SOKOGURU- Perayaan Waisak 2569 BE/2025 jatuh pada Senin, 12 Mei. Waisak merupakan Hari Raya Umat Buddha dalam memperingati momen kelahiran, pencapaian kesempurnaan, dan wafatnya Sang Buddha.
Puncak perayaan Waisak diadakan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Ini menjadi momen yang layak dikunjungi oleh siapapun. Suasana magis yang tercipta di situ telah menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata super prioritas di Indonesia ini.
Rupanya ada sejumlah fakta unik perayaan Waisak Candi Borobudur yang layak menjadi alasan untuk mengunjungi dan merasakan magisnya momen sakral ini setidaknya sekali seumur hidup.
Baca juga: Sambut Waisak 2025, Borobudur Jadi Tempat Wisata Spiritual dan Budaya yang Ramah Semua Kalangan
Yuk Simak fakta unik perayaan Waisak Candi Borobudur berikut ini, seperti dijelaskan dalam laman Kementerian Pariwisata, Rabu, 7 Mei 2025.
Sudah Ada Sejak 1929
Agama Buddha sudah lama hadir di Indonesia dengan munculnya sejumlah kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Candi Borobudur menjadi salah satu peninggalan termasyhur dari Kerajaan Medang yang sudah berdiri sejak abad 8-9 Masehi.
Perayaan Waisak di Candi Borobudur rupanya sudah ada sejak 1929 dan diinisiasi oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda. Rupanya kesadaran untuk merayakan Waisak sebagai bentuk rasa syukur dan toleransi sudah ada sejak dulu.
Baca juga: ASDP Siap Kawal Mobilitas Masyarakat dalam Libur Panjang Waisak 2025
Walau demikian, perayaan tersebut sempat terhenti pada era perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan baru kembali diadakan lagi di 1953.
Lalu sempat terhenti kembali di tahun 1973 karena adanya pemugaran Candi Borobudur sehingga perayaan dipindahkan ke Candi Mendut.
Jadi Hari Libur Nasional Sejak 1983
Hari Raya Waisak ternyata baru menjadi hari libur nasional sejak1983. Pada 19 Januari 1983 Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1983 tentang penetapan Hari Raya Waisak sebagai Hari Libur Nasional.
Baca juga: Turut Sukseskan Tri Suci Waisak 2569 BE, InJourney Hadirkan Pilihan Akomodasi di Dekat Borobudur
Dengan adanya Keputusan tersebut memperlihatkan Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menunjukkan adanya pengakuan yang lebih luas dan perlindungan terhadap agama di Indonesia.
Diikuti Umat Buddha dari Berbagai Penjuru Dunia
Perayaan Waisak di Candi Borobudur, Magelang tak hanya menjadi perayaan umat Buddha di Indonesia. Perayaan ini rupanya juga diikuti oleh umat Buddha dari berbagai penjuru dunia khususnya Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Myanmar.
Wajar saja karena Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang sudah dikenal hingga mancanegara. Saking terkenalnya perayaan Waisak di Candi Borobudur, bahkan sejumlah penginapan sudah banyak yang terjual habis di hari-hari saat perayaan berlangsung.
Pengambilan Api Dharma di Api Abadi Mrapen dan Air Suci di Umbul Jumprit
Fakta unik perayaan Waisak Candi Borobudur lainnya yang juga perlu diketahui adalah perayaan Waisak ternyata tidak diawali di Candi Borobudur, tetapi dimulai dengan pengambilan api dharma dan air suci.
Untuk pengambilan Api Dharma dilakukan di Api Abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, pengambilan Air Suci dilakukan di Umbul Jumprit, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Api itu melambangkan semangat untuk menerangi dan mengobarkan perbuatan baik untuk semua orang. Sementara itu, air melambangkan suatu kemurnian agar umat mampu berpikir dan berhati murni, jernih, serta tenang. Selanjutnya, keduanya dibawa masing-masing ke Candi Mendut untuk disakralkan sebagai bagian dari prosesi perayaan Waisak Borobudur.
