilitas: Tantangan dan Strategi BRI dalam Mengelola NPL UMKM
Menurut data Pusat Data dan Informasi (PudatinP Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sektor industri tekstil dan pakaian, termasuk batik, masing-masing menyumbang sebesar 1,40% dan 4,30% terhadap PDB kuartal III 2023 di Industri Pengolahan Non-Migas.
Angka ini menunjukkan pentingnya peran sektor ini dalam perekonomian nasional.
Oleh karena itu, upaya pemberdayaan UMKM batik harus terus ditingkatkan dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan berorientasi jangka panjang.
Tokopedia dan ShopTokopedia telah membuka jalan, namun jalan ini masih panjang.
Agar UMKM batik dapat benar-benar bangkit dan berkembang, dibutuhkan sinergi yang lebih kuat antara berbagai pemangku kepentingan, serta komitmen untuk terus mendukung mereka dalam menghadapi tantangan era digital. (SG-2)