PONDOK Pesantren dan para Kyai banyak berkontribusi terhadap pembangunan bangsa. Pondok Pesantren banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang bereputasi hingga internasional.
Banyak Pondok Pesantren, termasuk Pondok Pesantren Mardhotillah telah banyak melahirkan alumni. Mereka ada yang bereputasi nasional hingga internasional. Karena itu kita mohon betul semoga pondok pesantren ini terus berkembang.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada Istighosah, Tablig Akbar, dan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Asrama Putra/Putri, Pondok Pesantren Mardhotillah, di Jakarta, Minggu, (26/1).
Baca juga: Peringatan Isra Mikraj: Menag Nazaruddin Ajak Umat Tegakkan Salat
“Insya Allah hari ini kita akan melakukan peletakan batu pertama asrama Putra/Putri. Peletakan batu ini berarti peletakan tiang pancang langit. Yang dilakukan Pondok Pesantren adalah meletakkan kalimat syahadat itu,” ujarnya dalam keterangan resmi Kemenag.
Acara yang berlangsung di PonPes Mardhotillah jalan Telaga I, RT.13/RW.9, Kalisari, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur itu dihadiri oleh Direktur Pondok Pesanten Basnang Said, Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kerukunan dan Layanan Keagamaan, Pengawasan dan Kerja Sama Luar Negeri, Gugun Gumilar.
Nasaruddin menyampaikan pada 27 Rajab umat Islam akan melaksanakan peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw. Perjalanan Isra Mikraj Itu sesungguhnya mempunyai makna yang dalam yakni pensucian diri.
Baca juga: Kemenag Dorong Pembentukan Dirjen Khusus untuk Pondok Pesantren
“Di dalam kitab-kitab kuning dikenal dua macam penyucian (tasbih). Pertama, penyucian Allah terhadap segala hal yang di dalam pikiran dan perasaan manusia,” katanya lagi.
Missalnya, lanjut Menag Nasaruddin, ada seorang tetangga tidak pernah salat, tapi kaya. Sementara tetangga lainnya, siang malam melakukan salat, tahajjud, ngaji, zikir tidak putus, tapi pendapatan seret. Pikiran seperti ini juga harus disingkirkan.
“Ketika Allah Swt. menyuruh untuk bertasbih, bukan hanya membaca tasbih, namun perintah sesungguhnya adalah membersihkan pikiran, jiwa kita terhadap segala sesuatu hal. Kalau orang kecewa, sebetulnya dia protes kepada Allah Swt. Setiap manusia pasti pernah kecewa, tapi jangan sampai melampaui batas,” pesan Menag.
Ia juga menyampaikan ketika seseorang mengetahui apa hikmah di balik kekecewaan dan musibah, pasti seseorang itu bisa mensyukuri musibah yang terjadi. Oleh karenanya, setiap orang itu harus banyak-banyaknya membaca dan memaknai ayat-ayat Allah. Musibah itu adalah pencuci dosa yang dilakukan di masa lampau.
Baca juga: Rayakan Hari Santri 2024, Kemenag Gelar Acara Bertajuk ‘SantriVolution'
“Jangan sering kecewa, sedikit-sedikit marah, dendam dan sebagainya. Mereka yang seperti itu adalah menentang takdir Allah Swt. Semakin dalam kita mendalami agama, maka kita akan senyum menghadapi masalah dan menjalani hidup,” kata Menag Nasaruddin Umar.
Selanjutnya Tasbih adalah menyucikan pikiran dan perasaan terhadap sesuatu yang postiif. Ini juga harus dibersihkan dalam pikiran kita. Karena, kata Jalauddin Rumi, manusia adalah sebuah cangkir, sementara Allah Swt. laksana Samudra. Sebaik apapun peniiain kita kepada Allah Swt, itu hanya segelas cangkir, padahal kebaikan Allah Swt itu seluas Samudra.
“Mari menyucikan diri dari negatif dan positif. Kebaikan Allah Swt. itu tidak bisa dilukiskan kepada sesuatu hal apapun. Jika manusia di uji dengan penderitaan, dan mengeluh belum sempurna tasbih nya,” katanya lagi.
Jika manusia diuji dengan kesenangan, lanjutnya, harus bersyukur. Maka bersabar juga saat diuji dengan penderitaan. Kunci hidup adalah Syukur dan sabar. Maka syukur dan sabar harus dimiliki manusia. (SG-1)