HELATAN bjbPreneur yang menjadi ajang inkubasi bisnis dalam bentuk kompetisi, melanjutkan helatannya dengan bootcamp bagi 500 pelaku UMKM terpilih yang digelar secara daring, pada Selasa (19/3).
Bootcamp ini merupakan kegiatan pelatihan yang dikhususkan bagi para pelaku UMKM terpilih sebagai ancangan untuk menjadi 100 UMKM terbaik yang akan mendapatkan pendampingan dari bank bjb.
Manajer Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpadu (Pesat), Divisi Kredit UMKM bank bjb, Apsoro, menyampaikan, ajang tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menaikkan kelas usaha.
Baca juga: Webinar bjbPreneur 2024 Kupas Strategi Branding dan Pemasaran yang Efektif bagi UMKM
HELATAN bjbPreneur yang menjadi ajang inkubasi bisnis dalam bentuk kompetisi, melanjutkan helatannya dengan bootcamp bagi 500 pelaku UMKM terpilih yang digelar secara daring, pada Selasa (19/3).
Bootcamp ini merupakan kegiatan pelatihan yang dikhususkan bagi para pelaku UMKM terpilih sebagai ancangan untuk menjadi 100 UMKM terbaik yang akan mendapatkan pendampingan dari bank bjb.
Manajer Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpadu (Pesat), Divisi Kredit UMKM bank bjb, Apsoro, menyampaikan, ajang tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menaikkan kelas usaha.
Baca juga: Perempuan, Agribisnis dan Teknologi Jadi Fokus Program bjbPreneur
Bootcamp dengan tema Riset Pasar ini menghadirkan Asesor dan Fasilitator LSP Pusat Pelatihan SDM Ekspor dan Jasa Perdagangan Erik Sahusilawane.
“Jika bjbPreneur ini gerbong, yang pertama adalah riset pasar. Ketika kita membuat usaha kita harus tahu kemana kita akan melangkah,” ujarnya.
Baca juga: bjbPreneur on Campus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Lahirkan Pebisnis Berkelanjutan
Lebih lanjut, Erik mengatakan, berwirausaha tidak terlepas dengan kemampuan manajerial. Ia memaparkan lima hal yang mesti dipersiapkan para pelaku usaha, yakni aspek internal, eksternal, konsumen, pasar nasional dan internasional, serta evaluasi.
Mengenal USP dan STP
Dalam pemaparan materinya, Erik menekankan, sangat perlu bagi para pelaku usaha untuk menentukan segmentating, targeting, posisitioning (STP) dan unique selling proportion (USP).
“Untuk membuat USP kita harus tahu dulu segmentasi pasar yang akan kita sasar, lebih spesifik akan lebih baik lagi. Baru setelah itu, sasaran mesti ditetapkan,” imbuhnya.
Kemudian, dari sisi produk yang kita miliki harus, sambung Erik, diidentifikasi apa diferensiasinya dengan produk yang lain, kemudian di mana kita akan menempatkan produk tersebut.
“Keempat hal tersebut akan menciptakan nilai-nilai tertentu pada pelanggan yang akan disasar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Erik menjelaskan, tujuan dalam berusaha menjadi penting untuk dipilih misalkan tujuannya eksis atau mendapat pendapatan lain, dari tujuan tersebut kita dapat mendapatkan arah dari usaha ini.
“Untuk mencapai tujuan itu tentu ada strateginya untuk sehingga usaha kita bisa naik kelas. Untuk mencapai target tadi kita perlu memaksimalisasi orang. Pelaku usaha mikro terutama sering melakukan segalanya oleh sendiri, nah sebagai entrepreneur harus menambah SDM. Dalam usaha kita harus memiliki tujuan, strategi, dan SDM,” imbuhnya.
Lebih khusus lagi untuk penentuan segmentasi, pertama faktor geografis, misalnya kota, wilayah, dekat dengan apa. Kedua faktor demografis di antaranya usia, gender, pendapatan, generasi, dan kelas sosial. Ketiga psikografis, yakni gaya hidup dan kepribadian. Keempat, faktor perilaku, yakni occasion, benefit, user, loyalty, dan purchasing power.
