Soko Berita

Bolehkah Gabung Niat Puasa Qadha dan Arafah? Ini Penjelasan Lengkap Ulama

Bolehkah niat puasa qadha digabung dengan Arafah? Temukan panduan lengkap hukum puasa sunnah dan qadha Ramadhan menjelang Idul Adha, khusus untuk umat Islam.

By Ratu Putri Ayu  | Sokoguru.Id
19 April 2025

Sebagai pelaku UMKM, aku sibuk setiap hari. Tapi saat Tarwiyah & Arafah tiba, aku sempatkan puasa. Karena rezeki sejati tak hanya soal omzet, tapi juga keberkahan. Ilustrasi Foto: Pixabay

SOKOGURU - Menjelang Idul Adha, banyak umat Islam bertanya apakah bisa menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Arafah atau Tarwiyah. 

Pertanyaan ini muncul karena pentingnya mengejar pahala ibadah sunnah di bulan Dzulhijjah, sembari tetap menyelesaikan utang puasa wajib.

Puasa Arafah dan Tarwiyah dikenal memiliki keutamaan besar. Namun, bagi yang masih memiliki tanggungan puasa Ramadhan, penting untuk memahami apakah kedua jenis puasa ini dapat dilaksanakan sekaligus. 

Artikel ini membahas niat, tata cara, dan hukum penggabungan puasa berdasarkan pandangan ulama.

Baca Juga:

Puasa Sunnah Menjelang Idul Adha: Apa Saja dan Kapan Dilaksanakan?

Puasa sunnah menjelang Idul Adha mencakup puasa pada hari-hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Terutama pada tanggal 8 (Tarwiyah) dan 9 (Arafah), umat Islam sangat dianjurkan untuk berpuasa karena keutamaannya yang besar.

Mengutip dari Universitas KH.A Wahab Hasbullah Tambakberas Jombang (Unwaha), puasa Dzulhijjah dari tanggal 1 hingga 7 juga dianjurkan, namun puncaknya ada pada dua hari sebelum Idul Adha: Tarwiyah dan Arafah. 

Kedua hari ini memiliki keutamaan luar biasa yang diyakini membawa keberkahan.

Baca Juga:

Keutamaan Besar di Balik Puasa Arafah dan Tarwiyah

Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) disebut mampu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. 

Sedangkan puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah) juga membawa pahala besar, khususnya bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan haji.

Melaksanakan puasa pada hari-hari tersebut dipandang sebagai bentuk penyucian diri menjelang hari raya Idul Adha. 

Selain itu, amal ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dicintai Allah SWT, sehingga sangat dianjurkan bagi Muslim untuk memperbanyak amal saleh, termasuk puasa.

Baca Juga:

Mengenal Apa Itu Puasa Qadha Ramadhan

Puasa qadha adalah ibadah wajib untuk mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal. 

Alasan seperti sakit, haid, atau perjalanan jauh membolehkan seseorang meninggalkan puasa Ramadhan, namun wajib menggantinya di kemudian hari.

Qadha puasa sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah Ramadhan usai. 

Meskipun tidak ditentukan waktu khusus, menunda-nunda qadha dapat membuat ibadah terasa berat di kemudian hari. 

Niat qadha puasa pun harus dilafalkan pada malam hari sebelum puasa.

Baca Juga:

Pentingnya Menyegerakan Qadha Puasa Sebelum Dzulhijjah

Islam mengajarkan bahwa kewajiban harus didahulukan daripada ibadah sunnah. 

Oleh karena itu, qadha puasa hendaknya ditunaikan terlebih dahulu sebelum menjalankan puasa Tarwiyah dan Arafah.

Namun jika seseorang baru ingat tentang utang puasa saat sudah memasuki Dzulhijjah, ia tetap bisa melaksanakan qadha di tanggal 8 atau 9 Dzulhijjah. 

Dengan niat qadha, ia masih bisa mendapatkan keutamaan hari-hari tersebut, meskipun pahala puasa sunnah tidak semaksimal jika diniatkan khusus.

Baca Juga:

Niat Puasa Sunnah dan Qadha, Apa Bedanya?

Setiap ibadah membutuhkan niat. Untuk puasa Arafah, niat yang digunakan adalah:

"Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillaahi ta’alaa."

Artinya: “Saya berniat puasa Arafah sunnah karena Allah.”

Sementara itu, niat puasa qadha Ramadhan adalah:

"Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ."

Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah ta'ala.”

Baca Juga:

Hukum Menggabungkan Puasa Qadha dan Sunnah

Menurut sejumlah ulama, seperti yang dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin dan Asnal Mathalib, menggabungkan niat puasa qadha dan sunnah tetap diperbolehkan. 

Artinya, jika seseorang niat qadha di hari Arafah, maka tetap sah dan insyaAllah tetap mendapat pahala sunnahnya.

Meski begitu, sebagian ulama menyarankan untuk menyelesaikan qadha terlebih dahulu sebelum berpuasa sunnah. 

Hal ini demi memastikan bahwa kewajiban utama telah ditunaikan secara sempurna.

Baca Juga:

Kapan Waktu yang Tepat untuk Puasa Arafah dan Tarwiyah?

Waktu paling dianjurkan untuk puasa sunnah adalah dari 1 hingga 9 Dzulhijjah, dengan prioritas pada 8 Dzulhijjah (Tarwiyah) dan 9 Dzulhijjah (Arafah). 

Terutama bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji, momen ini adalah kesempatan besar untuk mendapatkan pahala yang berlipat.

Selain itu, puasa pada awal bulan Dzulhijjah juga bisa menjadi bentuk persiapan spiritual menuju hari raya Idul Adha. 

Dengan berpuasa, hati dan jiwa menjadi lebih bersih, serta lebih siap menyambut hari besar keagamaan.

Baca Juga:

Kapan Harus Qadha Puasa Jika Belum Dilaksanakan?

Bagi yang masih memiliki utang puasa, sebaiknya mengqadha secepat mungkin setelah Ramadhan. 

Bila belum sempat hingga menjelang Dzulhijjah, maka puasa qadha tetap bisa dilakukan pada hari-hari Arafah, selama diniatkan dengan benar.

Dengan menggabungkan qadha di hari Arafah, umat Islam tidak hanya menunaikan kewajiban, tetapi juga masih bisa mendapatkan pahala besar dari puasa sunnah. 

Namun, penting untuk menjaga keikhlasan dan ketepatan niat.

Baca Juga:

Apa Kata Ulama tentang Penggabungan Niat Puasa?

Beberapa ulama memperbolehkan penggabungan niat antara puasa qadha dan sunnah, karena prinsipnya ibadah tetap sah selama niat utama jelas. 

Namun, pahala tambahan dari puasa sunnah mungkin tidak sempurna seperti jika diniatkan secara terpisah.

Dalam kondisi darurat atau lupa, umat Islam diperkenankan menggabungkan keduanya agar tetap mendapat ganjaran. 

Kendati demikian, sebaiknya qadha ditunaikan terlebih dahulu untuk menghindari keraguan.

Baca Juga:

Amalan Terbaik Menjelang Idul Adha

Menjelang Idul Adha, umat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, terutama melalui puasa Tarwiyah dan Arafah. 

Bagi yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, waktu ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengqadha.

Dengan memahami niat dan hukum penggabungan, Anda bisa lebih bijak memilih waktu dan cara menunaikan puasa. 

Intinya, kewajiban harus diprioritaskan, dan niat yang jelas menjadi kunci sahnya ibadah. (*)