PEMERINTAH melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini sedang mengembangkan potensi perikanan budi daya berkelanjutan, khususnya pada lima komoditas unggulan ekspor, yakni udang, rumput laut, tilapia, lobster dan kepiting.
Untuk itu Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) diminta bersama-sama pemerintah turut mengembangkan kelima komoditas unggulan ekspor tersebut.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengatakan hal itu saat memberi sambutannya pada Seminar Nasional Perikanan ISPIKANI di Jakarta melalui tayangan video, beberapa waktu lalu.
Baca juga: KKP: Bantuan Bibit Pacu Produktivitas Budi Daya Rumput Laut di Pulau Terluar
Ia juga meminta Ispikani turut mengawal dan melaksanakan pengelolaan perikanan Indonesia menjadi episentrum pembangunan nasional untuk wujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.
“Optimalkan perikanan dengan menempatkan ekologi sebagai panglima dan Ekonomi Biru harus menjadi mainstream dalam penyusunan kebijakan, riset dan inovasi teknologi serta pengembangan ekonomi dan industri di Indonesia terutama untuk mencapai triple win yaitu Ocean Health, Ocean Wealth, dan Ocean Prosperity,” kata Menteri Trenggono dalam rilis KKP, Senin (26/8)..
Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu yang turut hadir dalam seminar tersebut, mengatakan, pengembangan budi daya lima komoditas perikanan tersebut dilakukan mengingat besarnya potensi, serta tingginya kebutuhan protein di masa depan.
Baca juga: KKP-Vietnam: Sukses Budi Daya Lobster, Kini Perluas Kerja Sama dengan Tuna, Rumput Laut
Food and Agriculture Organization (FAO), lanjutnya, telah memprediksi populasi dunia akan tumbuh lebih dari 30% pada 2050. Pertumbuhan tersebut tentunya akan diikuti peningkatan kebutuhan protein global hingga 70%.
Sementara FAO sudah mempublikasi bahwa kebutuhan protein akan semakin sulit dipenuhi dari subsektor perikanan tangkap. Sehingga subsektor perikanan budi daya menjadi faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein.
“Menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan dan keamanan pangan, utamanya asupan protein. KKP mengajak Ispikani bersama-sama pemerintah dalam mengupayakan pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam program ekonomi biru KKP,” tegas Dirjen Tebe, sapaan akrab Tb Haeru.
Baca juga: 26 Negara Bebagi Informasi Teknologi Budi Daya di Asian-Pacific Aquaculture 2024
Lebih lanjut, ia menegaskan, peluang pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat sangat terbuka lebar. Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budi daya diperkirakan mencapai 17,91 juta hektare (ha), yang terdiri dari 2,96 juta ha air payau, 2,83 juta ha air tawar, dan 12,12 juta ha air laut. Saat ini, pemanfaatan lahan baru mencapai 6%.
“Ispikasi harus terus memberikan sumbangasih pemikiran dalam menghadapi tantangan pengembangan perikanan budi daya seperti diantaranya bersama-sama dalam menata kawasan budi daya, mengoptimalkan penerapan sertifikasi CPIB, CBIB, CPPIB, CPOIB dan CDOIB serta membantu proses perizinan,”papar Tebe lagi.
Lima komoditas unggulan perairan laut Indonesia itu, sambungnya, menurut proyeksi Future Market Insights, memiliki peluang besar di pasar global ke depannya.
“Nilai pasar global untuk udang tahun 2024 diproyeksi mencapai USD64,8 Miliar, sementara untuk 10 tahun mendatang diproyeksi bisa mencapai hingga USD149 Miliar,” imbuh Tebe.
Kemudian rumput laut, katanya lagi, juga memiliki potensi pasar global. Pada 2024 diprediksi mencapai USD7,8 miliar, sementara pada 2033 diproyeksi mencapai USD19,6 Miliar.
Untuk komoditas Tilapia juga memiliki potensi besar, nilainya di pasar global pada 2024 diproyeksi mencapai USD14,4 Miliar. Sementara pada 10 tahun mendatang, diprediksi tilapia bisa mencapai USD23 Miliar. Begitu juga untuk komoditas kepiting dan Lobster. Tahun 2024, nilai pasar global untuk lobster diprediksi bisa mencapai USD8,7 miliar.
“KKP telah melakukan beberapa terobosan dalam menghadapi tantangan dan menangkap peluang investasi di bidang subsektor perikanan budi daya seperti modeling kawasan di Kebumen, Wakataobi, Karawang, dan revitalisasi kawasan,” tambahnya.
Selain itu, ujar Tebe, melalui program kampung perikanan budi daya seperti penyediaan sarana prasarana dan pengembangan infrastruktur.
“Dalam mendongkrak peningkatan produksi komoditas unggulan orientasi ekspor, KKP juga terus berupaya dalam pencegahan dan pengendalian penyakit ikan serta mendorong optimalisasi sertifikasi Perikanan Budi Daya,” katanya.
Tingkatkan kompetensi
Selanjutnya, Tebe meminta, Ispikani membantu meningkatkan kompetensi akademisi yang berdaya saing seperti memiliki kemampuan yang diperlukan industri, berpikir kritis, taktis, ahli berkomunikasi dan beradu ide.
Selain itu, para sarjana perikanan, sambungnya, juga harus menguasai dunia digital dan sosial media serta kemampuan dalam berbahasa asing. Sedangkan bagi pelaku usaha perikanan harus memiliki kemampuan dalam entrepreneurship spirit, business innovation dan digital mindset.
Di sisi lain, Direktur Rumput Laut, Nono Hartanto, menjelaskan, budi daya rumput laut berpotensi besar, baik di pasar lokal maupun global. KKP telah berupaya dalam pengembangan budi daya rumput laut di Indonesia. Diantaranya melalui pembangunan modeling budi daya rumput laut pada 2023 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Tahun 2024, KKP kembali membangun modeling budi daya rumput laut di Maluku Tenggara dan Rote Ndao dengan luas masing-masing 50 ha. Selain modeling, KKP juga telah melakukan revitalisasi kampung budi daya rumput laut dengan penyediaan bibit kultur jaringan berkualitas dan kebun bibit rumput laut.
“Harapan kami, Ispikani dapat terlibat dalam penyelesaian beberapa persoalan budidaya rumput laut seperti pemanfaatan lahan budidaya rumput laut, penerapan Cara Budidaya Rumput Laut yang Baik, kualitas bibit, dan harga rumput laut,” tegasnya.
Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan (FP2TPK) Indonesia, Prof. Maftuch mengatakan, perikanan budi daya berkelanjutan harus tidak merusak lingkungan.
Secara teknis harus sesuai kaidah Cara Budi Daya Ikan yang Baik, menguntungkan secara ekonomi dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat pengguna.
“FP2TPK siap meningkatkan komunikasi di forum pimpinan untuk berkontribusi pada pembangunan perikanan kelautan nasional. Dalam menghadapi tantangan tantangan perikanan nasional, siap membangun komunikasi fokus pada local spasial,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Maftuch, FP2TPK mengembangkan kurikulum berbasis kearifan lokal sesuai kebutuhan pasar saat ini dengan kompetensi tinggi dan mendorong penguatan pendidikan vokasi berbasis kompetensi kearifal lokal.
“Serta bersama untuk pembangunan perikanan kelautan melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya. (SG-1)