Segmentasi, lanjut Erik, menjadi aspek yang sangat perlu diperhatikan agar bisa mengetahui siapa target pasar yang disasar. Melalui segmentasi pasar kita dapat:
- Meningkatkan efisiensi pasar. Segmentasi membantu perusahaan untuk menargetkan pesan dan strategi pemasaran mereka secara lebih tepat kepada kelompok pelanggan yang memiliki kebutuhan dan minat yang sama. Hal ini mengurangi pemborosan sumber daya dan meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran.
- Meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih baik, perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih relevan dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Hal ini meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan loyalitas.
- Memperkuat daya saing, segmentasi memungkinkan usaha dapat menemukan peluang pasar baru dan mengasah keunggulan kompetitif mereka. Hal ini membantu perusahaan untuk berbeda dari pesaing dan menarik lebih banyak pelanggan.
- Meningkatkan profitabilitas, dengan meningkatkan efisiensi pemasaran, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memperkuat daya saing, segmentasi pasar dapat meningkatkan profitabilitas usaha.
“Setelah kita mengetahui segmentasi pasar, targeting menjadi langkah selanjutnya untuk menentukan pasar mana yang akan kita layani,” imbuhnya.
Positioning, lanjut Erik, adalah proses dimana kita mulai merancang produk serta melakukan inovasi dengan mengacu pada kebutuhan target pasar kita.
Lalu, kita tentukan tujuan positioning ini, apakah produk kita akan menunjukkan keunggulan apa, apakah harganya atau kualitasnya. Setelah itu, barulah kita lakukan branding, penentuan market cepat atau sehar, dan produk yang kita hasilkan apakah mengedepankan uniknya atau faktor apanya.
“Di Nigeria itu yang paling terkenal brightening cream, karena mereka gak butuh untuk putih, namun mereka ingin dipandang seperti Beyonce, dan lain-lain. Jika untuk perempuan, produk itu mengandung colagen, vit c, kalau di Afrika harus ada lavender.”
Mengapa menggunakan lavender? Sebab, ujar Erik, di Afrika itu lalat saja kalau nempel ke tangan yang hidup tuh larvanya makan daging kita. Dengan adanya lavender, produk itu akan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di penghujung acara, salah satu peserta Khoirul Anwar, menanyakan terkait produknya berupa pensil.
“produk saya banyak pensil benih yang jadi best seller, kita gak bisa menggantungkan dari satu produk. Terkait fokus harus saya lakukan apakah harus jor-joran satu produk, atau mengangkat produk yang lain,” tanyanya.
Menjawab itu, Erik mendorong Khoirul agar memperkuat kerja sama yang dibutuhkan. “Dibuat segmentasi, jadi orang-orang yang pengen nyoba produk kamu itu. Orang-orang yang ingin jadi bagian gaya hidup menjaga lingkungan hidup, hobi, dan lain-lain,” pungkasnya. (Faj/SG-1)
Bootcamp dengan tema Riset Pasar ini menghadirkan Asesor dan Fasilitator LSP Pusat Pelatihan SDM Ekspor dan Jasa Perdagangan Erik Sahusilawane.
“Jika bjbPreneur ini gerbong, yang pertama adalah riset pasar. Ketika kita membuat usaha kita harus tahu kemana kita akan melangkah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Erik mengatakan, berwirausaha tidak terlepas dengan kemampuan manajerial. Ia memaparkan lima hal yang mesti dipersiapkan para pelaku usaha, yakni aspek internal, eksternal, konsumen, pasar nasional dan internasional, serta evaluasi.
Mengenal USP dan STP
Dalam pemaparan materinya, Erik menekankan, sangat perlu bagi para pelaku usaha untuk menentukan segmentating, targeting, posisitioning (STP) dan unique selling proportion (USP).
“Untuk membuat USP kita harus tahu dulu segmentasi pasar yang akan kita sasar, lebih spesifik akan lebih baik lagi. Baru setelah itu, sasaran mesti ditetapkan,” imbuhnya.
Kemudian, dari sisi produk yang kita miliki harus, sambung Erik, diidentifikasi apa diferensiasinya dengan produk yang lain, kemudian di mana kita akan menempatkan produk tersebut.
