MENTERI Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menegaskan pentingnya melindungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari serbuan barang impor, khususnya akibat over capacity dan supply dari Tiongkok.
Hal ini disampaikannya dalam sambutan pada acara Karya Kreatif Jawa Barat X Pekan Kerajinan Jawa Barat 2024 yang digelar di Ballroom Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, pada Jumat (28/6/2024).
Acara yang bertajuk "Sinergi Memperkuat Ekonomi Hijau, Keuangan Digital, dan Inklusif serta Iklim Investasi untuk Kemandirian Ekonomi Jawa Barat yang Berkelanjutan" ini diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Bank Indonesia, Dekranasda Jawa Barat, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Baca juga: Pengawasan E-Commerce, Kunci Pertahanan Produk UMKM Lokal
Tantangan Perdagangan Global
Dalam pidatonya, Zulkifli Hasan menyoroti dua kebijakan utama di tengah situasi perdagangan dunia yang semakin kompleks.
"Barat yang dulu pelopor perdagangan bebas kini menjadi sponsor berbagai hambatan perdagangan,” jelas Zukifli.
“Berbagai peraturan baru diberlakukan, termasuk sertifikasi kelayakan lingkungan untuk produk-produk pertanian kita yang akan berlaku mulai 2025," ujarnya.
Perang dagang antara Tiongkok dan Barat juga berdampak pada produk-produk Tiongkok yang dikenakan tarif tinggi.
"Ini meningkatkan hambatan perdagangan dari 900 pada tahun 2021 menjadi lebih dari 3000 sekarang," tutur Mendag.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Apresiasi Sentra Batik Gunung Pati di Semarang
Zulkifli juga mencatat penurunan drastis ekspor sawit Indonesia ke Eropa, dari 5 miliar dolar AS pada tahun 2020 menjadi hanya 1,5 miliar dolar AS.
Oleh karena itu, Indonesia harus aktif melakukan diplomasi dan membuat perjanjian dagang yang menguntungkan.
"Contohnya, mengirim sepatu Nike ke Eropa dikenai pajak 50%, sedangkan ke Vietnam 0%. Ekspor nanas atau pisang ke Jepang dikenai pajak 17%, sedangkan Filipina 0%," paparnya.
Perlindungan dan Pengembangan UMKM
Untuk melindungi UMKM dari serbuan barang impor yang bisa mematikan produksi dalam negeri, Zulkifli menekankan pentingnya regulasi impor yang ketat.
"Kita memperketat regulasi impor melalui Permendag No. 37, yang kemudian diubah menjadi Permendag No. 7, dan sekarang Permendag No. 8,” ujar Mendag.
“Kita juga akan menggunakan tarif untuk membatasi barang masuk ke Indonesia agar UMKM terlindungi," jelasnya.
Baca juga: DPR Desak Regulasi Ketat Cegah Impor Tekstil Bermotif Tradisional Indonesia
Zulkifli juga mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam melindungi produksi dalam negeri dan mengembangkan UMKM.
"Kerja sama antar lembaga sangat penting. Trade Expo yang akan kita adakan pada 9-12 Oktober harus didukung oleh semua pihak,” papar Zulkifli.
“Tolong Pak Sekda, kirimkan UMKM yang bagus untuk ikut acara ini, biayanya jangan dibebankan ke UMKM, tapi ke pemerintah," pungkasnya.
Peluang Pasar Non-Tradisional
Selain melindungi UMKM, Zulkifli juga melihat peluang besar dalam memperluas pasar UMKM ke ASEAN dan pasar non-tradisional seperti Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
"Pasar non-tradisional ini potensinya luar biasa," ujarnya.
Pemerintah telah menyelesaikan beberapa perjanjian perdagangan dengan ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
"Di Timur Tengah, meskipun pedagang Indonesia masih kecil, kita sudah punya SHEPA dengan UAE yang membebaskan pajak 17%," tambahnya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan UMKM Indonesia dapat terus berkembang dan mampu bersaing di pasar global, sementara produksi dalam negeri tetap terlindungi dari ancaman barang impor. (Fajar Ramadan/SG-2)