SokoLokal

Bersinergi Bangun Ekosistem Sains di Platform Digital, Kemdiktisaintek, ITB dan TikTok Gelar Workshop

Banyak kreator masih mengutamakan popularitas. Kehadiran akademisi di platform digital penting agar masyarakat punya akses informasi akurat, bertanggung jawab.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
05 Desember 2025
<p>Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan TikTok Indonesia, menggelar Seminar dan Workshop Nasional Fuel Your Potential di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) ITB, Bandung, Kamis, 4 Desember 2025. (Dok.ITB)</p>

Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan TikTok Indonesia, menggelar Seminar dan Workshop Nasional Fuel Your Potential di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) ITB, Bandung, Kamis, 4 Desember 2025. (Dok.ITB)

SOKOGURU, BANDUNG- Indonesia sebenarnya memiliki ketertarikan tinggi terhadap sains, namun masih membutuhkan figur ilmiah yang dapat menjadi panutan di ruang digital

Perkembangan dunia digital saat ini membuka peluang besar bagi sivitas akademika untuk hadir sebagai rujukan terpercaya masyarakat. 

Lebih dari 80% penduduk Indonesia juga kini memiliki akses internet, sebuah capaian yang menghadirkan kesempatan luas untuk memperkenalkan sains melalui pendekatan kreatif dan berbasis bukti.

Baca juga: ITB Gandeng Industri Kembangkan Kendaraan Otonom AVA, Buktikan Indonesia Bisa Jadi Produsen Teknologi

Demikian disampaikan Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi  Kemdiktisaintek,  Prof. Yudi Darma, dalam sambutannya di Seminar dan Workshop Nasional Fuel Your Potential (FYP) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) ITB, Kamis, 4 Desember 2025.

Tantangan ekosistem konten saat ini, di mana sebagian kreator masih mengutamakan popularitas dibandingkan kredibilitas. Karena itu, kehadiran akademisi di platform digital sangat dibutuhkan agar masyarakat memiliki akses terhadap informasi yang akurat dan bertanggung jawab,” ujarnya seperti dikutip keterangan resmi ITB.

Baca juga: Mahasiswa ITB Juara I Pertamina Energynovation Ideas Competition, Ajang Lahirnya Solusi Energi Nyata

Ruang digital, sambungnya,  tidak hanya menjadi tempat berbagi informasi, tetapi wadah pendidikan yang sangat potensial. 

‘Kita ingin mahasiswa dan akademisi mampu menghadirkan konten yang tidak hanya viral, tetapi juga mencerahkan,” imbuh Yudi.

Ia pun berharap FYP menjadi inkubator gagasan yang memperkuat budaya ilmiah, mendorong citizen science, serta menghadirkan kebijakan yang lebih baik di masa mendatang.

Baca juga: My Beautiful Catastrophe: Ketika Mahasiswa ITB dan Belgia Bicara Iklim Lewat Seni yang Menyentuh Hati
Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Ditjensaintek Kemdiktisaintek) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan TikTok Indonesia, menggelar seminar dan workshop tersebut dengan mengusung tema Civitas Akademika sebagai Agen Komunikator Sains di Era Digital.

Selain Yudi, hadir pula sebagai pembicara kunci (keynote speech), Direktur Jenderal (Dirjen) Sains dan Teknologi  Kemdiktisaintek, Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani. 

Ia membahas arah kebijakan transformasi pendidikan tinggi di era digital. Sedangkan pembicara kunci kedua disampaikan Prof. Ir. I Gde Wenten, M.Sc., Ph.D., yang menegaskan pentingnya diseminasi sains dan teknologi sebagai fondasi kemajuan bangsa.

Adapun nara sumber  lain yang jadi pembicara yakni Executive Director Tokopedia & TikTok E-Commerce Indonesia, Stephanie Susilo, Direktur Kemahasiswaan ITB, Prof. Dr. apt. Muhamad Insanu, S.Si., M.Si., dan  kreator-kreator edukatif seperti Imam Santoso serta Richard Silalahi (@inisikiboo).

 

Dorong ekosistem edukatif lebih luas

Executive Director Tokopedia & TikTok E-Commerce Indonesia, Stephanie Susilo, menjelaskan, TikTok kini menjadi salah satu ruang populer untuk mengakses konten edukasi.

“Konten pendidikan termasuk dalam lima kategori yang paling banyak dicari masyarakat Indonesia di TikTok,” ujarnya.

Untuk mendukung akses tersebut, sambung Stephanie, pihaknya menghadirkan STEM Feed, fitur khusus yang menampilkan beragam konten sains dan teknologi yang telah dikurasi.

Ia menegaskan TikTok berkomitmen menjadi ekosistem yang mendorong pemikiran kritis dan literasi sains generasi muda. Melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi dan pemerintah, Stephanie percaya pendidikan dapat dikemas secara lebih menarik dan relevan bagi anak muda.

“Platform digital dapat menjadi jembatan agar riset dan inovasi yang lahir di kampus dapat dipahami dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” ungkapnya.

Pada sesi workshop itu, peserta juga memperoleh pelatihan teknis mengenai pembuatan konten STEM dari Tim TikTok Indonesia dan kreator seperti Jerome Polin. 

Mereka mempelajari strategi monetisasi konten edukatif agar karya ilmiah dapat menjangkau lebih banyak audiens dan berkelanjutan.

Sementara Muhamad Insanu, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada ITB sebagai tuan rumah kegiatan nasional tersebut. Menurutnya, perguruan tinggi tidak hanya bertugas menghasilkan pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab memastikan ilmu tersebut hadir dalam format yang mudah dijangkau dan relevan bagi publik.
Ia menekankan pentingnya pendekatan komunikasi berbasis PESO (Paid, Earned, Shared, Owned Media), yang dinilai efektif dalam mengubah narasi sains menjadi informasi yang menarik dan mudah diterima.
“Komunikasi sains adalah upaya kolektif. Tidak hanya dosen atau peneliti, tetapi seluruh civitas akademika, mulai dari mahasiswa, alumni, hingga tenaga kependidikan, semuanya memiliki peran penting dalam jembatan penguatan riset dan masyarakat,” jelasnya.
Insanu  menyebut FYP sebagai kegiatan yang sangat relevan, karena membekali peserta dengan keterampilan komunikasi digital yang strategis.
Di sisi lain, Imam Santoso dan Richard Silalahi  berbagi pengalaman menciptakan konten sains yang dekat dengan publik.
 

Menuju ekosistem sains Lebih Inklusif

Penyelenggaraan FYP 2025 menjadi wujud nyata kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi, dan platform digital dalam memperluas akses edukasi dan literasi sains. 

Dengan hadirnya ratusan peserta dari berbagai daerah, kegiatan itu menegaskan, komunikasi sains yang kredibel, kreatif, dan mudah dipahami kini semakin penting untuk menjawab kebutuhan masyarakat di era digital.
Melalui FYP, diharapkan semakin banyak sivitas akademika yang terlibat dalam menghadirkan sains kepada publik dengan cara yang lebih menarik, relevan, dan penuh dampak positif.

Acara tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam menghadirkan komunikasi sains yang inklusif, berbasis bukti, dan mudah dijangkau masyarakat.

Kegiatan berlangsung sejak pagi melalui rangkaian sesi pembukaan, sambutan, keynote speech, diskusi panel, sesi inspiratif, hingga workshop konten STEM. 

Antusiasme peserta dari berbagai perguruan tinggi tampak sejak awal, mencerminkan tingginya minat terhadap upaya penguatan literasi sains dan pemanfaatan ruang digital untuk tujuan edukasi. (SG-1)