KLEPON, dengan sensasi manis dari lelehan gula aren yang berpadu dengan aroma pandan, menjadi sajian yang selalu menggugah selera.
Kue mungil dengan tekstur kenyal ini telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari jajanan Nusantara, Bagi masyarakat Indonesia, kehadiran klepon adalah kenangan manis yang mudah dijumpai di berbagai penjuru negeri.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa ada satu desa di Jawa Timur yang dikenal sebagai pusat klepon—Desa Bulang, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, Jawa Timur..
Baca juga: Ikon Kuliner Jabar Bolu Susu Lembang Semarakkan Pameran ‘5th Connecti:City 2024’
Desa ini, yang dikenal dengan julukan "Kampung Klepon," menjadi saksi perjalanan panjang klepon sebagai warisan budaya kuliner.
Salah satu pengusaha klepon yang terkenal di Desa Bulang adalah Klepon Hj Nunuk, sebuah usaha keluarga yang telah berlangsung turun-temurun sejak 1980.
Nugraeni Lantarati merupakan generasi keempat dari keluarga Hj Nunuk, dengan bangga melestarikan resep warisan nenek moyangnya.
"Kami selalu menyajikan klepon dalam kondisi hangat, itulah yang membuat banyak pelanggan datang kembali karena rasanya yang istimewa," ujar Nugraeni, yang juga menjabat sebagai Ketua Klaster Klepon Bulang.
Baca juga: Kuliner Legendaris Bolu Bakar Tunggal Terus Eksis dan Bertahan Hampir Dua Dekade
Kampung Klepon tidak hanya menjadi pusat kuliner lokal tetapi juga menjadi tujuan wisata bagi para pecinta makanan.
Dengan sekitar 70% warga Desa Bulang terlibat dalam bisnis klepon, suasana desa menjadi hidup dengan semangat gotong royong dan kolaborasi antar pengusaha klepon.
Bahkan, meskipun jarak antar penjual klepon hanya beberapa meter, seperti yang dialami oleh Julaikah, pemilik Klepon Anggun, persaingan justru menjadi peluang untuk memperkuat identitas kuliner desa.
Baca juga: BRI Berkomitmen Dukung UMKM, Klaster Jeruk Sungai, Jambi Penuh Jadi Contoh Sukses
Namun, menjalankan bisnis klepon bukan tanpa tantangan. Julaikah, yang telah merintis usaha sejak 2013, mengungkapkan bahwa kenaikan harga bahan baku seperti kacang, gula, dan tepung menjadi tantangan terbesar.
Di tengah tantangan ini, program Klasterku Hidupku dari BRI hadir sebagai angin segar bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Desa Bulang.
BRI, melalui program Klasterku Hidupku, tidak hanya memberikan akses permodalan tetapi juga pendampingan intensif. Hj Nunuk mengakui bahwa kehadiran BRI sangat membantu dalam mengembangkan usaha para pengusaha klepon di desa ini.
"Alhamdulillah, kami sangat terbantu dan berterima kasih dengan kehadiran BRI. Sekarang, kami semakin maju lagi," ujarnya.
Program ini juga membawa inovasi dalam proses produksi dan transaksi.
BRI memberikan bantuan peralatan produksi serta memperkenalkan digitalisasi pembayaran melalui QRIS dan aplikasi BRImo, yang memudahkan transaksi para pelaku UMKM.
Hingga akhir Juli 2024, BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program ini, dengan lebih dari 2.000 pelatihan diselenggarakan.
Supari, Direktur Bisnis Mikro BRI, menegaskan bahwa program Klasterku Hidupku merupakan bagian dari strategi BRI untuk mengutamakan pemberdayaan pelaku UMKM.
"Strategi bisnis mikro BRI di 2024 akan fokus pada pemberdayaan yang berada di depan pembiayaan,” jelas Supari.
“BRI berkomitmen untuk mendukung UMKM melalui kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," ungkap Supari.
Desa Bulang kini tidak hanya dikenal sebagai Kampung Klepon, tetapi juga sebagai contoh sukses pemberdayaan UMKM melalui sinergi dengan BRI.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, klepon dari Desa Bulang semakin dikenal luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah internasional. (SG-2)