SOKOGURU - Banyak penerima bantuan sosial (bansos) yang kaget ketika bantuannya tiba-tiba terhenti. Padahal merasa belum ada perubahan ekonomi yang signifikan.
Setelah ditelusuri, ternyata penyebab utamanya adalah perubahan desil dalam sistem Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSN).
Artikel ini akan membongkar 8 penyebab utama kenapa bansos tidak cair akibat perubahan desil, lengkap dengan fakta-fakta dari berbagai sumber. Simak ulasannya di bawah ini untuk tahu faktanya!
1. Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Punya motor atau mobil pribadi? Sekalipun bukan kendaraan baru, data ini bisa terbaca oleh sistem DTSN dan menandakan bahwa Anda tergolong lebih mampu.
Hal ini bisa langsung memengaruhi posisi Anda di dalam skala desil, bahkan tanpa Anda sadari.
2. Rumah Permanen dan Tanah Milik Sendiri
Tinggal di rumah permanen yang layak atau memiliki tanah pribadi dapat mengindikasikan kemandirian finansial, menurut sistem.
Jika terdata atas nama Anda atau anggota keluarga di KK, hal ini bisa menaikkan skor kesejahteraan dan membuat Anda naik desil.
3. Memiliki Peralatan Elektronik Besar
Peralatan seperti kulkas, mesin cuci, TV layar lebar, atau AC juga masuk dalam parameter penilaian kesejahteraan.
Dalam beberapa kasus, data dari survei atau sinkronisasi sebelumnya digunakan sebagai dasar penilaian sistem DTSN.
4. Rekening Bank di Luar Rekening Bansos
Banyak orang memiliki rekening bank konvensional untuk menabung. Tapi jika rekening ini aktif dan berisi dana yang cukup, DTSN dapat menilai Anda sudah tidak masuk kategori prioritas bansos, karena dianggap memiliki cadangan finansial.
Baca Juga:
5. Akses Kredit, Pinjol, dan Aset Usaha
Mengutip dari kanal YouTube Pendamping Sosial (29/7), dijelaskan bahwa sistem DTSN secara otomatis terhubung dengan data dari berbagai lembaga, termasuk perbankan, pajak, dan lembaga keuangan lainnya.
Jika seseorang terdeteksi memiliki pinjaman online, kredit bank, atau usaha dengan perputaran dana tertentu, maka sistem dapat menilai bahwa orang tersebut masuk dalam kategori desil menengah hingga tinggi.
6. Tidak Memperbarui Data Keluarga
Contoh yang sering terjadi:
- Anak sudah menikah tapi belum pindah KK
- Anggota keluarga yang meninggal tapi belum dilaporkan ke Dukcapil
- Cucu atau keponakan ditulis sebagai anak kandung
Dalam pembahasan yang sama di kanal tersebut, disebutkan bahwa ketidakteraturan data kependudukan seperti ini sering menyebabkan data anomali.
Akibatnya, sistem tidak bisa menghitung status desil secara tepat, yang akhirnya berdampak pada kegagalan pencairan bansos.
7. Memiliki Aset Produktif
Sawah, kebun, ternak, ruko, bahkan warung yang terdaftar dalam sistem pertanahan atau pajak juga bisa menaikkan level kesejahteraan keluarga dalam sistem DTSN.
Walaupun secara kasat mata masih membutuhkan bantuan, sistem tetap akan menilai berdasarkan data aset yang tercatat.
8. Terkena Validasi dan Sinkronisasi Otomatis DTSN
Masih dari sumber yang sama, disampaikan bahwa banyak masyarakat mengira survei dari pendamping sosial menjadi penentu bantuan cair atau tidak.
Padahal, desil ditentukan oleh sistem yang dikelola oleh Kementerian Sosial dan TNP2K berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai lembaga seperti BPS, PLN, BPJS, dan lainnya.
Perubahan status bisa terjadi otomatis, meski tanpa survei lapangan, karena sinkronisasi data dilakukan secara berkala.
Penutup
Kini bansos tidak lagi hanya diberikan berdasarkan pengajuan atau observasi manual.
Sistem DTSN menilai kondisi ekonomi masyarakat secara otomatis, berdasarkan data dari berbagai sumber yang terus diperbarui.
Jika desil Anda naik karena faktor-faktor seperti kepemilikan aset, data keluarga yang tidak valid, atau transaksi keuangan tertentu, bansos bisa saja dihentikan tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Jadi, apakah bansos Anda terhenti karena salah satu dari 8 faktor di atas? (*)