SOKOGURU, Jakarta- Selain Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Kepulauan Seribu, para wisatawan juga menikmati hari libur Lebaran mereka dengan mengunjungi museum.
Salah satu museum yang cukup ramai dikunjungi adalah Museum Wayang, Sejak Selasa (1/4) hingga Jumat (4/4), tercatat ada 9.540 wisatawan mengunjungi museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara, Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat.
Kepala Unit Pengelola Museum Seni Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Sri Kusumawati mengatakan, setelah direvitalisasi dan diresmikan pada 24 Januari lalu, kunjungan wisatawan ke Museum Wayang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Apalagi, saat libur lebaran sekarang ini.
"Alhamdulillah, Museum Wayang mengalami peningkatan pengunjung yang cukup signifikan terjadi setiap harinya pascaidulfitri kemarin," ujarnya, Sabtu (5/4), dalam siaran resmi Pemprov Jakarta.
Sri merinci, pada H+1 Idulfitri tercatat ada 1.814 wisatawan berkunjung. Kemudian, Rabu ada 2.417 wisatawan, Kamis ada 3.203 wisatawan dan Jumat kemarin jumlah wisatawan mencapai 2.106.
Baca juga: Tawarkan Alternatif Rekreasi, Museum di Jakarta Tetap Buka Selama Libur Lebaran
"Hari ini (Sabtu) dan besok (Minggu), kami prediksi wisatawan akan terus berdatangan ke Museum Wayang ini," imbuhnya.
Menurut Sri, salah satu yang menarik wisatawan mengunjungi museum itu adalah Imersif Room 360 tentang dunia perwayangan, serta koleksi 6.800 wayang dan boneka dari seluruh Indonesia
"Kami buka untuk umum Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00 hingga 15.00,," ungkapnya.
Salah satu pengunjungn asal Bekasi, Aris Munandar, 35 mengaku, sengaja datang ke Museum Wayang untuk memperkenalkan sejarah, seni dan budaya khususnya wayang kepada anaknya.
"Tentunya sangat bagus di sini, tiketnya juga sangat terjangkau, apalagi untuk anak-anak hanya Rp5.000," tutupnya.
Baca juga: Museum Pustaka Peranakan Tionghoa: Melestarikan Budaya Tionghoa, Menghargai Keberagaman
Sejarah Museum wayang
Bangunan Museum Wayang, menurut web Museum Wayang, mulanya merupakan gereja tua yang didirikan VOC pada 1640 dengan nama ‘de oude Hollandsche Kerk’.
Dok. Museum Wayang
Hingga tahun 1732 gedung itu berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia.
Pada 1733 gereja tersebut dipugar dan namanya diubah menjadi ‘de nieuwe Hollandsche Kerk’ yang berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja yang kini menjadi taman terbuka Museum Wayang terdapat sembilan prasasti yang yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut.
Namun, terjadinya gempa menyebabkan bangunan Gereja Belanda tersebut sempat rusak. Selanjutnya di lokasi tersebut dibangun kembali sebuah gedung yang difungsikan sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co.
Baca juga: Ikon Sejarah Gedung Merdeka dan Museum KAA di Bandung akan Direnovasi
Bagian depan museum ini dibangun pada 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kolonial.
Pada 14 Agustus 1936 gedung beserta tanahnya ditetapkan menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independen yang bertujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.
Pada 1937 lembaga tersebut menyerahkan gedung kepada Stichting oud Batavia dan kemudian dijadikan museum dengan nama ‘de oude Bataviasche Museum’ atau museum Batavia Lama yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer, pada 22 Desember 1939. (SG-1)