SOKOGURU, SITUBONDO- Sebanyak 15 ton kopi specialty Argopuro Walida senilai Rp3 miliar diekspor ke Jeddah, Arab Saudi.
Pelepasan ekspor dilakukan Deputi Bidang Usaha Menengah, Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bagus Rachman, Senin, 6 Oktober 2025.
"Ekspor kopi Argopuro kali ini membuktikan, UMKM kita mampu bersaing di pasar global. Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, dengan lebih dari 90% perkebunan dikelola oleh petani rakyat,” ujarnya dalam keterangan resmi Kementerian UMKM, Rabu, 8 Oktober.
Baca juga: Sebanyak 57,6 Ton Kopi Senilai Rp4,31 miliar dari Gudang SRG Cisalak Subang Diekspor ke Tiongkok
“Kopi kita memiliki keragaman varietas dan cita rasa unik, banyak yang masuk kategori specialty coffee dengan nilai premium," imbuh Bagus.
Lebih lanjut, Ia menyampaikan apresiasi kepada Kelompok Masyarakat (Pokmas) Argopuro Walida yang telah bermitra dengan 568 petani dan berpotensi hingga 1.500 petani kopi di Situbondo.
Ekspor tersebut bukan hanya simbol, tetapi bukti nyata kontribusi UMKM perkebunan dalam memperkuat ekspor nasional.
Baca juga: Harumkan World of Coffee Jenewa, Kopi Nusantara Berjaya Raup Potensi Transaksi Rp123 Miliar
Bagus menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, dengan luas perkebunan sekitar 1,2 juta hektare (ha), di mana lebih dari 90 persen dikelola oleh petani rakyat.
Tercatat sepanjang semester pertama tahun 2025, Indonesia mengekspor sekitar 206,7 juta kg kopi ke pasar dunia, dengan nilai ekspor kopi pada tahun 2024 mencapai Rp24,8 triliun.
Negara tujuan utama antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
”Angka-angka ini menegaskan bahwa kopi Indonesia terus diminati pasar global,” kata Bagus Rachman.
Baca juga: Indonesia–Timor Leste Sepakat Perluas Ekspor: Dari Kopi Nusantara hingga Marmer Premium
Untuk itu, dalam upaya memaksimalkan komoditas kopi, pihaknya menginisiasi program holding UMKM klaster perkebunan, untuk meningkatkan dan menciptakan ekosistem rantai pasok yang terintegrasi antara usaha mikro, kecil, menengah, dan perusahaan besar sehingga komoditas unggulan tertentu seperti halnya kopi dapat bernilai tinggi.
”Kopi Argopuro menjadi contoh nyata bagaimana usaha menengah dapat menjadi lokomotif penggerak ekosistem UMKM,” imbuh Bagus.
Melalui program Holding UMKM klaster perkebunan usaha menengah akan berperan sebagai operator dan menjalankan empat pilar utama, mulai dari aggregator, inkubasi, pemasaran dan pendanaan.
Lewat pendekatan klaster ini, Kementerian UMKM bertekad memastikan UMKM tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan terhubung, terintegrasi, dan saling menguatkan dalam satu ekosistem yang mendorong produktivitas, efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan.
"Dengan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, BUMN, swasta, dan lembaga keuangan. Kita dapat membangun ekosistem kemitraan yang tangguh, berdaya saing tinggi, dan mampu menembus pasar global secara berkelanjutan," kata Bagus lagi.
Di tempat yang sama, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo mengatakan, pihaknya menargetkan Kabupaten Situbondo dapat menjadi sentra kopi yang diperhitungkan di indonesia .
”Dengan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan tentu saja para pengusaha UMKM, kita berupaya membangun ekosistem kemitraan yang tangguh, berdaya saing tinggi, sehingga mampu menembus pasar global secara berkelanjutan,” katanya.
Yusuf juga berharap ke depan, semakin banyak UMKM di Kabupaten Situbondo yang bisa berkiprah di tingkat nasional maupun internasional, sehingga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
Pendapat senada disampaikan Ketua Pokmas Argopuro Walida, Muhlisin. Menurutnya, kesiapan pihaknya untuk menjadi operator Holding UMKM Klaster Perkebunan.
“Kami siap menjadi operator agar semakin banyak petani kopi terhubung, semakin kuat jejaringnya, dan semakin luas pasarnya,” kata Muhlisin. (SG-1)