SOKOGURU - Ada masa ketika emas hanya dipandang sebagai perhiasan, namun ada pula saat ketika logam mulia itu berubah menjadi pelindung terakhir rasa aman publik, terutama ketika dunia terasa semakin rapuh.
Menjelang penutupan tahun 2025, situasi global yang penuh ketidakpastian kembali mendorong emas ke panggung utama, bukan sekadar sebagai aset, melainkan simbol kepercayaan.
Lonjakan harga yang terjadi hari ini mencerminkan keresahan kolektif sekaligus strategi bertahan para investor.
Memasuki perdagangan hari Rabu, 24 Desember 2025, pergerakan harga emas dunia menunjukkan gejala yang tidak biasa.
Grafik harga bergerak agresif, menembus batas psikologis yang selama ini hanya menjadi proyeksi, bukan kenyataan.
Dalam hitungan jam, emas mencatatkan level tertinggi sepanjang sejarah, didorong oleh kombinasi tekanan geopolitik dan sentimen ekonomi global yang belum menemukan titik tenang.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela menjadi salah satu pemantik utama. Konflik ini tidak berdiri sendiri, melainkan hadir di tengah perang Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut tanpa kepastian akhir.
Situasi tersebut memperkuat kecenderungan investor global untuk mengalihkan dana ke aset yang dianggap paling aman, dan emas kembali menjadi pilihan utama.
Di sisi lain, proyeksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed turut memperlemah posisi dolar Amerika Serikat.
Ketika dolar kehilangan daya tariknya, emas justru menemukan momentumnya.
Hubungan terbalik antara dolar dan emas kembali bekerja, mempertegas pola klasik yang kerap muncul di tengah gejolak ekonomi dunia.
Dampak dari situasi global itu terasa nyata di pasar domestik. Melansir dari laman resmi logamulya.com, harga jual emas batangan bersertifikat pabrikan PT Antam dalam pecahan 1 gram pada Rabu, 24 Desember 2025, tercatat naik signifikan ke level Rp2.561.000 per gram. Angka ini melonjak Rp59.000 sekaligus menjadi harga tertinggi sepanjang sejarah emas Antam.
Baca Juga:
Tak hanya harga jual, nilai pembelian kembali atau buyback emas Antam pun bergerak searah.
Pada hari yang sama, harga buyback tercatat di angka Rp2.420.000 per gram, juga naik Rp59.000. Kenaikan serentak ini memperlihatkan betapa kuatnya tekanan permintaan di pasar emas fisik.
Fenomena serupa terjadi pada emas batangan bersertifikat PT UBS. Harga jual emas UBS pecahan 1 gram pada 23 Desember 2025 terpantau semakin memuncak di level Rp2.610.000 per gram, naik Rp43.000.
Sementara itu, harga buyback emas UBS juga ikut melesat ke Rp2.421.000 per gram, mengalami kenaikan Rp40.000.
Tak ketinggalan, emas lantakan lokal atau emas 24 karat non-merek yang kerap disebut emas cukim turut mencatatkan rekor baru. Pada tanggal yang sama, harga emas lantakan lokal berada di level Rp2.373.000 per gram, menjadi titik tertinggi yang pernah tercatat di pasar lokal.
Di lapangan, lonjakan harga ini memunculkan respons beragam. Sebagian masyarakat memilih menahan emas yang dimiliki, berharap harga masih akan bergerak naik. Di sisi lain, tidak sedikit pula yang justru memanfaatkan momentum ini untuk melepas emas sebagai bentuk realisasi keuntungan setelah disimpan bertahun-tahun.
Bagi investor ritel, kondisi ini menjadi pengingat bahwa emas bukan sekadar instrumen spekulasi jangka pendek. Lonjakan harga yang terjadi hari ini lahir dari akumulasi krisis, konflik, dan ketidakpastian yang berlangsung lama. Emas bergerak bukan karena euforia sesaat, melainkan karena hilangnya rasa aman di banyak sektor ekonomi global.
Menjelang akhir tahun 2025, pertanyaan yang muncul di benak publik bukan lagi apakah emas akan turun atau naik dalam hitungan hari, melainkan seberapa lama ketidakpastian global ini akan bertahan. Selama dunia belum menemukan keseimbangan baru, emas tampaknya masih akan terus menjadi tempat berlindung yang paling dipercaya. (*)