SOKOGURU, BANDUNG- Bandung Timur memiliki karakter dan perjalanan budaya yang unik dan luar biasa. Dulu bahkan sempat ada sentimen ‘orang Bandung coret’.
Namun, justru dari semangat itu lahir ekspresi pemberontakan yang positif, terutama lewat musik yang tidak mainstream.
Penilaian itu disampaikan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan seusai menghadiri kegiatan Bandung Musik Journey: East Pride 2025 di Teras Sunda Cibiru, Minggu 5 Oktober.
Baca juga: Kemen Ekraf-Manusa akan Gelar Diskusi Publik Arah Industri Kreatif pada HUT Kota Bandung
“Dari situlah muncul scene musik underground dari Ujungberung yang akhirnya mendunia dan membanggakan Kota Bandung," katanya dalam keterangan resmi Diskominfo Kota Bandung, Senin, 6 Oktober 2025.
Acara yang digagas sebagai bagian dari pra-event Asia Africa Youth Forum (AAYF) 2025 ini mengusung semangat kolaborasi lintas komunitas dan menampilkan beragam karya dari musisi, seniman, dan pelaku kreatif Bandung Timur.
Farhan juga menyebut, ekspresi musik dan seni di Bandung Timur merupakan wujud kreativitas yang perlu diapresiasi, bukan dicurigai.
Baca juga: Bandung Tingkatkan Ekonomi UMKM Lewat Festival Kuliner dan Pameran Kreatif
“Sebetulnya ini masalah ekspresi. Ada yang mungkin merasa terganggu melihat simbol atau visualnya, tapi itu bagian dari cara mereka menyampaikan perasaan dan gagasan. Ini bukan hal yang salah, melainkan bagian dari seni Bandung Timur,” imbuhnya.
Ia menambahkan, komunitas musik di Bandung telah tumbuh mandiri dan berkembang secara organik.
Pemerintah, menurutnya, kini memiliki peran baru, bukan lagi mengatur, tetapi mendengarkan dan memberi ruang bagi semua skena.
“Sekarang saatnya pemerintah tidak diam, tapi mendengarkan dan memberikan dukungan sebisa mungkin. Mereka sudah punya wadah dan berkembang sendiri, jadi tugas kita adalah memastikan ekosistemnya tetap hidup dan inklusif," tuturnya.
Baca juga: Pasar Kreatif Bandung 2025 Libatkan 331 pelaku UMKM di Delapan Mal, 90 Persen Pasarnya Perempuan
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bandung Erwin menyampaikan bahwa Bandung Musik Journey merupakan bentuk nyata semangat kolaborasi dan keberagaman. Ia menyebut Bandung sebagai kota yang hidup oleh suara, nada, dan karya.
Acara Bandung Musik Journey: East Pride 2025 juga menjadi kelanjutan dari seri dokumenter Bandung Music Journey, yang sebelumnya mengangkat tema West Pride, Central Pride, North Pride, dan South Pride.
Melalui seri ini, berbagai kawasan di Kota Bandung diperkenalkan sebagai destinasi musik dan budaya yang tumbuh dari komunitas.
Tahun ini, tema “East Pride” diangkat untuk merayakan kawasan Bandung Timur sebagai episentrum kreativitas yang kaya sejarah, komunitas, dan ekspresi seni.
“Musik bukan hanya hiburan, tapi bahasa universal yang menyatukan kita semua. Lewat Bandung Musik Journey, kita ingin menunjukkan bahwa Bandung terbuka bagi talenta muda dan siap menjadi destinasi kreatif dunia,” imbuh Erwin.
Tahun ini, tema East Pride diangkat untuk merayakan kawasan Bandung Timur sebagai episentrum kreativitas yang kaya akan sejarah, komunitas, dan kolaborasi seni. (SG-1)