Soko Bisnis

Di Tengah Fenomena Eggflation di Sejumlah Negara, Produksi Telur Indonesia Melimpah dan Harga Stabil

Kekurangan stok telur di negara lain bisa jadi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor. Rencananya ke AS, Pemerintah siap kirim 1,6 juta butir telur per bulan.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 Maret 2025

Ilustrasi. (Dok. Kementan)

SOKOGURU, Jakarta– Produksi telur nasional melimpah, harga relatif tetap stabil, dan pasokan terjaga. Padahal, sejumlah negara tengah dilanda  fenomena eggflation yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga.

Fenomena eggflation telah membuat harga telur di banyak negara melonjak tajam, berdampak pada produk berbasis telur seperti kue kering dan makanan olahan lainnya yang kini mencapai rekor tertinggi.Kondisi itu berbeda dengan di Indonesia.

Demikian  disampaikan  Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) Moch. Arief Cahyono, dalam keterangan resmi Kementan, Rabu (26/3).

Menurutnya yang mengutip Love Money edisi Senin (24/3), lonjakan harga itu disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk wabah flu burung yang meningkatkan biaya produksi serta krisis pasokan di sejumlah negara.

Baca juga: Telur Asin Desa Sujung, Cerita Sukses UMKM Abinisa Tembus Pasar Nasional

“Di Swiss, misalnya, harga telur per kilogram kini menyentuh US$6,85 atau sekitar Rp113.534. Di Selandia Baru harga mencapai US$6,22 atau Rp103.063, di Singapura US$3,24 atau Rp53.687, di Amerika Serikat US$4,11 atau Rp68.103, di Prancis US$4,08 atau Rp67.606, dan di Australia US$4,13 atau Rp68.428,” tuturnya.

Namun, sambung Arief, di Indonesia, harga telur tetap stabil dengan stok yang terjaga, bahkan melimpah. Per 25 Maret 2025, harga telur ayam ras nasional berada di angka Rp29.475 per kilogram. Sementara itu, di DKI Jakarta, harganya  lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni Rp27.688 per kilogram.

“Seperti yang sudah disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, pemerintah terus menjaga stok dan harga komoditas pangan strategis, termasuk telur. Alhamdulillah, berkat kerja keras semua pihak, terutama petani dan peternak, pada Ramadan dan Lebaran kali ini, stok dan harga sembilan komoditas pangan strategis dalam kondisi aman, bahkan melimpah,” ungkap Arief dalam keterangan pers, Selasa (25/3).

Baca juga: ID Food Bantu Salurkan Telur dan Daging Ayam ke 1.446.089 Keluarga Rawan Stunting

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kondisi peternakan di Indonesia berbeda dengan negara lain, karena neraca telur ayam nasional saat ini mengalami surplus. 

 

Surplus telur

Berdasarkan proyeksi neraca pangan 2025 yang dihimpun oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), produksi telur ayam ras mencapai 6,4 juta ton, sedangkan kebutuhan bulanan sekitar 518 ribu ton. Dengan demikian, Indonesia diperkirakan akan terus mengalami surplus.

 “Surplus ini menunjukkan kapasitas produksi yang kuat. Kami akan terus memastikan keseimbangan antara pasokan dan harga agar tidak merugikan peternak maupun konsumen,” imbuh ujar Arief.

Uniknya, lanjutnya, negara-negara eksportir grand parent stock (GPS) ayam ke Indonesia justru mengalami kekurangan pasokan dan harga telur mereka melonjak tinggi. 

Amerika Serikat, Prancis, dan beberapa negara Eropa yang selama ini menjadi pemasok utama GPS ke Indonesia kini tengah berjuang menghadapi krisis pasokan akibat wabah penyakit unggas dan kenaikan biaya produksi.

Arief menjelaskan eggflation terjadi di negara-negara yang menjadi sumber impor GPS, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, termasuk Prancis. Kondisi yang kurang stabil di negara-negara tersebut menunjukkan bahwa industri peternakan ayam petelur secara global sedang menghadapi tantangan.

Baca juga: Usaha Juragan Cangkang Telur Mengubah Sampah jadi Rupiah

Selain itu, Kementan memastikan stabilisasi ketersediaan bahan baku pakan. Upaya stabilisasi ini dilakukan melalui berbagai program, seperti pengembangan sentra jagung, optimasi distribusi pakan, dan pemanfaatan bahan baku alternatif. 

Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung nasional sebagai sumber utama pakan ternak menjadi salah satu faktor kunci dalam menjaga kestabilan harga dan pasokan telur di dalam negeri.

“Ketersediaan pakan yang stabil dan terjangkau menjadi kunci utama keberhasilan industri perunggasan,” ujar Arief.

Surplus produksi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor telur ayam ke berbagai negara yang mengalami keterbatasan pasokan.

“Kekurangan stok di negara lain bisa menjadi peluang bagi kita untuk melakukan ekspor. Salah satu rencana ekspor adalah ke Amerika Serikat. Berdasarkan neraca komoditas, pemerintah siap mengirimkan 1,6 juta butir telur setiap bulan,” ungkap Arief.

Ia menegaskan bahwa Kementan telah melakukan perhitungan matang agar ekspor tidak mengganggu ketersediaan telur di dalam negeri.

“Kami selalu memeriksa neraca komoditas untuk memastikan keseimbangan pasokan,” tutupnya. (SG-1)