UNTUK menggenjot industri hilir rumput laut nasional pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana mengembangkan modeling budi daya rumput laut di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Tenggara tahun ini.
Hal itu diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada acara seminar hilirisasi rumput laut terintegrasi yang menjadi rangkaian World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Bali, Rabu (22/5).
"Tahun ini kami berencana mengembangkan pemodelan lagi di dua lokasi tambahan Rote Ndao dan Maluku Tenggara, masing-masing seluas 50 hektare (ha), dengan target produksi di setiap lokasi sebesar 2.187 ton rumput laut basah per tahun," ujarnya, seperti dikutip situs resmi KKP.
Baca juga: Hilirisasi UMKM pada Komoditas Rumput Laut dan Kelapa Terpadu Tetap Dilanjutkan
Menurut Trenggono, KKP sebelumnya telah membangun modeling rumput laut ramah lingkungan di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara seluas 50 ha.
“ strategi pemodelan budi daya rumput laut untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan petani rumput laut, kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi daerah,” imbuhnya.
Revitalisasi
Melengkapi pemodelan budi daya rumput laut, pihaknya juga menerapkan strategi revitalisasi untuk meningkatkan produksi budi daya rumput laut yang sudah ada dengan penyediaan bibit dan pembibitan kultur jaringan.
Baca juga: Dongkrak Produktivitas, KKP Gencar Kembangkan Modeling Lima Komoditas Unggulan
Stabilitas dan kualitas produksi di hulu, sambung Trenggono, menjadi penopang tumbuhnya industri hilir rumput laut.
Pada tahun 2022, budi daya rumput laut Indonesia menghasilkan 9,23 juta ton yang didominasi varian Cottonii sebagai bahan karagenan. Disusul jenis rumput laut Sargassum, Gracilaria, Haliminea, dan Gelidium amanzii.
"Penelitian mengungkap peran penting rumput laut untuk membentuk masa depan umat manusia dan memastikan keberlanjutan ekologi. Rumput laut sebagai sumber pangan alternatif, industri biofarmasi dan kosmetik, pengganti plastik yang ramah lingkungan, dan penangkapan karbon," beber Trenggono.
Baca juga: KKP Siap Resmikan Modeling Budi Daya Nila Salin di Karawang Jawa Barat
Berdasarkan Future Market Insights 2023, pasar rumput laut global mencapai USD7,79, dan diproyeksikan akan terus meningkat menjadi USD19,66 miliar pada 2033, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sebesar 9,7% antara tahun 2023 – 2033.
Proyeksi itu menghadirkan peluang usaha rumput laut yang cukup besar, baik di hulu maupun hilir. Indonesia disebutkannya memiliki potensi lahan budi daya seluas 12,1 juta ha, dan yang baru termanfaatkan hanya 0,8%-nya.
Namun dalam mengoptimalkan peluang ekonomi di bidang rumput laut itu, menurutnya, diperlukan kolaborasi semua pihak. Hadirnya pusat riset rumput laut tropis yang diluncurkan pada acara seminar itu, menurutnya akan menambah upaya penguatan ekosistem rumput laut di Indonesia.
"Di forum ini kami mengundang seluruh pemangku kepentingan, peneliti, dan investor untuk membangun kemitraan dan kolaborasi dalam penelitian, inovasi, dan integrasi hulu-hilir, dalam mendorong kemajuan pengembangan industri rumput laut di Indonesia," pungkasnya. (SG-1)