SOKOGURU, JAKARTA- Untuk memperkuat struktur usaha nasional yang inklusif dan berkelanjutan, Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) akan mengoptimalkan dan memperluas penguatan skema kemitraan dan rantai pasok melalui program Holding UMKM pada 2026.
Kementerian UMKM akan mengembangkan sedikitnya lima klaster strategis, yakni sepak bola, pariwisata, pertanian, makan bergizi gratis, serta kesehatan dan kecantikan di tahun depan.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian UMKM, Bagus Rachman di Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025.
Baca juga: Kementerian UMKM Perkuat Integrasi Usaha Kecil ke dalam Rantai Pasok Nasional
“Untuk klaster sepak bola, pada awal Desember telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian UMKM, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Kementerian Dalam Negeri. Kami sepakat memperkuat ekosistem sepak bola melalui pemberdayaan UMKM. Sepak bola dipilih sebagai proyek percontohan dan selanjutnya akan dikembangkan ke cabang olahraga lainnya,” ujarnya dalam keterangan resmi Kementerian UMKM.
Sepanjang 2025, sambung Bagus, pihaknya telah menjalankan program Holding UMKM melalui sejumlah klaster, antara lain fesyen, kriya (handicraft), serta kelautan dan perikanan.
Baca juga: Kementerian UMKM Optimistis Capaian Perkuatan Usaha Mikro di 2025 Jadi Modal Akselerasi pada 2026
Usaha menengah sebagai operator Holding UMKM tersebut akan menjadi Role Model untuk dapat direplikasi sampai pada masifikasi di seluruh Indonesia.
“Pada klaster kelautan dan perikanan, program ini melibatkan 600 pemindang ikan. Sementara itu, pada klaster fesyen terdapat 550 pengrajin dan reseller yang terlibat, serta 150 pengrajin pada klaster kriya,” imbuhnya.
Melalui program Holding UMKM, Bagus menegaskan, pengusaha menengah diharapkan dapat menjadi poros penghubung bagi usaha mikro dan kecil dalam klaster yang sama, sehingga tercipta skala ekonomis, akses pembiayaan, pendampingan inkubasi, dan pemasaran yang lebih kuat untuk mendorong pertumbuhan usaha secara berkelanjutan.
Baca juga: Kementerian UMKM Sambut Positif Rencana Arema FC Kelola Stadion Kanjuruhan
“Usaha menengah diharapkan mampu membantu menyelesaikan berbagai tantangan yang kerap dihadapi usaha mikro dan kecil, seperti kendala produksi, keterbatasan akses pembiayaan, belum optimalnya standardisasi mutu, serta lemahnya integrasi rantai pasok,” ujarnya.
Pada 2026, Kementerian UMKM juga akan mengoptimalkan pembiayaan inovatif bagi usaha menengah melalui skema yang terstruktur, terkurasi, serta berbasis pada kesiapan finansial dan potensi usaha.
Pada tahun sebelumnya, jelas Bagus lagi, terdapat 56 usaha menengah yang terpilih dalam skema pembiayaan ini.
Program tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah lembaga keuangan perbankan dan nonperbankan, seperti bank-bank Himbara dan Pegadaian, serta mitra kolaborator lainnya, termasuk Kementerian Perdagangan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dan BUMN,” katanya.
Selain itu, Bagus menambahkan bahwa program RISE to IPO, yang bertujuan memberikan kesempatan bagi usaha menengah untuk melantai di bursa, juga akan kembali diselenggarakan pada 2026 di Surabaya, Bandung, dan Makassar.
“Tahun sebelumnya, program RISE to IPO telah dilaksanakan di Jakarta dan Semarang dengan total 128 perusahaan yang lolos proses kurasi dan mengikuti rangkaian seminar,” tuturnya.
Menurut Bagus, RISE to IPO menjadi jembatan strategis bagi pengusaha menengah untuk naik kelas, dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka yang lebih tertata, transparan, dan kompetitif, sekaligus berperan sebagai jangkar penting bagi penguatan ekosistem jutaan usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia. (SG-1)