SEBANYAK 5.246 peserta berkumpul di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Minggu (9/6) untuk mengikuti puncak acara Gerakan Jakarta Bergerak, Bekerja, Berolahraga, dan Bahagia (Berjaga).
Acara yang diinisiasi oleh Dinas Kesehatan bersama Dinas Lingkungan Hidup ini mendapat perhatian khusus dari Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.
Dalam sambutannya, Heru menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye pola hidup sehat, khususnya dengan berjalan kaki 7.500 langkah setiap hari.
Baca juga: Gebyar Bazar Oren's Cibubur: 76 Pelaku UKM Meriahkan HUT ke-497 Jakarta
"Hari ini adalah puncak dari rangkaian Jakarta Berjaga, sehari jalan 7.500 langkah. Ini untuk hidup sehat, berjalan 7.500 langkah setiap hari," ujarnya.
Heru berharap kegiatan ini dapat memotivasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta untuk terus menerapkan pola hidup sehat.
Menurut Heru, kesehatan dan kebugaran para ASN akan berdampak positif terhadap kualitas pelayanan publik.
"Kebugaran para ASN akan berdampak terhadap kualitas layanan kepada publik," tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Anita Ruspitawati, menjelaskan bahwa Gerakan Jakarta Berjaga ini bertujuan untuk mengkampanyekan hidup sehat, khususnya bagi usia produktif.
"Kick off kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu (28/4) lalu di Gandaria City, Jakarta Selatan," ungkap Anita.
Baca juga: Festival Jakarta Great Sale 2024 akan Bawa UMKM Go Global
Anita juga memaparkan bahwa puncak kegiatan ini memberikan tantangan kepada peserta untuk melakukan aktivitas berjalan kaki 7.500 langkah setiap hari.
"Selama dua pekan sesi challenge, mulai dari akhir Mei sampai dengan awal Juni, tercatat 5.246 peserta ikut kegiatan ini," jelasnya.
Dari jumlah tersebut, 2.317 atau sekitar 44,2 persen adalah peserta laki-laki, dan 2.929 atau sekitar 55,8 persen perempuan.
Melalui kampanye ini, Anita berharap masyarakat, khususnya ASN di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, dapat membiasakan diri hidup sehat dengan beraktivitas jalan kaki sebagai bentuk olahraga.
"Dengan kondisi yang sehat dan bugar, tentunya akan berdampak positif dalam kinerja," tukasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menambahkan bahwa kebiasaan berjalan kaki dan menggunakan transportasi publik dapat mengurangi polusi udara di Jakarta.
"Dengan masyarakat terbiasa berjalan kaki dan beralih menggunakan transportasi publik, akan berdampak positif terhadap lingkungan karena akan mengurangi polusi," tandas Asep sebagaimana dilansir situs Pemprov DKI Jakarta.
Baca juga: Jakarta Kreatif Festival 2024: Inovasi dan Sinergi Menuju Kota Global
Namun, di balik semangat dan antusiasme acara ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati.
Kampanye hidup sehat memang sangat penting, tetapi apakah Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kebiasaan berjalan kaki dan penggunaan transportasi publik?
Trotoar yang layak, jalur sepeda yang aman, serta transportasi publik yang nyaman dan terjangkau masih menjadi tantangan besar di kota ini.
Selain itu, upaya mengurangi polusi udara memerlukan tindakan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Kampanye seperti ini perlu didukung oleh kebijakan yang lebih tegas terhadap penggunaan kendaraan bermotor pribadi, serta peningkatan kualitas udara melalui penghijauan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Gerakan Jakarta Berjaga adalah langkah awal yang baik, tetapi untuk mencapai tujuan yang lebih besar, diperlukan komitmen dan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Hanya dengan langkah bersama, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih sehat dan ramah lingkungan. (SG-2)