Ekonomi

KKP: Bantuan Bibit Pacu Produktivitas Budi Daya Rumput Laut di Pulau Terluar

Setelah garam, Sabu Raijua juga berpotensi dalam pengembangan budi daya rumput laut. Pasalnya, curah hujan di wilayah itu tidak terlalu tinggi, sehingga cocok untuk budi daya rumput laut. 

 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
21 Agustus 2024
 Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, KKP, Tb Haeru Rahayu ,mengatakan, pihaknya memberikan stimulan berupa bantuan bibit rumput laut kultur jaringan varian cottonii kepada kelompok pembudi daya di Sabu Raijua, NTT. (Dok. KKP)

SELAIN produksi garamnya berkualitas premium, Kabupaten Sabu Raijua,  Nusa Tenggara Timur (NTT) juga dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil rumput laut terbesar di provinsi tersebut.

 

Untuk itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan produktivitas budi daya rumput laut di wilayah tersebut. 

 

“Sabu Raijua, selain langitnya indah, kita juga bisa menikmati laut yang sehat. Kabupaten yang dikelilingi lautan, dianugerahi potensi sumber daya laut yang luar biasa. Salah satunya komoditas rumput laut, dan menjadi produk laut unggulan di Sabu Raijua setelah garam,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin (19/8).

 

Baca juga: KKP-Vietnam: Sukses Budi Daya Lobster, Kini Perluas Kerja Sama dengan Tuna, Rumput Laut

 

Kondisi tersebut, lanjutnya,  menjadikan Sabu Raijua berpotensi dalam pengembangan budi daya rumput laut. Pasalnya, curah hujan di NTT tidak terlalu tinggi, sehingga cocok untuk budi daya rumput laut. 

 

Luas lahan potensial di Sabu Raijua, menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan, mencapai 2,3 ribu hektare (ha) dengan luas eksistingnya 311 ha atau pemanfaatannya sekitar 13,16 %.

 

“KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi lahan budi daya di NTT, salah satunya termasuk Kabupaten Sabu Raijua,” ujar Tebe, sapaan akrab Haeru Rahayu.

 

Baca juga: Pacu Hilirisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Perbanyak Modeling Rumput Laut

 

Salah satu strategi KKP dalam meningkatkan produksi budi daya rumput laut di Sabu Raijua, lanjutnya, adalah penyediaan bibit rumput laut kultur jaringan (kuljar) jenis Eucheuma cottonii untuk peremajaan bibit yang sudah berumur lama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit.

 

Tebe menambahkan, DJPB melalui Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok memberikan stimulan berupa bantuan bibit rumput laut kuljar varian cottonii kepada kelompok pembudi daya di Sabu Raijua. 

 

Dukungan tersebut dalam rangka mempertahankan posisi NTT sebagai salah satu penghasil rumput laut terbesar nasional. Sekaligus mempertahankan posisi Indonesia di urutan pertama sebagai negara produsen terbesar rumput laut jenis cottonii.

 

Baca juga: Hilirisasi UMKM pada Komoditas Rumput Laut dan Kelapa Terpadu Tetap Dilanjutkan

 

Kesejahteraan masyarakat

Senada dengan Dirjen Tebe, Kepala BPBL Lombok, Wawan C. Ashuri menjelaskan, budi daya rumput laut merupakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat  pesisir, dengan catatan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya sesuai standar.

 

Keunggulan bibit rumput laut kuljar dibandingkan dengan bibit rumput laut konvensional, sambungnya,  adalah tumbuh lebih cepat, serta memiliki kandungan karagenan lebih tinggi. Bibit rumput laut kuljar dikembangkan dengan metode embriogenesis somatik. 

 

“Harapannya penggunaan bibit rumput kuljar dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas rumput laut pembudi daya di NTT, agar meningkatkan daya saing produknya, sehingga bisa terserap cepat di pasar,” imbuh Wawan.

 

Bantuan satu  ton bibit rumput laut kultur jaringan dari KKP, katanya, dapat digunakan untuk lima  kali siklus tanam atau bisa dipakai hingga setahun. Satu  ton bibit rumput laut bisa menghasilkan 20 ton rumput laut basah atau 2,5 ton rumput laut kering, apabila dibudi dayakan sesuai standar. 

 

Menyambung Wawan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sabu Raijua, Rachel Billik Tallo,  menyampaikan, pihaknya sangat berterima kasih sekali kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yang telah memberikan bibit rumput laut kuljar dan excavator ke Sabu Raijua. 

 

“Pembudi daya Sabu Raijua sangat senang sekali bisa mendapatkan bantuan bibit rumput laut kuljar dari BPBL Lombok. Pasalnya bibit rumput laut kuljar BPBL Lombok bisa memperbaiki kualitas bibit rumput laut kami dan hasilnya bagus,” ucapnya.  

 

Bibit rumput laut kuljar, ungkap Rachel bisa meningkatkan kualitas rumput laut Sabu Raijua. Tentunya produksinya menjadi lebih bagus dan pendapatan masyarakat pembudidaya pun ikut meningkat. 

 

Geliat budidaya rumput laut sangat terlihat jelas di Sabu Raijua dengan jumlah pembudi daya mencapai 4,4 ribu orang. Bahkan pendapatan per bulan mereka bisa melewati UMR.

 

Sebelumnya, Menteri Sakti Wahyu Trenggono menegaskan kehadiran KKP di Kabupaten Sabu Raijua, sebagai salah satu bentuk komitmen dan perhatian untuk mengangkat potensi daerah terluar. 

 

Pihaknya mendorong pembangunan di sektor kelautan dan perikanan secara merata, dengan tetap menempatkan keberlanjutan dan ekologi sebagai arah utama kebijakan pembangunan di sektor tersebut.

 

Sebagai informasi, penyaluran bantuan kebun bibit rumput laut kuljar oleh BPBL Lombok pada 2024 telah terealisasi 100%. Lokasi distribusi bantuan kebun bibit rumput laut kuljar tersebut meliputi Sumbawa, Lombok (NTB) dan Bali. Begitu juga dengan bantuan bibit rumput laut kuljar, BPBL Lombok telah mendistribusikan ke Wakatobi dan Sabu Raijua. (SG-1)