“Keempat hal tersebut akan menciptakan nilai-nilai tertentu pada pelanggan yang akan disasar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Erik menjelaskan, tujuan dalam berusaha menjadi penting untuk dipilih misalkan tujuannya eksis atau mendapat pendapatan lain, dari tujuan tersebut kita dapat mendapatkan arah dari usaha ini.
“Untuk mencapai tujuan itu tentu ada strateginya untuk sehingga usaha kita bisa naik kelas. Untuk mencapai target tadi kita perlu memaksimalisasi orang. Pelaku usaha mikro terutama sering melakukan segalanya oleh sendiri, nah sebagai entrepreneur harus menambah SDM. Dalam usaha kita harus memiliki tujuan, strategi, dan SDM,” imbuhnya.
Lebih khusus lagi untuk penentuan segmentasi, pertama faktor geografis, misalnya kota, wilayah, dekat dengan apa. Kedua faktor demografis di antaranya usia, gender, pendapatan, generasi, dan kelas sosial. Ketiga psikografis, yakni gaya hidup dan kepribadian. Keempat, faktor perilaku, yakni occasion, benefit, user, loyalty, dan purchasing power.
Segmentasi, lanjut Erik, menjadi aspek yang sangat perlu diperhatikan agar bisa mengetahui siapa target pasar yang disasar. Melalui segmentasi pasar kita dapat:
- Meningkatkan efisiensi pasar. Segmentasi membantu perusahaan untuk menargetkan pesan dan strategi pemasaran mereka secara lebih tepat kepada kelompok pelanggan yang memiliki kebutuhan dan minat yang sama. Hal ini mengurangi pemborosan sumber daya dan meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran.
- Meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih baik, perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih relevan dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Hal ini meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan loyalitas.
- Memperkuat daya saing, segmentasi memungkinkan usaha dapat menemukan peluang pasar baru dan mengasah keunggulan kompetitif mereka. Hal ini membantu perusahaan untuk berbeda dari pesaing dan menarik lebih banyak pelanggan.
- Meningkatkan profitabilitas, dengan meningkatkan efisiensi pemasaran, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memperkuat daya saing, segmentasi pasar dapat meningkatkan profitabilitas usaha.
“Setelah kita mengetahui segmentasi pasar, targeting menjadi langkah selanjutnya untuk menentukan pasar mana yang akan kita layani,” imbuhnya.
Positioning, lanjut Erik, adalah proses dimana kita mulai merancang produk serta melakukan inovasi dengan mengacu pada kebutuhan target pasar kita.
Lalu, kita tentukan tujuan positioning ini, apakah produk kita akan menunjukkan keunggulan apa, apakah harganya atau kualitasnya. Setelah itu, barulah kita lakukan branding, penentuan market cepat atau sehar, dan produk yang kita hasilkan apakah mengedepankan uniknya atau faktor apanya.
“Di Nigeria itu yang paling terkenal brightening cream, karena mereka gak butuh untuk putih, namun mereka ingin dipandang seperti Beyonce, dan lain-lain. Jika untuk perempuan, produk itu mengandung colagen, vit c, kalau di Afrika harus ada lavender.”
Mengapa menggunakan lavender? Sebab, ujar Erik, di Afrika itu lalat saja kalau nempel ke tangan yang hidup tuh larvanya makan daging kita. Dengan adanya lavender, produk itu akan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di penghujung acara, salah satu peserta Khoirul Anwar, menanyakan terkait produknya berupa pensil.
“produk saya banyak pensil benih yang jadi best seller, kita gak bisa menggantungkan dari satu produk. Terkait fokus harus saya lakukan apakah harus jor-joran satu produk, atau mengangkat produk yang lain,” tanyanya.
Menjawab itu, Erik mendorong Khoirul agar memperkuat kerja sama yang dibutuhkan. “Dibuat segmentasi, jadi orang-orang yang pengen nyoba produk kamu itu. Orang-orang yang ingin jadi bagian gaya hidup menjaga lingkungan hidup, hobi, dan lain-lain,” pungkasnya. (Faj/SG-1)