Soko Bisnis

Unici Songket Silungkang: Menenun Warisan, Menembus Pasar Dunia

Unici Songket Silungkang, sebuah UMKM asal Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), yang sukses membawa tenun tradisional ke panggung nasional dan internasional.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
06 April 2025

Founder dan owner Unici Songket Silungkang, Fitri. (Dok.BRI) 

SOKOGURU, SAWAHLUNTO: Di balik keindahan sehelai kain songket, tersembunyi kisah tentang ketekunan, warisan budaya, dan mimpi besar untuk menembus batas pasar dunia. 

Itulah yang dilakukan Unici Songket Silungkang, sebuah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) asal Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), yang sukses membawa tenun tradisional ke panggung nasional dan internasional.

Unici Songket bukan sekadar bisnis. Ia adalah manifestasi dari semangat pelestarian budaya yang berpadu dengan inovasi. 

Baca juga: BRI Dorong UMKM Lokal ‘Go Global’ dan Hadir di Ajang ‘Amazing Indonesia’, Jeddah

Didirikan oleh Fitri pada tahun 2019, usaha ini lahir dari kecintaannya pada kain songket, yang selama ini identik dengan kemewahan dan tradisi. 

Dengan benang emas dan perak yang ditenun secara manual, para perajin di Silungkang tetap setia pada metode tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Awalnya, Fitri memulai dari nol, memasarkan produknya hanya lewat media sosial. Namun, siapa sangka dari langkah sederhana itu, Unici Songket perlahan menjelma menjadi brand tenun yang diperhitungkan. 

Respons pasar yang positif memacunya untuk terus berkembang—membuka toko fisik, merekrut perajin lokal, hingga memperkuat eksistensinya di platform digital.

Bangkit Saat Pandemi Covid-19

Di masa pandemi, ketika banyak usaha gulung tikar, Unici Songket justru menunjukkan ketangguhannya. 

Fitri memindahkan sebagian besar penjualannya ke Facebook dan Instagram. Hasilnya? Penjualan tetap stabil, bahkan mengalami pertumbuhan. 

Memasuki 2023, ia pun merambah TikTok Shop dan marketplace besar seperti Tokopedia, Blibli, hingga Lazada. Inovasi ini membuat omzet bulanannya bertahan di kisaran Rp 30 hingga 50 juta.

Tak berhenti sampai di situ, Fitri juga aktif mengikuti berbagai program pemberdayaan UMKM, salah satunya UMKM EXPO(RT) yang diinisiasi oleh BRI. 

Baca juga: Berdayakan UMKM, BRI Sukses Dukung ‘Jelajah Kuliner Indonesia 2024’ di Sarinah, Jakarta

Ajang ini bukan hanya memberi panggung untuk mempromosikan produk ke pasar global, tapi juga membuka jalan bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pelatihan dan akses ke jejaring bisnis yang lebih luas.

“Alhamdulillah, program pembinaan dari BRI sangat membantu kami dalam meningkatkan skala bisnis. Tidak hanya lewat pameran, tapi juga pelatihan dan business matching yang membuka banyak peluang,” ujar Fitri saat mengikuti acara UMKM EXPO(RT) 2025 di ICE BSD, Tangerang.

Melalui program ini, Fitri tak hanya mendapatkan akses pasar, tetapi juga pendampingan dalam proses digitalisasi. BRI membimbingnya memaksimalkan potensi e-commerce dan live selling, yang kini menjadi senjata utama penjualan Unici Songket. 

Dari pelatihan hingga dukungan akomodasi dalam pameran, BRI hadir sebagai mitra strategis bagi UMKM seperti Unici.

BRI Dorong Pengusaha Lokal ke Panggung Global

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menyampaikan bahwa UMKM seperti Unici Songket menjadi contoh nyata dari misi BRI dalam mendorong pengusaha lokal ke panggung global.

Program seperti business matching dengan Kementerian Perdagangan bahkan rutin digelar dua kali dalam sebulan untuk membuka akses ekspor bagi pelaku usaha.

Baca juga: Wakil Mendag Terus Dorong UMKM Indonesia Percaya Diri Mampu Tembus Pasar Ekspor

“Keikutsertaan UMKM dalam pameran internasional merupakan bentuk dukungan nyata BRI untuk mendorong mereka menjadi pemain global,” ujar Hendy.

Kisah Unici Songket Silungkang adalah bukti bahwa warisan budaya tidak harus tinggal di masa lalu. 

Dengan ketekunan, inovasi, dan kolaborasi, kain songket kini tak hanya menjadi simbol kemewahan tradisi, tapi juga menjadi jembatan menuju masa depan yang gemilang.

Di tangan Fitri dan para perajin lokal, benang-benang emas tak sekadar dirangkai menjadi kain, tapi juga harapan—bahwa UMKM Indonesia bisa bersaing di pasar dunia tanpa kehilangan jati diri budayanya. (SG-2)