Editorial

Mengubah UMKM Indonesia, dari Sekadar Bertahan Hidup ke Daya Saing Global

Dengan kata lain, UMKM kita masih berada di titik yang jauh dari ideal untuk menopang visi Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi pada 2045 atau Indonesia Emas 2045.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
04 September 2024
UMKM kita masih berada di titik yang jauh dari ideal untuk menopang visi Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi pada 2045 atau Indonesia Emas 2045. (Ist/Pemkot Bandung)

USAHA mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah lama diakui menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. 

 

Namun, di balik angka-angka optimistis yang sering dipromosikan, terdapat realitas yang mengejutkan: 95 persen dari UMKM di Indonesia masih terjebak dalam lingkaran yang belum kompetitif..

 

Inilah yang menjadi sorotan dalam pernyataan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki, di Bali baru-baru ini. 

 

Baca juga: Mendorong UMKM Naik Kelas: Antara Retorika dan Realitas

 

Realitas ini, meskipun keras, menyadarkan kita bahwa UMKM di Indonesia masih jauh dari harapan sebagai pilar ekonomi yang tangguh.

 

Saat ini, mayoritas UMKM masih berkutat dengan ekonomi subsisten—hanya berusaha bertahan hidup di tengah gempuran pasar yang semakin kompetitif. 

 

Mereka belum mampu mengakses teknologi produksi modern, belum merambah pasar global, dan masih kesulitan mendapatkan pembiayaan yang memadai. 

 

Dengan kata lain, UMKM kita masih berada di titik yang jauh dari ideal untuk menopang visi Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi pada 2045 atau Indonesia Emas 2045.

 

Baca juga: Saatnya Dorong Generasi Muda Terjun dan Geluti Sektor Pertanian dan Perikanan

 

Dalam pertemuan nasional pemanfaatan data KUMKM (Koperasi dan UMKM) di Bali, Teten memaparkan data yang menunjukkan distribusi UMKM di berbagai pulau di Indonesia. 

 

Baca juga: Layak Diapresiasi, Tokopedia dan ShopTokopedia Bantu UMKM Batik Jadi Kreator Konten

 

Angka-angka ini memang terlihat menjanjikan, mencerminkan potensi besar yang bisa digali dari sektor ini. Namun, di balik data tersebut, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. 

 

Data yang tidak akurat dan seringkali tidak sesuai dengan kondisi di lapangan menjadi tantangan tersendiri. 

 

Bagaimana mungkin kita bisa menyusun kebijakan yang tepat jika dasar dari kebijakan tersebut tidak solid?

 

Teten dengan tegas menggarisbawahi pentingnya pemutakhiran data secara berkala. Langkah ini bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan fondasi penting bagi penyusunan program pembangunan UMKM yang tepat sasaran. 

 

Dengan data yang akurat, pemerintah bisa merancang kebijakan yang tidak hanya relevan, tetapi juga efektif dalam mendorong UMKM menuju daya saing global.

 

Tanpa langkah ini, kita hanya akan terjebak dalam siklus program-program yang tak berdampak signifikan, apalagi dalam persiapan menuju 2045.

 

Baca juga: Target Ambisius UMKM Digitalisasi Jangan Hanya Fokus pada Reseller Tetapi Produsen

 

Kita harus mengakui bahwa UMKM memang berperan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan—97% dari total lapangan kerja di Indonesia, tepatnya. 

 

Namun, jika kualitas pekerjaan yang diciptakan oleh UMKM tidak meningkat, bagaimana mungkin kita berharap akan terjadi peningkatan perekonomian per kapita dalam dua dekade mendatang? 

 

Kualitas lapangan pekerjaan harus menjadi fokus utama, bukan sekadar jumlahnya.

 

Indonesia menghadapi tantangan besar jika ingin UMKM menjadi motor penggerak ekonomi yang sesungguhnya. 

 

Tidak cukup hanya bertahan; UMKM harus mampu bertransformasi, meningkatkan kualitas produk, dan merambah pasar yang lebih luas. 

 

Hanya dengan begitu, kita bisa berharap bahwa UMKM akan benar-benar menjadi kekuatan yang mampu mendukung visi Indonesia sebagai negara maju pada 2045. 

 

Masa depan UMKM Indonesia tidak hanya ditentukan oleh upaya pemerintah, tetapi juga oleh kemauan pelaku usaha untuk berubah dan berinovasi. 

 

Tantangannya memang besar, tetapi potensi yang ada juga tidak kalah besar. 

 

Kita semua memiliki peran dalam mewujudkan UMKM yang kompetitif, yang tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan berkembang dalam dinamika ekonomi global. (SG-2)