Ekonomi

Dewi Harlas, Emak-Emak Eksportir Daun Pisang yang Sukses Tembus Pasar Australia

Ceritanya bermula saat Dewi Harlas, seorang ibu rumah tangga, melihat pohon pisang berdaun lebat di pekarangan belakang rumahnya. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
04 Januari 2025
Dewi Harlas, pengusaha yang bergerak dalam ekspor daun pisang. (Ist:/instagram.com/dewiharlas)

KESUKSESAN tak mengenal batasan, bahkan dari halaman rumah. Dewi Harlas, seorang ibu rumah tangga, membuktikan hal ini dengan berhasil mengekspor daun pisang ke Australia. 

 

Ceritanya bermula saat ia melihat pohon pisang berdaun lebat di pekarangan belakang rumahnya. 

 

Alih-alih dibiarkan begitu saja, Dewi menggali informasi melalui internet dan menemukan bahwa permintaan daun pisang di pasar internasional cukup tinggi.

 

Baca juga: Dari Pasar Kosambi hingga Ekspor ke Belanda, Kisah Sukses Sang Raja Oncom

 

Dengan langkah berani sebagaimana dikutip dari suratdunia.com, ia membuat profil usaha dan mempromosikan produknya melalui media sosial. 

 

Berkat usaha ini, Dewi berhasil menarik minat pembeli asal Australia, hingga menghasilkan kesepakatan ekspor perdana sebanyak 250 kg daun pisang.

 

Peluang Besar di Pasar Ekspor Daun Pisang
 

Kesuksesan Dewi mengungkap potensi besar pasar ekspor daun pisang Indonesia. 

 

 

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada 2018 Indonesia mengekspor 7.905 ton daun pisang senilai US$ 4,2 juta, yang meningkat menjadi US$ 6,9 juta pada 2020.

 

Negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Belanda, dan Australia menjadi pasar utama daun pisang, digunakan untuk berbagai keperluan. 

 

Baca juga: Mayoutfit: Dari Kamar Kos Hingga Jadi Tren Setter Fesyen Lokal

 

Di Jepang, misalnya, daun pisang digunakan sebagai pembungkus makanan khas, bahan obat herbal, hingga dekorasi dalam industri kreatif. 

 

Dewi Harlas/Foto: instagram.com/dewiharlas

 

Sementara di Amerika Serikat, daun pisang populer sebagai pembungkus makanan higienis di restoran.

 

Nilai Ekonomis Tinggi
 

Harga daun pisang di pasar internasional jauh lebih tinggi dibandingkan di dalam negeri. 

 

Di Jepang, selembar daun pisang bisa dihargai 1.980–2.280 Yen (Rp278 ribu–Rp321 ribu), sementara di Amerika Serikat mencapai US$ 13–US$ 18 (Rp195 ribu–Rp270 ribu).

 

Komoditas ini menawarkan potensi keuntungan besar, menjadikannya peluang menggiurkan bagi pelaku UMKM di Indonesia.

 

Indonesia, Pemain Utama Pasar Daun Pisang
 

Sebagai negara penghasil pisang terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki keunggulan dalam jumlah dan kualitas daun pisang. 

 

Jenis daun seperti pisang raja, kepok, dan batu yang tidak mudah robek dan tetap lentur saat dipanaskan, menjadi andalan ekspor.

 

Berbeda dengan negara-negara seperti Jepang dan Amerika Serikat yang memiliki musim dingin dan terbatasnya produksi daun pisang, Indonesia memiliki keunggulan iklim tropis yang mendukung pertumbuhan tanaman pisang sepanjang tahun.

 

Pasar yang Menjanjikan
 

Negara-negara seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Jerman menjadi target pasar yang menjanjikan. 

 

Baca juga: Melalui Sentra UMKM ‘Natah Antakara’, Denpasar Dorong Produk Lokal Mendunia

 

Dengan potensi besar ini, Indonesia berpeluang untuk memperkuat posisinya di pasar global melalui ekspor daun pisang.

 

Dewi Harlas telah membuktikan bahwa dengan kreativitas, keberanian, dan pemanfaatan sumber daya lokal, UMKM Indonesia bisa sukses menembus pasar internasional. 

 

Kini, saatnya lebih banyak pelaku usaha mengikuti jejaknya, menjadikan daun pisang sebagai komoditas unggulan di kancah global. (SG-2)