SEKTOR pariwisata tidak hanya mendatangkan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek wisata.
Namun pariwisata juga turut membantu dan memasarkan produk dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berada di sekitar lokasi wisata.
Dalam upaya membantu memasarkan dan meningaktkan produk UMKM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar program inkubasi destnasi pariwisata super prioritas (DPSP) Candi Borobudur.
Baca juga: Tingkatkan Kunjungan Wisatawan, Promosi Objek Wisata Borobudur Digencarkan
Dalam acara "Temu Sapa Peserta Inkubasi Kuliner Borobudur", Sabtu (9/3/2024) di Jamur Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kemenparekraf mendorong peserta program inkubasi kuliner DPSP Borobudur untuk terus melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas produk sehingga dapat naik kelas dengan menyasar pasar global.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan dari tiga subsektor ekonomi kreatif penyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional, kuliner masih berada di posisi ketiga setelah kriya dan fesyen.
"Melalui program inkubasi kuliner ini kita dorong subsektor kuliner, khususnya produk dari peserta inkubasi ini untuk dapat masuk ke dalam ekosistem ekspor," kata Sandiaga sebagaimana dikutip situs Kemenparekraf.
Potensi Subsektor Kuliner Indonesia Sangat Tinggi
Menparekraf menilai potensi subsektor kuliner Indonesia sangat tinggi baik dari konsumsi dalam negeri maupun luar negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi industri kuliner mencapai 34% terhadap PDB tahun 2023.
Baca juga: Bidik Turis Mancanegara dari Eropa, Indonesia Ikut Pameran Pariwisata di Berlin, Jerman
Sementara di sisi konsumsi luar negeri, salah satu yang terbesar adalah pasar haji dan umrah yang nilainya diperkirakan mencapai lebih dari Rp65 triliun.
"Sebentar lagi juga kita akan masuk dalam momen Ramadan dan lebaran dimana subsektor kuliner ini juga akan memiliki banyak peluang penjualan," jelas Sandiaga.
Melalui berbagai materi yang didapatkan peserta dalam program inkubasi diharapkan akan semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para peserta.
"Acara ini kita harapkan dapat semakin mengasah kreativitas dan mengeskalasi penggunaan digitalisasi dalam payung inovasi, adaptasi, dan kolaborasi," kata Sandiaga.
Direktur Industri Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen Kemenparekraf/Baparekraf, Yuke Sri Rahayu, menjelaskan program inkubasi kuliner merupakan program dari Kemenparekraf/Baparekraf.
Baca juga: Pacu Kunjungan Wisatawan, Penyebaran Informasi Objek Wisata Borobudur Terus Digenjot
Program inkubasi bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan usaha di subsektor kuliner melalui pelatihan dan pendampingan selama enam bulan yang kemudian diikuti dengan lokakarya dan business matching.
"Pelatihan kepada para peserta diberikan oleh praktisi yang memang ahli di bidang kuliner," kata Yuke.
Berdasarkan monitoring dan evaluasi yang dilakukan kepada para peserta setelah mengikuti pelatihan, tercatat sebanyak 80% peserta omzetnya naik antara Rp5 juta-Rp10 juta.
Sebanyak 16% peserta mengalami peningkatan antara Rp10 juta-Rp50 juta dan sekitar 4% peserta mendapatkan kenaikan omzet di atas Rp50 juta.
Baca juga: Pelatihan Desain Fesyen Borobudur untuk Tingkatkan Kualitas Pelaku UMKM
"Tahun ini kami harapkan para peserta juga dapat mengikuti program lanjutan seperti AKI (Apresiasi Kreasi Indonesia), masuk ke dalam ekosistem ekonomi kreatif yang lebih luas sehingga perkembangannya semakin baik," ujar Yuke.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur, Agustin Peranginangin. (SG-2)