Soko Inspirasi

Mayoutfit: Dari Kamar Kos Hingga Jadi Tren Setter Fesyen Lokal

Dengan komitmen terhadap kualitas dan inovasi, Mayoutfit tak hanya menjadi saksi keberhasilan sebuah mimpi kecil, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di dunia usaha.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
13 Desember 2024
Intan Fazria, Owner dan Pendiri Mayoutfit. (SG/Andhika Prana) 

PERJALANAN membangun bisnis sering kali dimulai dari mimpi kecil dan masalah sehari-hari. 

 

Hal ini dibuktikan oleh Intan Fazria bersama dua sahabatnya, Sinthya Audi Poetri dan Aldi Yudistira, yang memulai usaha dari sebuah kamar kos di Gegerkalong, Bandung, pada tahun 2013. 

 

Bermula dari keinginan untuk menambah uang jajan, kini jenama fesyen lokal “Mayoutfit” telah menembus pasar internasional dan menjadi tren setter di industri fesyen.

 

Baca juga: Dari Pasar Kosambi hingga Ekspor ke Belanda, Kisah Sukses Sang Raja Oncom

 

Awal Mula dari Keterbatasan

 

Sebagai mahasiswa, Intan yang menempuh studi Manajemen Bisnis di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merasa pengelolaan keuangan menjadi tantangan. 

 

“Uang jajan saya terbatas, sementara saya sering ingin tampil gaya dengan pakaian baru,” ujar Intan. 

 

Dari keresahan itulah, mereka mulai berjualan pakaian dengan sistem reseller menggunakan modal kecil.

 

Dengan memanfaatkan keterampilan fotografi ponsel dan ongkos angkot untuk mengambil barang dari supplier, Mayoutfit mulai membangun reputasi. 

 

Memanfaatkan Media Sosial 

 

Foto-foto produk mereka unggah ke media sosial yang kala itu sedang populer, seperti Kaskus, Toko Bagus, dan BBM. Sistem pre-order pun diterapkan untuk meminimalkan risiko.

 

Baca juga: Konsisten Beli Produk UKM dalam Jumlah Besar, Amennis Trading Raih Primaduta 2024

 

“Barang baru saya ambil setelah pembeli memesan dan membayar. Dari situ, saya belajar memahami pasar dan membangun kepercayaan,” ungkap Intan.

 

Dari Kamar Kos ke Kios Pertama

 

Berkembang dari kamar kos sederhana, Intan membuka kios pertama berukuran 3x3 meter di Gegerkalong. Langkah ini menjadi penanda seriusnya usaha Mayoutfit. 

 

“Pesan dari BBM bisa mencapai ribuan, dan dari sana saya membangun kepercayaan pelanggan,” kenangnya.

 

Keberadaan toko offline ini menjadi titik balik. Penjualan meningkat hingga dua kali lipat karena pelanggan bisa melihat langsung produk yang ditawarkan. 

 

Pada 2015, Mayoutfit mulai memproduksi pakaian sendiri, merekrut karyawan, dan memiliki gudang penyimpanan, menjadikan bisnis ini semakin profesional.

 

Menghadapi Tantangan Pandemi

 

Pandemi Covid-19 pada 2020 menjadi ujian berat bagi banyak usaha, termasuk Mayoutfit. 

 

Namun, Intan melihat peluang di tengah krisis dengan memperkuat penjualan online. 

 

“Kami memperluas distribusi ke TikTok Shop, Lazada, hingga website resmi kami. Alhamdulillah, langkah ini membuat Mayoutfit tetap relevan,” jelasnya.

 

Strategi pemasaran digital menjadi kunci keberhasilan mereka. Mulai dari kerja sama dengan influencer hingga memanfaatkan teknologi iklan di Instagram, TikTok, dan Google, Mayoutfit berhasil menjaga eksistensi di pasar yang kompetitif.

 

Visi Jadi Tren Setter Lokal dan Internasional

 

Kini, setelah 11 tahun berkarya, Intan memiliki visi besar untuk membawa Mayoutfit menjadi tren setter fesyen lokal yang dikenal hingga ke mancanegara. 

 

“Kami terus berinovasi dalam desain, memperluas jangkauan penjualan, dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan,” katanya.

 

Selain itu, Intan aktif berbagi ilmu dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lainnya. 

 

Baca juga: Selain Akses Pendanaan, Masa Depan UMKM Ada di Inovasi dan Jaringan

 

Ia menekankan pentingnya menentukan harga dengan cermat, memahami kebutuhan pasar, dan membangun kepercayaan pelanggan.

 

“Jangan takut memulai, meski tanpa modal besar. Yang penting adalah konsisten dan terus belajar,” pesan Intan kepada generasi muda yang ingin terjun ke dunia bisnis.

 

Dengan komitmen terhadap kualitas dan inovasi, Mayoutfit tak hanya menjadi saksi keberhasilan sebuah mimpi kecil, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di dunia usaha. (SG-2)