Ekonomi

Pelaku UMKM asal Bandung Bawa Beragam Produk dari Bambu Tembus Pasar Global

Berkat pandangannya yang unik terhadap bambu, Adang Muhidin berhasil menciptakan kerajinan bambu yang tidak hanya memikat hati warga lokal tetapi juga menarik perhatian pasar internasional.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
11 September 2024
Pelaku UMKM, Adang Muhidn, memainkan gitar dari bambu buatannya yang banyak diminati pembeli dari mancanegara. (Ist/BRI)

INSPIRASI bisa datang dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang tak terduga. Adang Muhidin, seorang pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bandung, Jawa Barat, membuktikan hal ini. 

 

Berkat pandangannya yang unik terhadap bambu, Adang berhasil menciptakan kerajinan bambu yang tidak hanya memikat hati warga lokal tetapi juga menarik perhatian pasar internasional.

 

Kisah sukses Adang dimulai pada malam 30 April 2011. Kala itu, ia duduk bersila di sebuah masjid, dan pandangannya tertuju pada bilah-bilah bambu di sekitar tempat ibadah. 

 

Baca juga: Telur Asin Desa Sujung, Cerita Sukses UMKM Abinisa Tembus Pasar Nasional

 

Tak berhenti di situ, esok harinya, Adang menyaksikan tayangan orkestra di televisi, dan biola yang dimainkan dalam pertunjukan tersebut membangkitkan inspirasi. 

 

"Saya akan membuat biola dari bambu," pikir Adang saat itu. Yang mengejutkan, ia bahkan tak bisa memainkan alat musik sama sekali.

 

Namun, inspirasi yang tak terduga ini justru membuka gerbang baru bagi Adang. 

 

Di tengah kebangkrutan usaha-usaha sebelumnya, bambu menjadi penyelamatnya. 

 

Berbekal modal seadanya, Adang mulai mempelajari bambu secara otodidak. Hingga pada 2013, ia berhasil menciptakan biola bambu pertamanya, diikuti dengan alat musik lain seperti gitar dan bas.

 

Dari Bambu Kebun hingga Festival Musik

 

Awalnya, Adang hanya mengandalkan bambu dari kebun-kebun tetangga. Namun, karya-karya bambunya mulai menarik perhatian, hingga ia diundang untuk tampil dalam sebuah festival musik di Jakarta. 

 

Baca juga: Klepon, Cemilan Manis dari Desa Bulang yang Mendunia Berkat Klasterku Hidupku BRI

 

Meski sempat merasa minder, booth pamerannya justru dibanjiri pengunjung. Tak disangka, biola bambu karyanya dibeli oleh seorang pengunjung asal Jepang seharga Rp3,5 juta, sementara gitarnya terjual dengan harga Rp4 juta. 

 

Dengan modal Rp7,5 juta dari penjualan tersebut, Adang pun memperkuat usaha kerajinan bambunya yang diberi nama Virage Awi.

 

Sejak saat itu, usaha Virage Awi terus berkembang. Adang yang dulu hanya bekerja dengan satu rekan, kini memimpin sebuah tim yang melibatkan lebih dari 200 orang. 

 

"Sekarang ada 4 pemilik inti di Virage Awi, dengan tim tetap sebanyak 7 orang. Di luar itu, ada 47 pekerja, belum lagi kelompok ibu-ibu di bidang kuliner yang mencapai 30 orang, kebanyakan adalah single parent," kata Adang sebagaimana dilansir situs BRI.

 

Virage Awi juga berkomitmen dalam memberdayakan penyandang disabilitas. Hingga kini, mereka telah melatih 35 penyandang disabilitas, dengan 8 di antaranya yang bekerja tetap di Virage Awi.

 

Menembus Pasar Internasional

 

Tak hanya terkenal di dalam negeri, alat musik bambu karya Virage Awi kini diminati oleh pasar internasional. 

 

"Sebanyak 90% pembeli alat musik kami berasal dari luar negeri," ucap Adang. 

 

Negara-negara seperti Jepang, India, Rumania, Jerman, Inggris, Singapura, dan Malaysia menjadi pasar utama produk-produk mereka. 

 

Bahkan, harga gitar bambu kini berkisar antara Rp14 juta hingga Rp25 juta, sementara drum bambu bisa mencapai Rp50 juta.

 

"Kami memproduksi gitar secara terbatas, hanya 36 unit per tahun. Pembelinya sebagian besar dari luar negeri," tambah Adang. 

 

Selain alat musik, Virage Awi juga mengembangkan kerajinan bambu lain seperti jam tangan, alat makan, speaker, hingga konstruksi bangunan berbahan bambu.

 

Inovasi Kuliner dan Pemberdayaan Masyarakat

 

Tidak berhenti di kerajinan tangan, pada 2022-2023, Virage Awi mulai merambah ke sektor kuliner. 

 

Kelompok-kelompok usaha yang dibina oleh Virage Awi kini memproduksi olahan berbahan dasar bambu, seperti mustofa rebung, simping rebung, pangsit, dan bahkan brownies rebung.

 

Kelompok Wanita Kreatif Motekar, salah satu kelompok binaan, juga sukses memproduksi kerupuk dari daun bambu.

 

Baca juga: Ikon Kuliner Jabar Bolu Susu Lembang Semarakkan Pameran ‘5th Connecti:City 2024’

 

Tak hanya berfokus pada produksi, Virage Awi kini juga berperan sebagai akademi yang memberikan pelatihan kewirausahaan, termasuk bagi penyandang disabilitas. 

 

"Kami berharap bisa terus memberdayakan masyarakat, terutama yang kurang beruntung. Virage Awi hadir untuk membantu orang lain, itu tujuan utama kami," ungkap Adang.

 

Peran BRI dalam Pengembangan Usaha

 

Perjalanan sukses Adang dan Virage Awi tak lepas dari dukungan BRI. Virage Awi merupakan salah satu klaster usaha binaan BRI. 

 

Selain pendanaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), BRI juga memberikan bantuan berupa alat produksi yang membantu meningkatkan kapasitas produksi.

 

"Kami juga dibantu BRI untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) atas alat musik yang kami produksi," kata Adang. 

 

Virage Awi pun sering diundang BRI untuk mengikuti pameran di luar negeri, termasuk pameran terakhir di Singapura, yang mempertemukan mereka dengan banyak pembeli internasional.

 

Menurut Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, pemberdayaan klaster usaha menjadi fokus utama strategi BRI di 2024. 

 

"Kami memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar hingga interkoneksi. Pemberdayaan adalah prioritas utama kami," jelasnya.

 

Harapan Adang untuk Masa Depan

 

Adang berharap Virage Awi bisa terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi banyak orang, seperti bambu yang tinggi menjulang, memberikan kesejukan dan manfaat di sekitarnya. 

 

"Semoga usaha ini terus berkembang dan bisa membantu lebih banyak orang," ucap Adang penuh harap.

 

Kisah sukses Adang dan Virage Awi adalah bukti bahwa dengan kreativitas, ketekunan, dan dukungan yang tepat, sesuatu yang sederhana seperti bambu bisa menjadi kunci sukses hingga menembus pasar internasional.(SG-2)