SOKOGURU, JAKARTA- Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkomitmen mewujudkan perdagangan inklusif yang mengedepankan kesetaraan dan memberdayakan kelompok rentan.
Komitmen tersebut tecermin dari sesi pitching i yang juga merupakan bagian dari program prioritas Kemendag, yaitu UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan hal itu dalam keterangan resmi Kemendag, Kamis, 2 Oktober 2025.
Baca juga: Program UMKM BISA Ekspor Capai Potensi transaksi USD90,04 juta Sepanjang Januari–Juli 2025
Kemendag, kata Busan, sapaan akrabnya, berupaya memastikan agar kelompok rentan, dalam hal ini penyandang disabilitas, turut diberdayakan secara nyata dalam aktivitas ekonomi nasional dan global.
“Kami ingin menunjukkan partisipasi penyandang disabilitas dalam ekspor juga merupakan bentuk kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan perwujudan pemberdayaan sosial,” ujarnya.
Sebelumnya, Kemendag menggelar sesi pitching dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sociopreneur ekspor yang memberdayakan penyandang disabilitas.
Baca juga: UMKM yang Sudah Siap Dapat Diikutkan dalam program UMKM BISA Ekspor
Pitching dihadiri empat perwakilan perdagangan (perwadag) RI di luar negeri dan diikuti tiga pelaku UMKM. Kegiatan tersebut digelar secara virtual pada 26-29 September 2025 dan menjadi upaya Kemendang mendorong ekspor sambil mengampanyekan pemberdayaan sosial.
Keempat perwadag RI yang dihadirkan dalam pitching itu adalah Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Santiago di Cile, ITPC Osaka di Jepang, Atase Perdagangan Berlin di Jerman, dan Atase Perdagangan Bangkok di Thailand.
Dengan mengikuti pitching tersebut, para UMKM sociopreneur tersebut dapat memanfaatkan terbukanya pasar ekspor dari program UMKM BISA Ekspor. Terlebih lagi, pitching kali ini mencerminkan implementasi prinsip Bisnis dan Hak Asasi Manusia (BHAM) di sektor perdagangan.
Baca juga: Dukung UMKM Bisa Ekspor, Kemendag Sebut Tiga Pilar Pengembangan pada Produk, Pelaku Usaha dan Pasar
“Pemberdayaan kelompok rentan dalam ekosistem UMKM merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian serius. Kemendag akan terus mendukung pemberdayaan kelompok rentan melalui berbagai program untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan kualitas produk UMKM Indonesia agar semakin kompetitif di pasar global,” imbuh Busan.
Sementara ketiga UMKM yang berpartisipasi dalam kegiatan itu berasal dari Jawa Tengah dan Timur.
Mendag Busan berharap, semakin banyak UMKM sociopreneur ekspor memanfaatkan UMKM BISA Ekspor agar produk buatan penyandang disabilitas yang masuk ke pasar ekspor terus bertambah.
UMKM pertama adalah BJ Homemade dari Semarang, Jawa Tengah. UMKM itu bergerak di bidang produksi kacamata kayu dengan memanfaatkan limbah kayu seperti jati, sonokeling, nangka, dan kayu gugu sebagai bahan baku utama bingkai kacamata.
Selain itu, produk sarung kacamata juga dibuat menggunakan kain perca sisa produksi industri tekstil.
BJ Homemade melibatkan komunitas difabel tuna daksa dari Komunitas Difabel Mandiri (KDM) dalam seluruh rangkaian proses produksinya. UMKM tersebut tengah membuka peluang ekspor ke Cile.
Sebelumnya, BJ Homemade telah menjajaki ekspor ke Korea Selatan dan Arab Saudi.
UMKM kedua, yaitu CV Kinasih Abyudaya dari Jawa Timur. UMKM ini menawarkan produk fesyen dan aksesori batik berciri khas teknik ciprat yang memadukan unsur spontanitas dan estetika.
Produk yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari kain, pakaian, tas, dompet, hingga sajadah.
CV Kinasih telah menorehkan beberapa prestasi membanggakan, di antaranya, yaitu memecahkan rekor MURI dengan kegiatan 500 penyandang disabilitas membatik secara serentak dan penghargaan UMKM Awards 2022 dari Bank Jatim.
CV Kinasih Abyudaya juga telah berpartisipasi pada berbagai ajang promosi termasuk sebagai salah satu perwakilan pelaku usaha Indonesia pada Expo Dubai 2021. Produk batik cipratnya kini dipasarkan ke Australia dan Selandia Baru.
Ketiga, Zahida Painting dari Bojonegoro, Jawa Timur dengan produk kain seperti tas dan dompet serta busana lukis buatan tangan. Sebanyak delapan dari 25 pekerjanya adalah penyandang disabilitas.
Karya Zahida Painting telah dipasarkan hingga mancanegara, antara lain, ke Uni Emirat Arab, Thailand, dan Singapura. Produk-produknya juga telah mendapat permintaan pengiriman produk lanjutan (repeat order) dari Malaysia dan India.
Pemilik Zahida Painting, Hidayah, mengapresiasi Kemendag atas kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan pitching. Menurutnya, kegiatan ini memberikan wawasan, terutama dalam membuka akses pasar ke tujuan ekspor baru.
“Terima kasih Kemendag telah memfasilitasi kami dengan kegiatan pitching ini. Masukan yang disampaikan oleh Atase Perdagangan Berlin dan Bangkok sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha kami, khususnya dalam memahami strategi dan kiat memasuki pasar ekspor,” ujarnya. (SG-1)