Soko Kreatif

Usaha Juragan Cangkang Telur Mengubah Sampah jadi Rupiah

Rian mengaku cita-citanya saat ini adalah memiliki mesin yang bisa mengolah lebih banyak cangkang telur agar usahanya bisa memenuhi permintaan pasar.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
24 April 2024
Dok. Pribadi Febriansyah Putra

SELAIN sebagai bahan pangan yang tinggi protein,  telur  melalui kulitnya ternyata juga bagus untuk perawatan kulit, karena mengandung kolagen dan kalsium karbonat. 

 

Di Kota Depok, Jawa Barat, Muhammad Febriansyah Putra, 31, sejak 2019   telah memanfaatkan cangkang telur menghasilkan rupiah, sehingga tidak berakhir di tong sampah. Langkah ini tentu saja berdampak pada pengurangan limbah rumah tangga.

 

Bermodal pengetahuan yang didapat dari artikel-artikel ilmiah, ia mendirikan usaha dengan jenama Juragan Cangkang Telur di Jalan  Moh. Yusuf Raya No. 109, Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. 

 

Baca juga: Manfaatkan Gap Year dengan Bisnis Manik-Manik, Manda Raup Cuan di Lokapasar

 

“Awalnya saya merintis bisnis di bidang pet supplements pada 2019, salah satu produk saya pakai cangkang telur sebagai bahan bakunya,” tutur pria yang akrab dipanggil Rian itu kepada Sokoguru, seusai mengikuti webinar bjbPreneur, pekan lalu.

 

Dua tahun berjalan, bisnis yang dijalankannya itu  terjegal masalah bahan baku. Telah lima kali dirinya mengganti vendor, demi menjaga kualitas produknya. 

 

Vendor yang baru menjanjikan cangkang berkualitas tidak bercampur dengan sampah lainnya menjadi nilai tambah. Namun, pasokan yang berlebih membuat Rian harus memutar kepala, mencari manfaat lain yang bisa dikerjakan. 

 

Pelopor di Indonesia

 

Proses penggilingan membran cangkang telur dok. pribadi Febriansyah Putra

 

Untuk mengatasi kelebihan stok cangkang telur, Rian kembali mencari tahu  manfaat lain dari cangkang telur melalui jurnal ilmiah. Bermodalkan akses internet, peluang pun satu persatu muncul menjadi bekal Rian untuk membuat berbagai terobosan produk dari daur ulang limbah rumah tangga tersebut. 

 

“Saya cek jurnalnya lalu kajian uji klinis nya, Cangkang Telur jika diolah dengan pemisahan membran (kulit ari) dari cangkang telurnya, bisa lebih luas manfaatnya. Kulit telur berwarna coklat bisa jadi sumber bahan baku terbarukan Bio CaCO3 (alternatif baru kapur), dan kulit ari membrannya bisa menjadi sumber kolagen,” jelasnya. 

 

Baca juga: ‘Gudo Jombang’ Manik-Manik Asli Indonesia yang Mendunia

 

Berangkat dari temuan itu, sambung Rian, kemungkinan pemasaran menjadi lebih luas, karena semua pasar yang selama ini menggunakan bahan baku batu kapur maupun Collagen dapat diakses. Tak hanya itu, ia pun mengaku bahwa usaha yang digelutinya adalah satu-satunya di Indonesia.

 

Hilirkan ratusan kilo cangkang 

 

Proses quality control  tepung collagen dok. pribadi Febriansyah Putra

 

Rian tak menjalankan Juragan Cangkang Telur.  Ia ditemani sahabat karibnya M Sofiyan Bhaday yang bertugas di  bagian pengolahan cangkang telur.

 

Sementara, ide inovasi produk muncul berkat pemikiran kreatif Rian dalam menangkap berbagai peluang usaha. 

 

“Dulu awal produksi dikerjakan di rumah teman saya, kalau sekarang juga masih rumahan sih, tapi emang udah kita bikin khusus untuk tempat produksi aja rumahnya,” jelasnya. 

 

Baca juga: Tak Ada Kerbau, Motor pun Jadi: SMKN 1 Lempuing Jaya Ciptakan Teknologi Bajak Sawah Murah

 

Mulai pukul 09.00 WIB, rumah produksi Juragan Cangkang Telur disibukkan oleh empat karyawan. Pertama-tama mereka mencuci cangkang-cangkang telur yang diterima lalu menjemurnya. 

Ada juga karyawan yang mulai menghaluskan cangkang kering. Sementara bagian pengemasan (packaging) menjadi proses paling akhir dari aktivitas yang berjalan. 

 

“Kalau tanpa mesin lama sekali sih, untuk dapat 1 kg kolagen, pencuciannya bisa 3 jam, lalu penjemuran 2-5 harian,” timpalnya.

 

Dengan aktivitas tersebut, usaha yang digeluti Rian bisa menghasilkan sebanyak 200 kg - 300 kg Kalsium Karbonat hasil pengolahan cangkang telur. Sedangkan hasil pengolahan membran cangkang telur dalam sebulan ia bisa menghasilkan 30 kg kolagen. 

 

“Bahan baku yang dipakai, merupakan limbah cangkang yang bersih, belum masuk ke tempat sampah atau bercampur dengan sampah lainnya. Tapi kalau untuk tanaman nggak apa apa kalau udah bercampur tinggal dibersihin aja sih,” imbuhnya.

 

Rian mengaku  permintaan pasar terbanyak adalah produsen-produsen yang menggunakan bahan baku kolagen seperti collagen drink dan produk olahan kolagen BPOM MD lainnya.

 

Terjegal kapasitas

 

Rian mengaku mengalami kesulitan mengembang usahanya, karena kapasitas produksinya masih terbatas. Ia pernah mendapat tawaran ekspor kolagen 1 ton membran dengan nilai sekitar Rp450 juta. Namun, ia hanya bisa gigit jari karena produksinya belum bisa memenuhi permintaan ekspor tersebut. 

 

Selain itu, ia juga masih terkendala  dalam pendaftaran Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yang masih belum rampung sebagai salah satu syarat agar produknya layak ekspor. 

 

NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan. 

 

Rian mengaku cita-citanya saat ini adalah memiliki mesin yang bisa mengolah lebih banyak cangkang telur agar usahanya bisa memenuhi permintaan pasar.

 

“Kalau untuk saat ini, karena kondisi mesin yang apa adanya, paling besar omzet hanya di Rp32 juta perbulannya,” imbuhnya. 

 

Meskipun demikian, semangat Rian tak pernah surut. Bisnis cangkang telur sangat potensial sebagai bisnis baru. Perihal olah mengolah cangkang telur, boleh dibilang ia pelopor. 

 

Bahkan ia telah membuktikan sesuatu yang kerap dianggap tidak penting, bisa menjadi  penting berkat keterhubungan bisnis dan pembuktian ilmiah.

 

Rian berharap, usaha yang ia jalankan bisa lebih berkembang lagi, berdampak secara ekonomi buat lingkungan. 

 

“Saya membayangkan usaha yang basisnya manufaktur adalah usaha yang padat karya. Ketika usaha ini besar, saya ingin memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (Faj/SG-1)