Pertanian

Kementan Dorong Program Peremajaan Sawit Rakyat dengan Inovasi Tumpang Sari Padi Gogo

Program tumpang sari secara khusus mengintegrasikan padi gogo di lahan kelapa sawit, sebagai langkah strategis mendukung swasembada pangan dan keberlanjutan sektor perkebunan.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
09 September 2024
Kementan terus menggencarkan upaya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui program inovatif Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). (Ist/Kementan)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) terus menggencarkan upaya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui program inovatif Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). 

 

Program ini secara khusus mengintegrasikan padi gogo di lahan kelapa sawit, sebagai langkah strategis mendukung swasembada pangan dan keberlanjutan sektor perkebunan.

 

Salah satu wilayah yang menjadi fokus program adalah Kabupaten Batubara, Sumatra Utara (Sumut), yang menjadi pionir dalam penerapan tumpang sari padi gogo pada Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). 

 

Baca juga: Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Melalui Inovasi Teknologi

 

"Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan berbagai pemangku kepentingan untuk menyisipkan padi gogo pada lahan PSR. Ini bagian dari usaha kita memperkuat pangan nasional," kata Heru Tri Widarto, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, pada Minggu (8/9).

 

Sawit nasional saat ini mencakup luas lahan 16,83 juta hektare, sebanyak 58% di antaranya dimiliki oleh perkebunan swasta. 

 

Sumut sendiri berkontribusi sebesar 2,018 juta hektare dari total tersebut. Namun, Heru mengakui bahwa tantangan masih banyak di sektor kelapa sawit, terutama dalam hal produktivitas.

 

"Produktivitas nasional baru mencapai 3-4 ton CPO per hektare, dan ini perlu dioptimalkan. Salah satu caranya adalah dengan memperkecil kesenjangan antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat melalui kolaborasi dan kemitraan yang lebih erat," ujarnya.

 

Baca juga: Kementan dan KUD Telagasari Kalsel Lakukan Peremajaan Sawit dan Tumpang Sari Padi Gogo

 

Dalam program Peremajaan Sawit Rakyat tahun 2024, Kementan menargetkan 120.000 hektare lahan sawit yang tersebar di 21 provinsi. 

 

Sejak 2017, Sumatera Utara telah mendapatkan rekomendasi teknis untuk 30.035 hektare. Diharapkan, integrasi padi gogo dalam lahan sawit dapat mendorong ketahanan pangan sekaligus mendukung optimalisasi sektor kelapa sawit.

 

Baca juga: Petani Desa Nanggala Pandeglang Sambut Riang Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi

 

Pj. Bupati Batubara, Heri Wahyudi, menyatakan dukungannya terhadap inisiatif pemerintah ini. Ia menegaskan pentingnya sinergi berbagai pihak dalam menghadapi ancaman krisis pangan global. 

 

"Kami berharap program padi gogo ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan di daerah kami. Kami juga siap menyederhanakan aturan yang mungkin menghambat para petani untuk mendapatkan sertifikasi ISPO dan STDB," ujar Heri.

 

Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia, Kacuk Sumarto, juga menegaskan kesiapan pihaknya untuk mendukung program ini. 

 

"Pangan dan energi kini menjadi tantangan global, dan kolaborasi adalah kunci untuk menghadapinya. Kita harus memastikan bahwa padi yang kita tanam bukan hanya untuk swasembada, tapi juga bergizi untuk mendukung program pemerintah ke depan," katanya.

 

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya program tumpang sari padi gogo sebagai langkah krusial dalam mencapai swasembada pangan dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. 

 

"Saya minta semua potensi yang ada dimaksimalkan untuk mencapai kedaulatan pangan," tegasnya.

 

Program inovatif ini menjadi angin segar bagi sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. 

 

Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, pemangku kepentingan, dan petani, tumpang sari padi gogo di lahan sawit diharapkan mampu memperkuat ketahanan pangan nasional dan mendorong produktivitas sawit yang lebih optimal. (SG-2)