SOKOGURU, BANDUNG- Keamanan, kesehatan, dan kebersihan lingkungan adalah tiga pilar utama bagi Bandung yang tangguh dan berdaya.
Kota Bandung kuat kalau warganya siaga, sehat, dan kompak. Siskamling bukan hanya ronda malam, tapi tanda gotong royong yang hidup,
Demikian disampaikan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dalam acara Siskamling Siaga Bencana, di aula Kelurahan Cijawura, Kecamatan Buahbatu, Senin, 20 Oktober 2025.
Baca juga: Saksikan Bandung Musik Journey, Walikota Farhan: Saatnya Dukung Seluruh Genre Musik
Suasana hangat dan penuh semangat terpancar di wajah warga, kader Posyandu, dan jajaran kelurahan yang kompak menyambut kedatangan wali kota mereka.
“Pemkot Bandung tengah menyiapkan restrukturisasi kelembagaan Posyandu, menyesuaikan dengan Permendagri terbaru tentang Tim Penggerak Posyandu (TP Posyandu),” ujarnya seperti dikutip keterangan resmi Diskominfo Kota Bandung, Selasa, 21 Oktober.
Kader Posyandu, sambungnya, kini tidak hanya melayani ibu dan balita, tetapi juga menjadi bagian penting dalam pelaksanaan enam Standar Pelayanan Minimum (SPM), yaitu pendidikan, kesehatan, sosial, perumahan, ketertiban umum, dan infrastruktur.
“Kader Posyandu adalah jantung pelayanan masyarakat. Mereka bukan hanya pelayan kesehatan, tapi penggerak perubahan sosial di tingkat warga,” imbuh Farhan.
Kelurahan Cijawura memiliki 13 RW dan 82 RT dengan luas wilayah sekitar 1,19 juta meter persegi.
Total penduduknya mencapai 21.627 jiwa atau 7.585 kepala keluarga (KK), dengan sebaran gender yang seimbang.
Wilayah tersebut tergolong aktif dengan 12 Posyandu yang berjalan. Kendati demikian, wilayah ini masih menghadapi sejumlah persoalan klasik perkotaan: sanitasi lingkungan yang belum merata, stunting, dan potensi banjir akibat posisi topografi yang rendah.
Baca juga: Kemen Ekraf-Manusa akan Gelar Diskusi Publik Arah Industri Kreatif pada HUT Kota Bandung
Lebih lanjut, Wali Kota Farhan mengatakan, pihaknya membuka peluang bagi bapak-bapak dan generasi muda untuk ikut menjadi kader, agar kegiatan Posyandu lebih dinamis dan berkelanjutan.
Dalam laporannya, Farhan menyebut, terdapat 134 anak stunting dan 32 kasus TBC di wilayah Cijawura.
Penyebab utama berasal dari asupan gizi ibu hamil yang kurang dan kondisi sanitasi yang belum memadai, terutama di RW 1, 2, 3, 4, 7, 10, dan 12 yang masih ditemukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Menurut Farhan, perang melawan stunting harus dimulai dari perubahan perilaku dan perbaikan sanitasi.
“Kalau airnya kotor, gizinya kurang, dan lingkungannya tidak bersih, anak-anak kita akan terus terhambat. Kita perbaiki dari hulu dari ibu hamil, air bersih, dan lingkungan sehat,” tegasnya.
Farhan juga menambahkan, anak-anak tidak boleh dibebani tanggung jawab orang dewasa, dan setiap kasus anak yatim atau anak dari keluarga sakit berat harus mendapat intervensi dari Dinas Sosial.
Secara topografis, Cijawura berada di ketinggian 692 MDPL, yang membuatnya cukup rentan terhadap banjir dan genangan air.
Selain itu, potensi angin kencang dan pohon tumbang juga menjadi perhatian.
Menyusun mitigasi bencana angin kencang
Wali Kota menginstruksikan BPBD dan DSDABM untuk melakukan pengerukan sedimen sungai secara manual, Perbaikan dan penguatan kirmir, Penataan pohon rawan tumbang, serta penyusunan mitigasi bencana angin kencang berbasis warga.
“Mitigasi bencana itu bukan menunggu datangnya musibah, tapi membangun kesadaran. Kita latih warga agar tanggap dan cepat bertindak,” imbuh Farhan.
Wali Kota menemukan beberapa RW seperti RW 3, 7, dan 10 masih belum memiliki pos Siskamling aktif.
Ia menegaskan agar ronda malam dihidupkan kembali sebagai bentuk kewaspadaan kolektif warga.
“Siskamling bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga kesiapsiagaan bencana. Di pos ini warga bisa saling berkoordinasi, memberi peringatan dini, dan belajar menghadapi situasi darurat,” ungkapnya.
Selain itu, Wali Kota meminta Dishub memperluas pemasangan CCTV, memperbaiki lampu penerangan jalan umum (PJU) yang padam, dan menata ulang lahan parkir untuk mencegah konflik antar kelompok parkir yang sempat terjadi.
Dalam bidang infrastruktur, baru RW 2 dan RW 8 yang memiliki sprinkler kebakaran.
Fasilitas serupa akan ditambah di RW lain. Lapangan evakuasi sudah tersedia dan siap digunakan saat darurat.
Meski sarana olahraga masih terbatas, warga aktif memanfaatkan taman sebagai ruang aktivitas bersama.
Wali Kota mendorong agar olahraga warga dijadikan budaya sosial karena mampu memperkuat kebersamaan dan mengurangi stres.
Terkait kebersihan, produksi sampah di Cijawura mencapai 5,8 ton per hari, namun enam RW sudah mengelola budidaya maggot dengan hasil 100 kilogram per siklus.
Pemerintah akan memperkuat upaya ini melalui program baru bernama “Gaslah Petugas Pemilah”, di mana sampah organik diolah di tingkat RW, dan hanya residu yang diangkut ke TPA.
Menutup kegiatan, Wali Kota Farhan menyampaikan 10 arahan penting bagi warga dan perangkat kelurahan, yakni:
- Perkuat peran kader Posyandu dalam enam SPM
- Tangani stunting dari hulu: gizi, sanitasi, dan air bersih
- Hentikan praktik BABS dan bangun perilaku hidup bersih
- Susun mitigasi bencana angin kencang secara lokal
- Aktifkan seluruh pos Siskamling dan ronda rutin.
- Tertibkan lahan parkir dan perbaiki PJU padam.
- Kelola sampah berbasis RW, perkuat daur ulang organik.
- Fasilitasi ruang olahraga warga.
- Perbarui data RW untuk akurasi anggaran.
- Pemkot akan melakukan kunjungan rutin ke tiap RW. (ziz)
(SG-1)