Pariwisata

Wujudkan Desa Wisata Bebas Sampah, Brantas Abipraya Gandeng Desa Cikole Lembang

Salah satu keunggulan program Zero Waste adalah keberadaan master sampah, yang mengolah sampah anorganik menjadi produk bernilai tinggi seperti meja, kursi, dan kerajinan tangan.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
16 Januari 2025
PT Brantas Abipraya melalui program Zero Waste bersama Desa Cikole sukses mewujudkan desa wisata bebas sampah dengan teknologi ramah lingkungan, Rabu (15/1). (Dok. Brantas Abipraya )

MELALUI program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan konstruksi PT Brantas Abipraya  (Persero) menggandeng  Desa Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat melaksanakan program inovatif bertajuk Zero Waste. 

 

Tujuan program itu tidak lain untuk mewujudkan lingkungan bersih dan lestari dengan memberdayakan masyarakat, melestarikan kawasan hutan lewat pengelolaan sampah yang terintegrasi.

 

“Program Zero Waste di Desa Cikole merupakan wujud nyata komitmen Brantas Abipraya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Kami kembali menegaskan komitmen perusahaan terhadap lingkungan melalui program TJSL,” ujar Direktur SDM & Umum Brantas Abipraya,Tumpang Muhammad, dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Kamis (16/1).

.

Baca juga: Pasar Induk Caringin, Bandung Dikepung Tumpukan Sampah dan Bau Menyengat

 

Ia mengatakan pihaknya percaya percaya pengelolaan sampah yang baik tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Desa Cikole, yang sebelumnya menghadapi tantangan besar berupa kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, serta masalah sampah, kini bertransformasi menjadi desa wisata  bersih.

 

Bersama 21 perusahaan BUMN lain, Brantas Abipraya mendirikan tempat pengelolaan sampah terpadu 3R (reduce, reuse, recycle).

 

Baca juga: Aksi Bersih Sampah Laut di Pantai Kuta Ciptakan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan

 

Fasilitas itu dilengkapi mesin pemilah sampah modern, kendaraan pengangkut sampah, serta pelatihan manajemen sampah yang menyeluruh.

 

Lebih lanjut, Tumpang mengatakan, program itu berhasil memberikan kontribusi besar terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Program Zero Waste tersebut tidak hanya menangani masalah limbah, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru, meningkatkan kualitas hidup, dan melindungi lingkungan.

 

Pendekatan yang berfokus pada edukasi, pemberdayaan masyarakat, serta teknologi ramah lingkungan itu, imbuhnya,  menjadi kunci keberhasilan program.

 

Baca juga: 3.900 Personel Dinas LH DKI Jakarta Bersihkan 120 Ton Sampah Usai Perayaan Tahun Baru

 

Dengan mengusung prinsip ekonomi sirkular, program Zero Waste perusahaan konstruksi itu memperkenalkan teknologi modern, seperti mesin pemilah sampah, untuk meningkatkan efisiensi sumber daya dan mengurangi dampak perubahan iklim.

 

Selain itu, sambung Tumpang, masyarakat Desa Cikole kini lebih mandiri dalam mengelola lingkungan mereka, berkat kolaborasi yang inovatif dan strategis.

 

Salah satu keunggulan program ini adalah keberadaan master sampah, yang mengolah sampah anorganik menjadi produk bernilai tinggi seperti meja, kursi, dan kerajinan tangan.

 

Eco enzyme

Di sisi lain, penggunaan eco enzyme turut menyuburkan kembali tanah yang rusak dan memulihkan ekosistem.

 

Brantas Abipraya juga memastikan keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan. Harapannya, program ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam menerapkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

 

“Kami berharap program ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan produktif,” pungkas Tumpang.

 

Sebagai perusahaan konstruksi, Brantas Abipraya menunjukkan bahwa perannya tidak sebatas membangun infrastruktur, tetapi juga menjadi pelopor pembangunan berkelanjutan.

 

Melalui kolaborasi itu, Brantas Abipraya membuktikan sinergi antarpihak mampu menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang. (SG-1)