Ekonomi

Ekspor Industri Makanan dan Minuman Capai Rp 698,9 Triliun

Sektor Industri Makanan dan Minuman berperan penting dalam pertumbuhanan ekonomi Indonesia, hal itu dibuktikan dengan kontribusinya terhadap PDB sebesar 6,55 persen.

By Fajar Ramadan  | Sokoguru.Id
26 Maret 2024
dok. HO/Kemenperin

PENCAPAIAN ekspor sektor industri makanan dan minuman pada 2023 menembus angka $41,7 miliar atau Rp 698,9 Triliun. Tak hanya itu, sektor ini pun tumbuh positif sebesar 4,47 persen. 

 

Demikian di sampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada pembukaan Bazar Lebaran 2024 di Jakarta, seperti dilansir kemenperin.go.id, Senin (26/3).

 

“Sektor ini masih melanjutkan neraca dagang positif atau surplus di tahun 2023 sebesar USD25,21 miliar,” ungkapnya.

 

Baca juga: Industri Makanan dan Minuman Diperkirakan Tumbuh 7% di 2024

 

Sektor ini berperan penting dalam pertumbuhanan ekonomi Indonesia, hal itu dibuktikan dengan kontribusinya terhadap PDB sebesar 6,55 persen. 

 

Selain itu, penanaman modal di sektor industri makanan dan minuman masih bertumbuh dan diminati oleh para investor nasional dan global. 

 

Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor ini yang mencapai Rp 85,10 triliun pada 2023.

 

Baca juga: Produk UMKM Makanan dan Minuman di Kota Surabaya Diusahakan Miliki Sertifikasi Halal

 

Menghadapi bulan Ramadan dan Idul Fitri 1445H, sambungnya, komoditas pokok seperti gula, minyak goreng, tepung terigu, jagung untuk industri makanan,dan bahan baku daging untuk industri stoknya masih aman hingga 1-1,5 bulan ke depan. 

 

“Air minum dalam kemasan yang produksinya sebesar 32,6 miliar liter per tahun, mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sebesar 32,5 miliar liter per tahun,” imbuhnya.

 

Melalui Bazar Lebaran ini, Menperin berharap para pelaku usaha memanfaatkan ajang ini sebagai sarana promosi produk-produknya.

 

Baca juga: Perlukah Penundaan Sertifikasi Halal untuk Produk Kuliner UMKM ?

 

Untuk itu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, di samping menjaga ketersediaan stok di pasar, juga perlu didukung dengan pendistribusian yang tepat sasaran.

 

Bazar Lebaran ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan bahan makanan, minuman, dan sandang lainnya dengan harga terjangkau. 

 

“Pelaksanaan Bazar Lebaran juga merupakan bentuk kepedulian dan wujud partisipasi Kementerian Perindustrian dalam menyambut Lebaran dengan meningkatkan peran Plasa Pameran Industri yang bisa dimanfaatkan oleh para perajin dan pengusaha untuk berpromosi, sekaligus membantu masyarakat dalam mendapatkan barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau,” jelas Menperin.

 

Upayakan alternatif pangan

 

Naiknya harga beras sebagai bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional ditengarai dengan ketersediaan stok yang tidak pasti. 

 

Sebagai usaha untuk memitigasi hal tersebut, pemerintah mengupayakan pemenuhan pangan dari sumber alternatif seperti sagu. 

 

“Sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional karena Indonesia memiliki lahan sagu yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektar yang berpotensi menghasilkan 34,3 juta ton pati sagu,” papar Agus.

 

Baca juga: Tak Bersertifikat Halal pada Oktober 2024, Produk Bisa Ditarik dari Pasaran

 

Menurutnya, produk olahan sagu berupa beras analog sagu berpotensi menjadi pangan utama pengganti beras terutama pada saat terjadinya kelangkaan beras. 

 

“Beras analog sagu juga memiliki keunggulan berupa kandungan resistance starch yang tinggi dan kadar glikemiks indeks yang rendah sehingga baik untuk mencegah diabetes,” pungkasnya. (SG-3)