Diikuti oleh Puluhan Biksu dengan Ritual Thudong sejauh 2500 km dari Thailand
Sumber: wonderfulimages.kemenparekraf.go.id
Fakta perayaan Waisak di Candi Borobudur yang tak kalah mencengangkan. Perayaan ini juga diikuti oleh puluhan biksu yang melakukan Ritual Thudong sejauh 2.500 km dari Thailand hingga Indonesia.
Apa itu ritual Thudong? Thudong adalah ritual perjalanan spiritual yang dilakukan oleh bhante atau biksu dengan berjalan kaki sejauh ribuan kilometer. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penerapan nilai-nilai kesabaran, ketekunan, dan ketabahan.
Selama ritual Thudong, para biksu hanya membawa dua buah jubah, obat-obatan, perbekalan secukupnya, dan tenda untuk tempat beristirahat. Mereka tidak membawa uang dan barang berharga karena sebagai bentuk pengendalian diri untuk menerapkan dharma tertinggi dari ajaran Sang Buddha.
Ritual Thudong Waisak 2025 ini sendiri diawali di Bangkok, Thailand pada Kamis, 6 Februari 2025 dan dijadwalkan akan tiba di Candi Borobudur, Magelang, Indonesia pada Sabtu, 10 Mei 2025.
Bagi kalian yang bertempat tinggal di sepanjang jalur Ritual Thudong, bisa menyempatkan diri melihat ritual tersebut sembari berbagi kebaikan dengan para Biksu.
Detik-Detik Waisak Hanya Diperingati di Indonesia
Tahukah kalian bahwa peringatan Detik-Detik Waisak rupanya hanya diperingati di Indonesia? Hal ini karena di luar negeri, umat Buddha menggunakan penanggalan dengan sistem kalender masehi.
Sedangkan, di Indonesia yang masih sangat dipengaruhi oleh tradisi purnama di Bali sehingga penentuan Waisak menjadi sangat detil. Seperti pada 2024 atau Waisak 2568 BE, Waisak jatuh pada 23 Mei 2024 pukul 20.52.42 WIB.
Dengan demikian, Detik-detik Waisak menjadi menjadi bukti bahwa umat Buddha begitu teliti dalam menentukan momen penting di kehidupan beragama mereka. Selain itu, hal ini menjadi suatu nilai budaya yang perlu diwariskan ke generasi mendatang sebagai warisan yang tak ternilai harganya.
Festival Lampion Waisak
Fakta terakhir terkait Perayaan Waisak di Candi Borobudur yakni perayaan ini ditutup dengan Festival Lampion Waisak Borobudur. Bisa dibilang ini adalah momen puncak yang paling ditunggu oleh umat Buddha dan wisatawan lain di destinasi ini.
Festival Lampion Waisak merupakan penutupan rangkaian prosesi perayaan Waisak di Candi Borobudur. Di sini, umat Buddha menerbangkan lampion ke langit yang menjadi simbol dari adanya harapan, pencerahan, dan kedamaian di dalam diri masing-masing.
Sumber: wonderfulimages.kemenparekraf.go.id
Acara ini dimulai dengan meditasi, menuliskan doa dan harapan masing-masing untuk ditempelkan di lampion. Lalu, lampion akan dinyalakan dengan sumbu dan diterbangkan bersama-sama.
Lampion berbahan ramah lingkungan dan mudah terurai sehingga aman dipakai. Nyala lampion menjadi simbol pembawa terang untuk dunia dan mampu memberikan perdamaian untuk kerukunan dan kebahagiaan seluruh umat manusia.
Setiap perayaan Waisak, animo masyarakat sangat besar. Itulah sebabnya, tiket pun sudah ludes terjual. Bagi yang belum kebagian tiketnya, silakan coba lagi tahun depan atau mengunjungi destinasi wisata menarik lainnya untuk merayakan momen waisak.
Demikianlah tujuh fakta unik perayaan Waisak Candi Borobudur yang layak untuk kita ketahui. Semoga momen Waisak ini menjadi pengingat untuk terus menjaga perdamaian dengan menerapkan toleransi secara nyata dalam kehidupan kita. Yuk nikmati momen Waisak dengan berlibur #DiIndonesiaAja ! (SG-1)